Typo area
Berita kecelakaan arin kemarin langsung menyebar ke seluruh sekolah. Semua orang heboh karena karena tkp berada tepat didepan sekolah mereka.
Beberapa saksi mata diperiksa untuk kepentingan penyelidikan. Gilang dan Andi termasuk kedalamnya. Kedua cowok itu keluar dari ruang bk sambil menghela nafas.
Andi mengelap keringat yang membasahi dahinya. "Buset, itu polisi atau preman sih? Serem amat."
"Ngantin aja yuk. Gue laper nih."
"Wokeee!" Andi berseru semangat saat mendengar kata kantin. Karena sedang ada penyelidikan, tidak ada pelajaran karena guru guru sedang berbincang dengan polisi mengenai kasus arin. Mobil sedan yang menabrak arin pun melarikan diri hingga kasus masih diselidiki.
Saat sampai dikantin. Ia tak sengaja melihat Candra duduk termenung menopang dagu. Teman segengnya pun tampak mencoba menghibur Candra. Mata Gilang menyipit saat melihat arwah arin berdiri disamping Candra. Cewek itu tampak menunduk sedih di samping pacarnya.
Gilang mengangkat bahunya tak perduli. Cowok itu menyusul Andi yang sudah duduk manis sambil memainkan ponsel.
"Lo udah pesen makanan?"
Andi mengangguk sebagai jawaban. "Soto ya? Bosen bakso mulu."
"Yang penting makanan."
Soto pesanan mereka ahirnya tiba. Andi langsung saja melahap soto yang masih mengepulkan asap didepannya. Begitu menyentuh lidah, ia langsung menyemburkan makanannya. "Wasyem, panas njirr."
"Yee, tolol!" Maki Gilang lalu tertawa. Andi memberengut dan kembali menyantap makanannya setelah ditiup beberapa kali.
Gilang yang hendak menyuapkan sesendok soto pun menghentikan gerakannya. Cowok itu mengernyit saat merasakan sebuah tangan dingin menjalar di kakinya. Ia mendengus dan menghentikan kakinya hingga tangan itu menghilang.
Hal seperti ini sudah biasa baginya. Menghadapi hantu hantu jahil yang kerap kali menganggu manusia. Apalagi kepekaanya lebih tinggi dari orang biasa. Hal itu memudahkan hantu jahil untuk mengusiknya karena tidak perlu mengeluarkan energi lebih.
"KAK ANDIIIIII!"
"KUNTILANAK BERNYANYI!" Latah Andi sontak mengundang tawa seisi kantin. Gilang sampai memegang perutnya yang sakit karena tertawa. Andi mengelus dadanya yang berdebar kencang. Ia pun menoleh dengan wajah masam. "Apalagii sih?! Sehariii aja jangan ganggu gue napa."
Emely, cewek yang tadi berteriak langsung mengambil tempat duduk disebelah Andi. "Kok ganggu sih? Aku kesini karena kangen sama kak Andi. Kak Andi nggak kangen sama aku?"
"Najis!"
Emely cemberut. Cewek yang notabennya adik kelas Andi itu sudah mengejar Andi sejak mos. Entah apa yang membuatnya sampai kepincut dengan makhluk bernyawa macam Andi. Emely cantik, baik, supel, dan lucu walau lebih kekanak kanakan. Gilang sampai curiga Andi menggunakan pelet atau ajian jaran goyang untuk menarik emely. Namun, saat melihat Andi yang seperti ogah ogahan dengan emely, semua kecurigaan itu sirna.
"Kak Andi udah makan belum?"
"Lo nggak lihat gue lagi apa?"
Emely melirik mangkuk soto Andi. "Lagi makan."
"nah, itu tau. KENAPA MUSTI NANYA LAGI SIH?"
Emely mengelap liur Andi yang muncrat diwajahnya. "Santai dong. Aku kan cuma tanya."
"Pertanyaan lo nggak berfaedah."
Gilang tau tau sudah menghabiskan makanannya. Cowok itu berdiri dan segera membayar dari pada jadi obat nyamuk dadakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
indigo In Love
HorrorGilang, seorang pemuda berusia 16 tahun yang memiliki kemampuan melihat dan berinteraksi dengan makhluk tak kasat mata. kehidupannya yang biasa saja seketika berubah saat arwah arin muncul dikehidupannya. Seorang gadis yang mengalami kecelakaan dan...