Bermalam di Apartement

5 0 0
                                    

Leon masih tercenung. Bambi masih menunduk tidak mau melihat Leon tatap muka. Leon melirik jam dinding. Jam 11 malam... sudah 3 jam dia di apartement Bambi. Atau, bisa dibilang, tempat pulangnya dulu. Bukan jam yang terlalu malam buat dia jalan kaki untuk pulang. Tapi, 

"aku mau nginep disini malem ini" kata Leon. 

Punggung Bambi langsung tegak. "Nggak," mentahnya. 
"Iya," Leon yakin. 

Bambi langsung mengernyit. Dia mendengus dan pergi masuk ke kamarnya. "terserahlah, aku nggak mau menganggap kamu ada," katanya.

Leon tersenyum sedih. Perlakuan ini memang pantas dia dapatkan. Kalau nanti Bambi ada keinginan memukul dadanya sampai berbunyi 'dheeg', Leon juga bakal terima. 

Bambi benar-benar menganggap Leon nggak ada. Bambi keluar kamar sudah berganti baju, sikat gigi dan cuci muka di kamar mandi, mematikan lampu ruang tengah dan dapur, kemudian  kembali ke kamar tanpa berbicara lagi. Leon tersenyum tipis. Pintu kamar terbuka sedikit meski kamar gelap gulita, kebiasaan Bambi untuk bisa tidur. 

Leon menyetel musik lembut dari ponselnya dan menyalakan lampu dapur, mencuci gelas mereka berdua. Mematikan lampu, dan ke kamar mandi untuk mencuci mukanya. Terdiam sebentar, karena melihat sikat giginya masih belum dibuang Bambi. 

'aku bakal buang ini besok pagi' gumam Leon. 

Leon mematikan lampu kamar mandi dan tidur di sofa ruang tengah. Sofa terempuk dan terbesar yang mereka berdua beli. Alunan musik yang tadi dia setel belum bisa membuatnya mengantuk, tapi bisa membuatnya melamun. 

Di sofa ini... 
Mereka biasa tiduran bersebelahan disini sambil menonton film sampai salah satunya ketiduran di pelukan. Di sofa ini juga yang membuat mereka menunjukkan kebiasaan mereka; Leon yang selalu pulang tanpa berganti baju langsung tiduran di sofa bermain ponsel dan Bambi yang pulang selalu meletakkan tas atau jaketnya di sofa. Leon teringat ketika mereka memilih warnanya, mau hitam atau abu-abu? Abu-abu terlihat sendu, tapi hitam tegas. Bambi memilih hitam, Leon abu-abu. Berakhir Leon mengalah sambil nyengir karena Bambi mulai ngambek. 

Leon terkekeh pelan. Dia teringat waktu pertama kali mereka memutuskan tinggal di satu atap.

***

 "kontrak apartemenku udah mau habis masa yang, pindah mana ya yang enak?" kata Leon sambil meniup kopinya. 
"gamau diperpanjang aja di situ lagi? Kamarmu enak, pemandangannya gunung," Bambi menyeruput frappe coklat. Hm, enak banget dingin-dingin di musim semi kayak gini. 
"gamau yang, inget ga aku ceritain bulan lalu ada tetangga baru di kamar depan yang berisik parah"
"oh ya, kamarmu ga soundproof sihh" Bambi mengangguk-angguk. 
"iya, makanya pindah aja apa ya, sekalian, gitu" Leon mengunyah kuenya sekarang. 
"OH!!!" Bambi matanya membesar "pindah ke apartemenku aja apa yang? Kita bisa barengan!" 

Leon langsung tersedak. Mukanya merah, antara masih mengatur nafas karena habis tersedak dan kaget karena omongan Bambi. 

"???? kenapa keselek???" Bambi memberikan tisu ke Leon "kan di apartemenku ada kamar kosong yang lain, ga cuma kamarku aja yang----" Bambi terdiam. Mukanya merah. Malu. Telinganya panas. Dia baru sadar kalau usulnya tadi bisa dianggap seperti ajakan untuk tinggal bersama, bukan ajakan agar Leon mencari kamar apartemen di gedung yang sama. Ada beberapa menit buat mereka berdua menunduk, berdeham, saling mengontrol debar jantungnya. 

Leon melirik Bambi yang menunduk. 
"k-kalau..." Leon berdeham, masih malu. "k-kalau kamu siap dan ngebolehin, aku boleh pindah ke apartemenmu?" 
Bambi ketawa kecil. "saranku tadi malah bikin kamu punya kesempatan dan ide buat pindah ke kamarku ya?" 

Leon terkekeh, menutupi tingkahnya yang gugup.

"iya. salahmu ngasih ide." 
Bambi masih merasa telinganya panas. Ketika dia mengiyakan, dia merasa jantungnya mau melompat keluar. Sama seperti Leon. Bahkan sampai di hari Leon pindah, membawa barang-barangnya ke apartemen Bambi. Rumah pulangnya yang baru. 

Gugup, malu, senang, semuanya menjadi satu. Bahkan waktu mereka makan malam bareng, mereka masih merasa gugup. 

"aneh ya rasanya," kata Bambi.
"iya, padahal kita udah makan bareng berapa puluh kali. Tapi ini rasanya kaya waktu first date kita" 
"gugup banget,"
"iya" 

Mereka berdua tertawa kecil. Realized how silly they are, still feeling shy after dating for a year. They still giggling when they almost asleep. Holding hands, with some space between them because they are really shy. 

*** 

'padahal sekarang kalo tidur pasti maunya nempel dipeluk sama aku' batin Leon sambil melirik kamar Bambi. Sepertinya Bambi udah tidur, karena kamarnya terlalu tenang. 

eh. 

sekarang? 

Sekarang itu ya mereka udah putus, tidur mereka terpisah. Leon mendengus. Kesal. Kenapa juga dia 2 bulan yang lalu emosi dan ninggalin Bambi? Ya karena egonya. Nyatanya sekarang dia kesepian, kangen Bambi. Datengin Bambi di ulang tahunnya. 

Leon menendang udara. Kesal. 





.

.

.

Dia pengen peluk Bambi, ngendus rambut wangi Bambi lagi, hangat dipeluk, dan bilang maaf.....

"Bambi, maaf...." kata Leon, tanpa berusaha berbisik. 


Putus dan Cerita SebelumnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang