Desas-desus hubungan Vansa dan Bhanu semakin nyaring di telinga. Beberapa kali kebersamaan mereka terlihat di sosial media keduanya. Bagi yang mengenal Bhanu lebih lama, tidak biasanya cowok itu membagi hal-hal privasi seperti itu. Yang dulu-dulu sih, hanya pihak perempuan yang membagikannya. Sehingga teman-temannya tahu dari pihak perempuan karena Bhanu tidak pernah melakukan hal itu. Namun, kali ini berbeda.
"Lo sama Vansa beneran jadian?"
Pertanyaan yang ke sekian kali yang masuk ke telinga Bhanu. Hampir setiap hari paling tidak sekali yang bertanya demikian. Entah bertanya langsung atau melalui personal chat dan media sosial lainnya. Bhanu menghisap sebatang rokok yang baru saja dinyalakan. "Kenapa, Bang?"
"Gue rasa dia beneran tulus sama lo."
"Semuanya juga gitu, Bang. Namanya juga cewek."
"Udah sampai mana?"
Bhanu terdiam. Saat bersama Vansa, Bhanu tidak sengaja bertemu dengan Bang Chris dalam acara fotografi beberapa kali. Hal itu pula yang tidak luput dari perhatian Chris. Bhanu sudah mengenal Vansa hampir tiga bulan ini. Intensitas pertemuan mereka semakin meningkat semenjak Vansa juga mengikuti komunitas yang sama di kampus. Meskipun Bhanu sudah melepas status mahasiswanya, ia beberapa kali aktif di sana setiap mengadakan workshop.
Sebenarnya bukan kali ini saja Bhanu didekati perempuan. Bhanu juga tidak melarang untuk mendekatinya selama tidak merugikan Bhanu. Namun, dari sekian banyak perempuan yang mendekatinya, tidak pernah satu pun yang berakhir menjadi pacarnya. Karena bagi Bhanu ia tidak ingin membina hubungan apalagi rumah tangga dengan perempuan manapun.
Setiap perempuan yang mendekatinya pun tak jarang berbagi kehangatan dengannya. Ya, Bhanu bukanlah orang yang suci. Bhanu tidak sebersih itu. Namun, emangnya ada manusia yang benar-benar bersih?
Jika sudah terjadi---saling bercinta, tak jarang mereka akan menuntut Bhanu sebuah keseriusan. Padahal Bhanu tidak pernah meminta apalagi memaksa. Mereka sendiri yang menawarkan. Sampai di situ, Bhanu akan bertindak tegas dan menyuruh perempuan itu untuk menjauh dari Bhanu. Tentunya, Bhanu akan menjelaskan kalau dia tidak berniat menjalin hubungan dengan siapapun.
Bhanu juga tidak jarang mendapatkan tamparan. Namun, Bhanu tidak lah salah. Karena mereka sendiri yang menyeburkan diri pada Bhanu. Ya, mungkin karena itu juga banyak yang malabelinya dengan brengsek.
Sudah hampir tiga bulan mengenal Vansa. Bhanu juga tidak tutup mata bahwa Vansa tertarik padanya. Perempuan itu begitu terang-terangan. Yang berbeda dengan yang lain, Vansa selalu menurut padanya.
Apa Bhanu menikmati? Tentu saja. Ia menikmati setiap perempuan yang datang padanya.
"Gue harap lo nggak menyesal."
Bhanu tersenyum kecil. Kedekatannya dengan Vansa banyak mendatangkan peringatan dari pihak mana pun. Beberapa kali Vansa akan bercerita jika teman-temannya pun melarang untuk menjalin hubungan dengan Bhanu. Semakin banyak yang melindungi Vansa, semakin Bhanu menantang mereka semua.
"Kenapa Bang? Nggak biasanya lo peduli gini."
Tidak ada yang berani mencampuri hubungan Bhanu dengan perempuan mana pun. Termasuk Bang Chris sekali pun yang sudah mengenalnya semenjak kuliah.
"Karena lo juga tertarik sama dia. Lo nggak akan berani nyakitin dia."
Bhanu tertawa lepas. Rasanya sudah mati. Tidak mungkin ia merasakan hal itu. "Gue tertarik karena banyak orang yang melindungi dia. Karena gue pengen liat bagaimana reaksi mereka jika apa yang dibayangkan mereka terjadi?"
Tiba-tiba Bang Chris menarik kerah bajunya. "Jangan sampe kelewat batas, Bhan!" geram Chris tertahan, "Kalau sampai itu terjadi, nggak cuma Vansa yang hancur, tapi lo juga!"
*****
"Kamu kenapa? Lagi ada masalah di kerjaan?" tanya Vansa lembut sembari mengusap lengan Bhanu.
Saat ini mereka duduk di mini perpustakaan milik Bhanu. Bhanu sengaja memberi ruang untuk salah satu hobinya. Vansa tidak menyangka jika Bhanu benar-benar mendedikasikan diri untuk hobinya. Saat pertama kali Bhanu membawanya, Vansa begitu gembira karena ini seperti perpustakaan impiannya. Ada berbagai macam genre di sini sehingga Vansa bisa menumpang baca di sini.
Vansa sempat bertanya di mana orang tua Bhanu karena rumah itu terlihat sepi sekali. Persis tidak ada yang menghuni. Dan dengan ringannya, Bhanu menjawab kalau kedua orang tuanya sudah bercerai. Ayah dan ibunya masing-masing sudah memiliki keluarga baru. Vansa sedih mendengarnya dan tidak menyangka Bhanu mempunyai garis takdir yang seperti ini. Namun, Bhanu terlihat santai saat mengatakannya.
Kepalanya bersandar pada bahu Bhanu. Bhanu tetap terdiam. "Aku siap jadi pendengar kamu. Aku nggak akan menghakimi kamu seperti yang lainnya."
Sebulan terakhir ini, Bhanu terbuka padanya. Tentang bagaimana keadaan keluarganya, bagaimana ia hidup selama ini, dan bagaimana orang-orang menilai Bhanu. Bhanu yang dikenal orang banyak, tidak seperti Bhanu yang ada di depan Vansa sekarang. Bhanu terlihat rapuh, meskipun berusaha kuat setegar karang.
Mendengar perkataan Vansa, Bhanu menunduk, menoleh ke arah Vansa. Kemudian membelai pipinya. "Gue nggak pa-pa."
Vansa bangkit dan melihat ke arah Bhanu. "Tapi, aura kamu itu serem loh. Kamu pasti lagi nahan marah."
Tidak ada jawaban, akhirnya Vansa memegang tangan Bhanu. "Ya udah kalau kamu nggak mau cerita. Aku nggak maksa." Setelahnya Vansa kembali bersandar pada Bhanu.
"Van," panggil Bhanu setelah hening beberapa menit.
Vansa hanya membalas dengan berdeham. Bhanu pun melanjutkan, "Lo nggak pa-pa kita begini?"
"Kok nanyanya gitu?"
"Tanya aja."
Vansa kembali bangun dan menatap Bhanu. "Aku nggak mau menuntut banyak ke kamu. Asalkan kamu dan aku bahagia, aku rasa begini saja cukup."
Vansa sudah begitu banyak berkorban untuk sosok ini. Pernah sekali Vansa dan Juki berdebat hingga akhirnya Juki marah pada Vansa. Juki selalu menyuruh Vansa untuk menjauhi Bhanu. Namun, Vansa tidak bisa. Ia tidak bisa meninggalkan Bhanu yang begitu rapuh ini sendirian. Ia sangat menyayangi pria ini.
Bukannya Vansa datang sebagai penyelamat Bhanu. Vansa hanya menjadi teman pria itu. Sampai akhirnya Bhanu benar-benar bertemu dengan pujaan hatinya. Hubungannya dengan Bhanu memang tanpa kepastian. Vansa yang selalu mendekat hingga akhirnya mereka terlalu dekat seperti ini. Seperti sepasang kekasih. Namun, status mereka tidak begitu.
"Perasaan lo ke gue gimana?"
Vansa menatap Bhanu dengan lembut. Namun, tatapan Bhanu sulit diartikan oleh Vansa. Sampai detik ini, Vansa masih sulit menebak setiap tatapan pria itu. "Sayang lah sama kamu. Kalau aku nggak sayang, aku nggak mungkin di sini."
Tiba-tiba Bhanu mendekat. Mengikis jarak antara mereka. Kedua tangan Bhanu sudah memegang pipi Vansa dan mengusapnya. Dalam jarak beberapa senti itu mungkin Bhanu bisa mendengar debar keras jantung Vansa. Vansa terkejut.
Di jarak yang sedekat itu, Bhanu pun berkata, "Gue juga sayang sama lo."
Tanpa aba-aba, bibir mereka pun bertemu. Bhanu mulai memandu Vansa untuk mengikuti permainannya. Awalnya, Vansa diam. Ia sungguh terkejut dengan tindakan Bhanu yang tiba-tiba. Setelah merasakan kelembutan itu, Vansa pun mengikuti irama permainan Bhanu. Larut satu sama lain dan saling mereguk kesenangan. Kesenangan yang hanya sesaat.
[]
<<31 Maret 2021>>
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Side [Dean-Rose] ✔
Historia Corta[COMPLETED] Kehidupan Vansa terasa hambar. Selama hampir dua puluh tahun hidupnya, ia tidak satu pun mempunyai riwayat menjalin hubungan dengan pria. Ya, meskipun ada rasa ingin menjalin kasih. Namun, yang menjadi masalah utama adalah Vansa belum me...