Esok hari kelompok Aki serta kelompok (y/n) yang terdiri dari masing masing 3 orang dikumpulkan oleh Makima di markas khusus.
Makima menugaskan pengawalan terhadap sebuah kelompok yang akan membawa seorang tahanan khusus ke Biro.
Meski angota yang lain belum mengetahui kontrak apa yang dimikili (y/n) namun mereka tidak terlalu menganggap hal itu serius.
Sampai ketika semua pengawalan berjalan dengan begitu lancar.
"(y/n) kau punya waktu sore ini?"
"Ah Aki tentu saja, memangnya ada apa?"
"Aku akan mengajakmu berkencan."
"Huh, kencan?" Pipi (y/n) memerah dan dengan cepat dia berbalik badan.
"Kau serius Aki? K--kalau begitu baiklah, aku permisih dulu." (y/n) segera pergi.
Aki hanya tersenyum kemudian menghembuskan nafasnya.
Tiba tiba sajah monster besar menyerang kelompok ini secara membabi buta bahkan Aki terpental jauh dari kelompoknya.
Taro mati mengenaskan diinjak tanpa mengeluarkan kekuatannya sementara Yura kebingungan dan menahan tangisannya diantara reruntuhan bangunan.
Aki memulai penyerangan dibantu ketua Kelompok dari (y/n) Izawa serta seseorang lagi bernama Hanako.
Setelah 3 jam menahan monster itu agar para kelompok yang membawa tahanan khusus tiba di Biro. Hanako sudah kehilangan kesadaran karena kehilangan banyak darah akibat perutnya yang lubang karena serangan monster itu.
Izawa yang kehilangan mata kanannya dan mati ditempat. Sedangkan Aki tengah ngos-ngosan.
"Kon!"
"Ah, sial dia tidak disini."
Aki mengerutkan dahi karena rubahnya ternyata tidak keluar.
Lalu muncullah (y/n) dari balik mobil sembari memberikan Aki sebuah botol air.
"Aki kau istirahatlah, aku sudah memanggil bantuan, mereka akan datang 1 jam lagi, aku sudah selesai mengevakuasi penduduk disini. Jadi kau tidak perlu khawatir."
Aki terdiam, wajah (y/n) dan kulit disekujur tubuhnya terlihat merah bahkan urat uratnya sangat nampak kepermukaan.
"Kau baik baik saja?"
Bruukk
Aki terpental jauh kemudian menghantam sebuah bangunan sementara (y/n) tergeletak tepat di tengah jalan. Monster itu mendekati (y/n).
"Pergilah!"
Aki memaksa monster itu mundur beberapa langkah. Ia sedikit merasa tidak tega melihat wajah (y/n) yang berdarah.
"Mataharinya terlalu kuat." ucap (y/n)
"Ada apa?" Aki mengangkat kepala (y/n) dan meletakkannya di pangkuannya.
"Aki mungkin ini saatnya aku jujur padamu, kontrakku dengan iblis sekali pakai. Dia menolongku ketika aku akan dihabisi oleh ibuku sendiri karena terlahir dengan kulit merah yang tidak bisa terpapar sinar matahari terlalu lama. Aku pernah mengatakan bahwa aku tidak tauh kenapa aku dilahirkan bukan? Itu benar, aku tidak tauh kenapa.
Tapi satu hal yang pasti, Aku berhutan pada iblis ini dengan imbalan aku memakai kekuatannya dalam membunuh musuhku lalu dia mengambil nyawaku, seperti itulah kontrak dengan iblis sekali pakai."
"(y/n) tenanglah sebentar." Aki membuka jasnya lalu memakaikannya dikaki (y/n) agar tidak mengenai sinar matahari.
"Aki, ketika kau menemukan orang orang yang dapat membuatmu bahagia, tolong jaga mereka sebaik mungkin, aku percaya kepadamu sepenuhnya."
"Tolong jangan berbicara terlalu banyak."
"Pergilah, tinggalkan aku sendiri disini. Aku sudah tidak bisa merasakan apapun dibadanku."
"Apa maksudmu?"
"Aki, setelah bertemu dengamu aku dapat merasakan kehangatan dunia bahkan belajar apa artinya hidup dengan cepat. Aku berterima kasih tentang saat saat kita bersama. Hujan, Aku ingin kau dapat memelukku kembali suatu saat nanti. Segala moment denganmu adalah hal terbaik dihidupku sejauh ini.
Aki, hanya ini yang bisa aku berikan padamu."
(y/n) mencium wajah Aki kemudian mengelus lembut wajah itu.
"Aku memangilmu iblis sekali pakai, sesuai kontrakmu, ambillah nyawaku sebagai balasannya bunuhlah monster besar dibelakang sana."
"Terkabulkan."
"(y/n) tolong dengarkan aku, aku akan mengatakan bahwa aku sebe--"
"Aki Hayakawa--
Maaf Aki. Maafkan ak--"
Bersamaan dengan cahaya super terang yang menelan monster itu tanpa jejak, tubuh (y/n) yang meleleh hanya menyisakan tengkorak dan pakaian yang ia pakai.
"Aa-- ini apa? Dimana y/n?"
"(y/n)!!!!!"
"Kembalilah, ku mohon!" Aki histeris.
...
"Aki Hayakawa apakah kau suka membunuh orang juga?" (y/n)
"Tidak"
"Hem, padahal tampangmu mendominasi padahal."
"Maksudmu?"
"Hahaha.. Kau telah membunuh tekatku untuk mati cepat dan sekarang rasanya aku tidak ingin berpisah darimu."
"Hiks-- Aku yang membunuhmu sekarang. Seandainya aku masih sanggup. AAAAKKKH!"