"Satu ditambah satu~ sama dengan tiga-- aduh!" Touma Kamiyama mengaduh kesakitan begitu siku kanan editornya mendarat dengan mulus ke pinggulnya. Mei Sudo, editor Touma tampak puas, "kalau nyanyi yang bener," tukasnya.
Touma yang sebelumnya mengusap pinggul kesakitan kini beralih menatap penampilan Mei yang mirip ibu-ibu mau kondangan, "tumbenan situ rapi," gumamnya, tetapi bisa didengar oleh Mei.
"Kalau mau ketemuan sama followers harus rapi dan wangi dong!" ucap Mei dengan nada percaya diri. Touma mengela napas dan kemudian melanjutkan kegiatan menyapunya, menghiraukan Mei yang kini sibuk melakukan live instagram.
"Ya guys~! Sekarang Mei sudah wangi, sudah mirip Keqing dari Genshin Impact kan?"
"Dih, minggir lantai itu mau disapu," Touma menimpuk wajah Mei menggunakan sapu meski dirinya tahu perbuatannya ditonton oleh ribuan followers Mei.
"Toumaaaa!" Touma buru-buru menghindari Mei setelah membalikkan tanda tutup, "a-ampun!"
*
Hari beranjak siang, banyak anak-anak yang kini mulai sekedar membaca buku-buku yang ada atau merengek kepada orang tua mereka untuk dibelikan buku.
"Aaahh ... Hari yang cerah buat minum teh sambil ngelihat lihat anak anak membaca buku," ucap Touma sembari menyesap tehnya, "wah, aku bisa saja bertahan seharian di sini."
"Touma! Dimana posel ku Touma?! Apa kamu menyembunyikannya lagi?" terlihat disana Mei yang kocar-kacir ke sana kemari mencari sesuatu yang sangat sangat penting bagi hidupnya. "Aku mau update status nih!"
"Lah, mana saya tahu!" Touma menggerutu kesal disalahkan.
Mei cemberut, " kalau begitu, mana tasmu, Touma-kun?"
"E-eehh, Mei-san ... Untuk apa, ka-kamu memeriksa tasku?" Touma berjingkat mundur."Kalau kamu gak bohong, pasti sudah kamu kasih," ujar Mei yang kemudian menodongkan mata penanya pada Touma. "Eee gini-"
Belum lagi selesai berbicara, tas milik seorang novelis ini langsung diambil oleh Mei. "Aku curiga, hm ...," Mei mencari dengan teliti di setiap isi tas milik Touma. "Akhirnya dapat! Kamiyama Touma ...."
"A-ampun Mei-san. Aku kan hanya ingin kamu tidak kecanduan handphone!" ucap Touma membela diri. Mei melirik Touma geram, "Kembali kamu Touma!"
"Ampun Mei-san!" Akhirnya, terjadilah kejar kejaran di dalam toko buku yang penuh anak-anak ini. Salah satu dari mereka berdua tidak akan berhenti sampai ada yang kalah. Walaupun begitu, anak anak yang sedang membaca di sana bukannya malah ngelerai, malah ikut nonton pertunjukan kejar-kejaran antara kucing dan tikus.
"Touma!" Mei melompati sebuah set replika gunung fuji yang berada di tengah ruangan untuk memotong langkah Touma.
"Ha-halo, eeeehhh!" beberapa pengunjung terkejut karena melihat ada 2 orang yang sedang berlarian di dalam toko seperti dalam drama India, namun dengan brutal. "A-apa kita salah masuk toko ya?" tanya salah satu pemuda tersebut.
Touma berhenti tepat di depan pengunjung tadi, "selamat datang di Kamiyama Book Store ...," ketika sedang menyapa, Mei tidak bisa mengerem langkahnya. Ya, seperti yang bisa dibayangkan. Mereka mengalami crash yang cukup hebat.
"Aduuhh.. Mei-san ...."
"Astaga astaga astaga ... Touma! Kamu kalau berhenti jangan tiba-tiba dong!" seru Mei yang tidak mau mengalah langung memukul-mukul badan Touma yang ia timpa, "Mei-san ... Tolong berdiri ... Ka-kamu berat ...," ucap Touma terputus-putus akibat dadanya yang terhimpit lantai.Mei langsung berdiri dengan tidak merasa bersalah, lalu menunduk kepada anak-anak sekolah di depannya, "maafkan kecelakaan yang ada di sini tadi ya," pintanya dengan wajah polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skizzenbunch || Slow Update
Fanfic〖Status : Masih Gantung〗 Kalian semua... Jadi nyata?! -Takeru *** Apa istimewanya sebuah buku sketsa? Awalnya Takeru juga berpikir demikian, setelah Akari meninggalkan buku dengan sampul bergambar sketsa Mugen Damashii padanya satu bulan yang lalu...