Typo area
"Lo bisa lihat gue?" Hanya kalimat itu yang keluar dari arwah cowok korban kecelakaan kemarin. Cowok yang diketahui namanya Andra itu terus mengikutinya sambil melontarkan kalimat yang sama.
Gilang meremas sendok yang ia pegang. Ia jadi tak berselera untuk menyantap makan siangnya.
Andi melirik Gilang yang duduk didepannya. Saat ini, mereka tengah makan bakso dikantin sekolah. "Lo nggak makan?" Ia melirik mangkuk bakso Gilang yang tak tersentuh. Semuanya masih utuh. "Mubazir tahu!"
"Buat lo aja nih." Gilang mendorong mangkuk baksonya mendekati andi. Cowok itu lantas menghabiskan es tehnya.
Dahi andi berkernyit. 3 tahun berteman dengan Gilang, tentu saja ia tak bodoh untuk mengerti ekspresi Gilang saat ini. "Lo dii-wadaw! Sakit anjir!"
Andi memekik saat Gilang tiba tiba menginjak kakinya. Cowok itu mengangkat kakinya keatas kursi untuk memastikan kakinya baik baik saja.
Gilang tersenyum paksa. "Anggap aja itu bonus dari gue."
"Bonus pala lu kotak!"
"HARI INI, GUE YANG TRAKTIR! MAKAN SEPUASNYA!"
Gilang kenal suara yang terdengar sombong bin songong ini. Ia menoleh, dan melihat candra berdiri dengan wajah angkuhnya didepan kantin. Semua murid disana bersorak senang.
"Anjir lah pj nya nggak main main! Satu sekolah ditraktir."
"Sultan mah bebas!"
"Gue doa in langgeng sama doi deh asal lo sering sering kayak gini."
Gilang melirik hantu anak kecil yang berada di dekat kaki pacar candra. Matanya memincing dengan bulu roma berdiri. Aura yang hantu itu keluarkan berbeda dari saat pertama kali bertemu dengannya kemarin. Aura yang tak biasa. Walau samar, ia dapat merasakan aura pembunuh disana.
"Lo juga, lang." Gilang tersentak saat candra menegurnya. Tanpa mengurangi keangkuhan diwajahnya, candra melanjutkan. "Makan sepuasnya mumpung gue, yang kaya dan baik hati ini traktir. Jarang jarang kan lo makan enak sepuasnya. Gue tau, duit jajan lo terbatas. Lo kan missqueen."
Gelak tawa pun pecah.Gilang memutar bola matanya jengah. Cowok itu bangkit dan pergi meninggalkan kantin. Andi melirik candra sinis sebelum menyusul Gilang. Ia benci cowok itu.
"Yang, kamu nggak boleh gitu." Candra menunduk untuk melihat pacarnya. Cowok itu mengelus rambutnya pelan.
"Arin sayang. Kenyataannya emang gitu. Udah deh, daripada ngurusin human nggak jelas mending kita makan."
Arin mengangguk walau perasaanya tidak enak. Cewek itu melirik pintu kantin dimana Gilang menghilang disana.
_indigo in love_
"Holaaa, lohaaa! Yuhuuu. Lo bisa lihat gueeee?" Andra melambai kan tangan didepan wajah Gilang. "Ini dimana anjir? Kok gue melayang gini? Sebenarnya gue udah mati belum sih? Kuburan gue dimana lagi?""Woy, setan! Jawab kek kalau ada orang ngomong." Andra terdiam sebentar, tampak berpikir lalu cengengesan sendiri. "Gue kan setannya disini."
Geblek!, batin Gilang mencibir.
Cowok itu masih tak menggubris Andra. Ia pura pura menulis dan berusaha mendengarkan penjelasan guru. Namun, ia tak bisa fokus karena Andra sedari tadi mengoceh tak jelas."Ini rumusnya salah!"
Sret
Gilang terkejut hingga tak sengaja mencoret bukunya. Cowok itu mendongak menatap Andra dengan wajah datar. Ia berusaha menahan amarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
indigo In Love
HorrorGilang, seorang pemuda berusia 16 tahun yang memiliki kemampuan melihat dan berinteraksi dengan makhluk tak kasat mata. kehidupannya yang biasa saja seketika berubah saat arwah arin muncul dikehidupannya. Seorang gadis yang mengalami kecelakaan dan...