🍓Satu

24.3K 1.5K 6
                                    

"Sakitmu akan terbayar dengan segala usaha untuk berdamai dengan keadaan."

-Emilly Vathya
___________

Em memejamkan matanya merasakan semilir angin yang menenangkan, lima tahun berlalu dan kini Em telah berhasil berdamai dengan keadaan, tidak ada tangisan, tidak ada sesak, tidak ada lagi kepedihan. Tahun pertama dan kedua merupakan perjuangan panjang untuk Em bisa bangkit dari segala keterpurukan, hidupnya masih panjang. Bahkan cerita hidup Em baru dimulai, melepas seluruh masalahnya dan pergi meninggalkan Jakarta.

Bandung,
Salah satu kota yang selalu ingin Em datangi saat masih remaja, Em begitu bersyukur kini bisa menetap di Bandung. Terbebas dari seluruh penatnya Ibu Kota, waktu semakin berlalu, usia Em kini menginjak dua puluh tujuh tahun. Secara fisik, tidak ada perubahan signifikan. Hanya saja rambut yang dulu pendek kini telah memanjang hingga mencapai pinggang, Wajahnya lebih terlihat dewasa dan semakin memancarkan kecantikan alami.

"Em, pulang, yuk." Ajak Jo.

Pekerjaan Em saat ini adalah menjadi Manager Wedding Organizer ternama. Em dipertemukan oleh keluarga yang baik, mau merangkul Em saat tidak mempunyai tujuan hidup, Em beruntung, Karena bertemu lelaki sebaik Jovanka. Pertemuan Jo dan Em terjadi karena Em melihat wanita paruh baya yang akan terserempet motor, Em berlari dan berhasil menyelamatkan wanita itu, wanita itu mengucapkan terima kasih dan memperkenalkan dengan Jo, anak semata wayangnya. Kejadian itu membuka jalan hidup Emilly Vathya.

Keluarga Clastha begitu baik, mereka dengan senang hati memberikan Em pekerjaan, mereka mendengarkan kisah pilu seorang Emilly, Mereka sangat sedih mengetahui gadis secantik dan sebaik Em hidup sendiri dan diperlakukan jahat oleh mantan suaminya.

Jovanka Clastha, penerus segala usaha Clastha. Jo selalu menganggap Em sebagai adik yang harus dijaga, karena sejak lama Jo menginginkan seorang adik perempuan. Kedatangan Em tentu membuat Jo bahagia, jarak usia Jo dan Em tidak terpaut jauh, keduanya hanya terpaut 3 tahun. Jo mengajari Em dengan semangat dan sabar agar bisa bekerja di Wedding Organizer nya, selain WO, keluarga Clastha juga mempunyai beberapa usaha kuliner Donat, Coffe dan Pemancingan di Kota Bandung dan beberapa usaha di Luar Negeri.

-RUANGRINDU-

"Langsung pulang? Udah beres nih,"

Em yang tengah melihat pemandangan pun beralih pada Jo, "Iya, Abang."

Jo mengetuk pelan jarinya pada kemudi, "Makan? Ke rumah? Bunda rindu," Tanya Jo, "Kamu udah satu minggu nggak kerumah,Em."

Em jadi rindu Bunda, satu minggu ini WO mereka memang sibuk sekali, banyak pekerjaan dan harus survey kesana-kemari. Mengadakan rapat, bertemu client. Sejak beberapa bulan lalu Em membeli Apartemen di daerah Braga, alasannya adalah Em merasa tidak enak jika terus menumpang dikediaman Clastha. Meskipun Bunda dan Jo awalnya menentang, mereka akhirnya menyetujui agar Em bahagia, Bunda juga selalu berpesan agar selalu mengunjunginya setiap 2 hari sekali atau satu minggu sekali.

"Boleh, Em juga rindu Bunda, masak apa ya Bunda? Em kangen dimasakin ayam pedas," Riang Em, "Abang ikut pulang kan?"

Bukan tanpa alasan Em bertanya, Jo juga sibuk akhir akhir ini karena telah membuka Coffe Shop baru di daerah Lembang.

"Ya ya? Coffe Shop nanti dulu yaaaa.." Rengek Em seperti anak kecil dengan terus menggoyang-goyang lengan Jo.

Menggemaskan. Mana mungkin Jo bisa menolak permintaan Em jika melihat binar bahagia dan permohonan dari mata Em, "Baiklah."

Em bertepuk tangan dengan senyum lebar yang menambah kesan imutnya, Em mengacungkan kedua jempolnya pada Jo, "Ayeayyyy Bossss!!!!"

-RUANGRINDU-

Makan malam telah usai beberapa jam lalu, Em memutuskan untuk menginap karena besok pekerjaan hanya sedikit. Lintang- sekertaris Em juga besok bisa menghandle pekerjannya, Em juga rindu Bunda, Em memutuskan untuk pillow talk seperti dulu saat Em masih tinggal bersama Bunda.

"Bunda kangen, kamu sepertinya kurusan? Apa kamu nggak makan dengan baik?" Raut Bunda terlihat khawatir dan cemas, tangan kanannya aktif untuk mengelus wajah dan rambut panjang Em.

Em tersenyum manis untuk menenangkan Bunda, "Em baik baik aja Bun, Bunda rindu Em sebanyak apa?" Em memeluk Bunda dari samping, "Makasih Bunda, Bunda udah mau menjadi Bunda terbaik untuk Emilly."

Em sayang Bunda, Bunda Niria dan Bunda Rose. Em mengucapkan beribu-ribu syukur dan terima kasih pada Tuhan karena memberikan keluarga yang begitu baik dan menyayanginya dengan tulus.

"Bunda sesekali harus liburan, Em dan Abang Jo kan udah besar. Bisa jaga diri sendiri."

"Tapp--"

"Bener tuh, biar nggak bolak balik Call Abang sama Em terus," Ledek Jo datang dari tangga, "Uang banyak tapi diem di rumah terus. Kasian uangnya nanti nangis Bun."

"Hush, Mana bisa nangis? Uang itu milik kalian, Bunda lebih suka di rumah. Bisa rebahan dan nonton sinetron, kalian harus sering pulang dong, Bunda kesepian." Sebal Bunda pada Em dan Jo.

Em dan Jo terkekeh kencang, memang Jo itu sangat gemar mengganggu sang Bunda, beruntung Bunda orangnya sabar dan pengertian.

"Maaf Bunda.." Em dan Jo memeluk Bunda bersama. Keduanya benar benar seperti saudara kandung yang enggan berpisah, saling menyayangi dan melindungi satu sama lain.

Bunda membalas pelukan keduanya dengan erat dan sayang, anaknya adalah harta paling berharga, kehadiran Em sungguh sangat berpengaruh pada suasana Rumah, Niara sangat sayang pada Em bahkan tidak membedakan antara Jo dan Em.

"Kalian bagaimana? Udah punya kekasih hati belum?" Goda Niria pada dua anaknya.

Jo dan Em menggeleng, "Belum," Kata keduanya kompak.

Niria terkekeh gemas, anaknya walaupun sudah besar tetap seperti balita, "Kenapa? Kalian mau menjaga Bunda ya?" Gurau Niria.

Namun tidak disangka mereka berdua mengangguk cepat, "Hm, belum mau punya pasangan." Jawab Em, Jo juga mengangguk lagi, "Betul, enakan sendiri, bisa sama Em dan Bunda."

Bunda tertawa, "Baiklah-baiklah, tapi jangan menjadi manusia gila uang dan pekerjaan ya? Bunda ini ingin dijenguk juga."

"Maaf lagi Bunda," Em memeluk Bunda erat.

"Maaf juga Bunda," Jo melengkungkan bibirnya ke bawah, sungguh tidak cocok dengan postur tubuhnya yang tegap dan matanya yang tajam.

"Bunda maafin, jangan sedih-sedih ah, udah pada besar juga."

"Bunda baik, kita sayang Bunda."

Jo menecup pipi kiri Niria dan Em mengecup pipi kanan Niria, ketiganya saling memeluk erat, terlihat seperti keluarga yang sangat harmonis dan bahagia.

"Tidur sana kalian, besok kita menghabiskan waktu lagi."

"Selamat malam Bun." Em mengecup singat pipi Bunda, "Selamat malam Abang." Tak lupa juga mengecup pipi kanan Jo lalu berlari kecil menaiki tangga untuk segera istirahat.

Jo dan Bunda menatap punggung kecil Em, gadis dengan keceriaan dan aura positif, gadis yang mengangatkan kediaman Clastha,

"Selamat Malam, Emilly...."

-tbc-

RUANG RINDU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang