BAB 19

41.9K 2.3K 16
                                    

Gita sudah sampai rumah pukul 5 sore, awalnya ia hendak pulang malam karena tidak ingin mengikuti perintah pak Revan yang menyuruhnya untuk pulang cepat.

Tapi karena Sasa dan Dewa mendadak ada urusan akhirnya ia memutuskan untuk pulang lebih awal.

"Assalammualaikum.." ucap Gita saat masuk ke dalam rumah.

"Waalaikumsalam.." jawab pak Revan yang lagi duduk santai di sofa ruang keluarga.

Gita langsung masuk dan hendak ke kamarnya namun di cegah oleh pak Revan.

"Git ini nilai sidangmu tadi,kamu lupa mengambilnya.." ujar pak Revan menyodorkan sebuah kertas pada Gita.

"Makasi pak.. tapi kenapa kertasnya lecek begini pak?" Tanya Gita menatap heran kertas nilainya sudah tak berbentuk rapi lagi.

"Ohh maaf tadi saya kira sampah jadi saya remas.." jawab pak Revan asal.

"Cih!!! Memang ya itu mulut gak pernah sekali pun keluarin kata-kata yang manis. Tiap yang keluar selalu aja bikin makan hati." Gumam Gita kesal.

Malas berdebat dengan pak Revan, Gita memilih untuk segera masuk ke kamarnya. Tubuhnya sudah minta untuk di guyur dengan air. Agar kepalanya yang memanas karena emosi langsung luntur dan mendingin.

"Selesai berberes saya tunggu kamu disini Git.." perintah pak Revan sebelum Gita memasuki kamarnya.

Gita tidak menjawab sama sekali ia terus berjalan menuju kamarnya. Bagi nya sudah tidak ada lagi perasaan untuk pak Revan. Mungkin benar dulu Gita menyukai pak Revan saat Gita SMP tapi itu dulu sebelum pak Revan berubah menjadi manusia yang menyebalkan seperti ini.

Ia hanya berharap waktu akan cepat berlalu dan kontrak ini akan segera berakhir. Itu artinya kebebasan akan Gita dapatkan.

Pak Revan terus menunggu di ruang keluarga, tapi Gita tidak juga keluar dari kamarnya. Saat hendak bangun dari tempat duduknya untuk memanggil Gita. Ternyata Gita sedang membuka pintu kamarnya menuju ke arah ruang keluarga. Pak Revan duduk kembali seperti sebelumnya.

"Bapak ada perlu apa sama saya?" Tanya Gita datar.

"Duduk dulu Gita.." perintah pak Revan.

Gita pun akhirnya duduk di sofa yang berjarak dengan pak Revan, jika biasanya suami istri akan duduk bersebelahan tidak dengan mereka. Mereka seperti orang asing yang kebetulan tinggal satu atap dengan status yang sah.

"Sebelumnya saya ingin mengingatkan sama kamu Git. jangan lupa kamu itu sekarang adalah istri saya. Jadi saya harap kamu bisa menjaga sikap kamu dengan cara tidak terlalu dekat dengan pria lain.." ujar pak Revan.

Sontak Gita menoleh kaget dengan perkataan pak Revan.

"Maksud bapak apa?" Tanya Gita yang merasa saat ini ia sedang di adili.

"Saya tidak ingin kamu terlalu dekat dengan Dewa, bagaimana pun Dewa adalah seorang laki-laki.." jawab pak Revan terus terang.

"Saya dan Dewa hanya berteman pak, di dalam kontrak tidak ada aturan melarang kedua belah pihak untuk berteman dengan siapa pun.. bapak lupa?" Ujar Gita merasa tidak terima dengan perintah pak Revan yang tidak masuk di akalnya.

"Saya tau itu.. tapi Dewa sepertinya menyukai kamu Gita." Jawab pak Revan.

"Dewa suka sama saya?? Yaampun pak, bapak lagi bikin novel ya? Tapi tunggu apa hubungannya bapak dengan Dewa yang suka sama saya.. bukankah ini hanya nikah kontrak, sewaktu-waktu bisa berakhir..ya tidak masalah dong kalo ada yang suka sama saya selama saya masih mengikuti aturan yang ada di kontrak.. jadi selama saya masih terikat kontrak ini, saya gak akan macem-macem. Lagi pula sesuai permintaan bapak saya tidak boleh memberitahukan siapa-siapa soal pernikahan kita.. jadi bagaimana mungkin saya menghindari Dewa hanya karna sudah menikah.." Ujar Gita menjelaskan panjang lebar.

Pak Revan tidak bisa berkata-kata karena apa yang di katakan Gita itu tidak salah. Malah ia merasa aneh pada dirinya sendiri, apa hubungan dengannya jika Dewa memang benar menyukai gita. Bukankah kontrak ini akan berakhir dalam 10 bulan lagi.

"Maksud saya itu jangan sampai status pernikahan kita itu di ketahui oleh orang lain. Jika kamu terlalu dekat dengan Dewa, pasti dia akan meminta untuk datang kerumahmu Git.. apa kamu akan membawanya kesini?" Balas pak Revan asal-asalan yang penting tidak kalah malu.

"Bapak gak perlu kawatir, tenang aja pak gak akan ada yang tau soal pernikahan kita. Permisi pak saya mau kembali ke kamar.." pamit Gita yang merasa kesal dengan sikap pak Revan yang terlalu takut jika status pernikahan mereka terbongkar.

Gita yang kesal tidak tahan harus berlama-lama di hadapan pak Revan. Ia ingin beranjak dari tempat duduknya dan langsung ke kamarnya.

"Git besok kamu senggang? Mama minta kita main kerumah.. kamu bisa?" Tanya pak Revan

"Mana mungkin saya bilang gak bisa.. toh yang buat aturan kan bapak.." jawab Gita malas dan langsung nyelonong ke kamar.

"Apa saya terlalu keras dengannya, atau perkataan saya terlalu kasar." Gumam pak Revan.

Pak Revan merasa sikap Gita selama dari awal menikah hingga sekarang itu sangat acuh dan sering membangkang. Ia merasa itu adalah kesalahannya karena terlalu bersikap kasar dengan Gita.

Namun jika ia bersikap baik ia tidak ingin Gita mensalah artikan sikap baiknya dan mulai menumbuhkan harapan padanya.

Karena saat ini pak Revan memiliki wanita lain yang ada di hatinya. Ia tidak ingin memberi harapan apa pun pada Gita, karena hanya tinggal 10 bulan lagi kontrak ini berakhir dan mereka akan bercerai.


DOSBING GALAK [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang