10. Alasan Mempertahankan

10.9K 1.9K 48
                                    

"Jadi, Mas Rafa ini teman SMA Adek?"

Aku spontan menoleh horor pada Ibu yang kini duduk di sebelahku. Mas Rafa? Kenapa panggilannya berubah secepat itu dari hanya nama dan sekarang ditambahi embel-embel 'Mas'? Geli-geli aneh rasanya mendengar Ibu memanggilnya begitu. Mana yang dipanggil malah cengar-cengir tidak jelas, lagi!

"Iya, Tante. Waktu Ga—Berlin pindah ke SMA Galaksi."

Aku bergidik. Sejak kapan seorang Rafampret bisa bicara lembut dan sopan begini? Pencitraan sekali mentang-mentang di depan fans.

"Kok Adek nggak pernah cerita kalau berteman sama Mas Rafa? Kan tahu, Ibu nge-fans sama Mas Rafa."

"Nggak temenan, Bu. Cuma sekadar tahu aja, dulu," elakku.

"Kita lumayan deket kok, Tante."

Aku mendelik pada makhluk yang kini duduk di sofa single itu. "Nggak usah ngarang lo!"

"Dek, masa nggak sopan sama idola Ibu?"

"Aku nggak dekat, Bu, sama dia. Sama sekali nggak pernah. Ketemu lagi juga baru-baru ini, karena dia anaknya bos baru aku di kantor pusat. Udah itu aja."

"Tapi kok Mas Rafa sampai diajak ke sini?"

"Nggak ngajak, Bu." Aku mendesah kasar. "Bocah ini aja yang ngintil aku."

"Saya kan mau lihat rumah Berlin, Tante. Kebetulan saya baru aja ada kerjaan sama Mario, sepupunya Berlin." Rafa tersenyum sok lembut. "Tapi maaf, Tante, karena dadakan jadi saya nggak bawa apa-apa."

"Eh nggak apa-apa, Mas Rafa. Tante kedatangan idola Tante saja sudah senang sekali. Nanti Tante minta tanda tangan sama foto selfie, boleh?"

"Boleh banget, Tante. Apa pun untuk Tante."

"Ah manisnyaa. Seneng deh Tante."

Aku menepuk dahi. Ternyata Ibu memang seperti fans pada umumnya, selalu heboh kalau bertemu idola. Dan jangan remehkan ibuku. Beliau juga punya akun Instagram lho. Pengikutnya bahkan jauh lebih banyak dariku. Semuanya ibu-ibu sih, yang sama-sama mengidolakan Mas Imam—tokoh utama dalam sinetron yang diperankan oleh Rafa, berjudul Malioboro, I Heart You. Sinetron yang tahun lalu memang sangat booming, sekaligus perdana Rafael Pradipta memainkan sinetron. Biasanya kan hanya fokus ke film layar lebar dan menyanyi saja.

"Gara-gara Mas Imam itu, Tante jadi suka Mas Rafa. Adem gitu dilihatnya. Mana pendiam dan dingin. Semua ibu-ibu di kompleks ini jadi suka lho sama Mas Rafa. Sering adain nonton bareng juga kalau malam. Sayang ya sinetronnya sudah tamat. Tapi Tante senang lho, akhirnya Mas Imam rujuk sama Inggrid. Nggak kebayang kalau tetap pisah, pasti banyak yang nangis. Mana Mas Imam itu romantiis sekali terus bla bla bla ...."

Aku meringis sebal. Ibu makin berbicara panjang lebar memuji-muji akting Rafa. Yang dipuji tentu senyum-senyum dan tidak kelihatan malu sama sekali, justru percaya diri.

"Sekarang Mas Rafa masih sama Inggrid? Eh siapa yang main jadi Inggrid itu? Tania Su ... Su ... siapa ya, Dek?"

"Nggak tahu, Bu." Mana aku ingat? Melihat sinetronnya saja aku cuma beberapa kali. Itu pun sekilas.

"Sudarsono, Bu." Rafa dengan senyum lebar, memberitahu.

"Nah iya, Tania Sudarsono. Kan Adek pernah nonton sama Ibu, kok nggak tahu?"

"Nggak ingat-ingat, Bu. Kecuali kalau yang main Riza Ramadhan, baru nggak akan lupa."

"Kamu mah Riza Ramadhan terus yang dilirik."

"Kan ganteng, Bu. Keren. Senyumnya bikin meleleh."

"Mas Rafa juga ganteng lho. Senyumnya juga bikin semua cewek meleleh, mulai dari anak kecil sampai ibu-ibu."

Hello, Gajah! (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang