BRUKK!!
Kini pandangan lelaki di samping kiriku tertuju ke arah bangkuku. Aku tak sengaja menjatuhkan kacamata yang sedang tidak aku pakai, alhasil gagang kacamataku patah. Aku pun segera mengambil kacamataku yang tergeletak di lantai.
"Ya ampun patah lagi, padahal baru diganti ih!" celotehku sambil memandangi kacamataku yang sudah patah. Aku mengerutkan bibirku, kesal.
"Makannya pake, jangan asal simpen, mampus kan sekarang ga bisa liat," ucap Louis, lelaki yang bangkunya berada di samping kiriku. Kini ia berdiri menghampiri aku, ia mengambil kacamataku dari tanganku lalu ia memberikan senyuman tipis.
"Eh mau diapain itu kacamata gua!? Kembaliin gak!" protesku sambil mengulur-ulurkan tanganku untuk meraih kacamata yang berada di tangan Louis.
"No! Diem! Mau dibenerin gak? Kalo gamau yaudah," ujar Louis dengan nada meremehkan.
"Eh, yaudah deh sana benerin kalo bisa," jawabku lalu memfokuskan pandangannya pada soal-soal matematika yang tak kunjung beres.
Jangan tanya kenapa Louis bisa keluar bangku disaat jam pelajaran. Tentu saja, sekarang guru sedang rapat, tetapi tetap saja diberi tugas. Aku duduk sebangku dengan Sadie, tetapi Sadie sedang berada di bangkunya Millie, Sadie memang sering keluar bangku saat guru sedang tidak di kelas tetapi dia jarang mengajakku.
Membosankan memang. Tidak ada orang yang bisa aku ajak bicara, aku bisa dibilang anak yang paling menyendiri di kelas, tetapi jika aku sudah mempunyai teman, aku akan sangat heboh dengan temanku. Sadie juga temanku, tetapi tidak terlalu dekat, Sadie bersahabat dengan Millie. Ku dengar Millie menyukai Louis.
Ku pandang wajah Louis sambil bergumam dalam hati.
"Apasih kelebihan dia sampe-sampe banyak orang yang suka sama dia? Menang caper doang mah iya," ku tatap lagi wajah Louis yang sedang fokus membenarkan kacamataku.
"Tapi dia ganteng." ucapku dengan suara pelan. Louis tiba-tiba menoleh ke arahku.
"Siapa yang ganteng?" tanyanya sambil menahan tawa, ia membuyarkan lamunanku.
"O-oh anu itu, Mr. Justin!" ujarku gugup.
Louis tertawa terbahak-bahak."Astaga, Mr. Justin udah punya istri, istrinya ibu kantin, dia juga udah punya anak umurnya 3 tahun." Louis mendekatiku dan mengasongkan kacamataku padaku sambil tersenyum.
"Makasih."
"Iya, sama-sama. Lain kali dijatohin lagi ya kacamatanya," jawab Louis dengan nada mengejek. Ia kembali ke mejanya dan melanjutkan pekerjaannya.
"Ekhem ekhem." Aku mengalihkan pandanganku ke depan, ternyata sudah ada Sadie, ia terlihat sedang menahan tawa.
"Eh, ngagetin aja lo." Aku kembali mengalihkan pandanganku ke buku-buku tebal di depanku.
"Rajin amat neng," Sadie duduk di sampingku. "Emang," ujarku.
"Eh btw dari tadi gua liatin, lo ngobrol sama Louis ya? Tumben," tanya Sadie, ia terlihat sangat bersemangat menunggu jawabanku.
"Iya, dia tadi benerin kacamata gua," jawabku.
"Lo lucky banget, si Millie udah dari awal masuk sekolah ngodein dia, dia ga peka-peka," kata Sadie sambil membulatkan matanya.
Tiba-tiba pintu kelas terbuka. Kelas yang asalnya riuh kini menjadi sepi. Pak Justin memasuki kelas, lalu duduk di mejanya.
"Anjrit, gua belom beres lagi." Sadie buru-buru membuka bukunya panik. Aku tertawa kecil melihat Sadie yang sedang panik. "[Name], plis gua nyontek yaa?" pinta Sadie dengan wajah memelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISTANZA | louis partridge
Fanfiction"Kalo gue jadi pacarnya, pasti gue gak bakal sia-siain dia," [Name] Gretchen, remaja perempuan yang paling pendiam di kelasnya. Ia jarang merasakan jatuh cinta. Sampai suatu ketika, ia dekat dengan salah satu siswa paling digemari di kelasnya, Louis...