Bel pulang sekolah telah berbunyi, semua anak-anak bergegas pergi meninggalkan kelas. Sepertinya mereka tidak sabar pulang ke rumah. Namun tidak denganku, aku sama sekali tidak ingin pulang ke rumah.
Aku segera membereskan buku-bukuku dan memasukannya ke dalam tas, lalu menggendongnya. Dengan malas, aku melangkahkan kakiku keluar kelas.
Kini, aku sedang berdiri menunggu Dad di gerbang sekolah. Aku sudah menunggu hampir 30 menit, namun ia tak kunjung menjemputku. Aku baru ingat, Dad menyuruhku untuk terbiasa pulang-pergi sendiri. Itu artinya aku harus naik bus kota untuk pulang ke rumah.
Tiba-tiba seseorang berdiri tepat di sampingku. Ia tersenyum ke arahku dan menyapaku, aku membalas senyumannya. Ya, dia Louis. Ia juga sedang menunggu bis kota, kebetulan rumah kami lumayan dekat.
"Tumben gak sama bokap lo." Ia melirik ke arahku.
"Iya, Dad sibuk. Lo naik bus juga kah?" tanyaku. Ia mengangguk sambil mengacak-acak rambutnya. Jantungku berdetak kencang saat ia mengacak-acak rambutnya. Dia sangat tampan.
"Motor gua disita Dad, terpaksa gua harus naik bis," jelasnya.
Akhirnya bus kota yang kami tunggu telah datang, kami segera menaiki bisnya. Dengan terburu-buru, Louis duduk di satu bangku yang tersisa. Ya, semua kursi sudah penuh. Terpaksa aku harus berdiri menahan pegal.
Jujur, aku jarang sekali menaiki bus kota. Di sini ternyata sangat panas, ditambah bus ini sangat penuh. Ku lirik Louis yang tengah sibuk mengacak-acak tasnya, sepertinya ia sedang mencari sesuatu.
"Hey, lo mau ini?" Louis menawarkan beberapa buah permen kepadaku. Permen strawberry, kesukaanku. Aku dengan cepat mengangguk mengiyakan.
"Makasih, emang ya hari ini hari beruntung gua. Tadi gua dikasih eskrim sama Millie, sekarang dikasih permen sama lo." aku tersenyum kegirangan.
"Lo duduk sini, biar gue yang berdiri." Louis berdiri lalu mendorongku pelan. Namun sebelum aku duduk di kursinya, sudah ada ibu hamil yang menempati kursi itu.
"Makasih ya dik, saya pegal dari tadi berdiri terus. Biasa, masalah ibu hamil, hehehe," ucap sang ibu sambil tersenyum. Aku membalas senyumannya.
"Lo sih! bukannya cepet-cepet duduk," bisik Louis. Aku pukul pelan pahanya, ia sungguh tidak sopan terhadap ibu hamil.
"Gak boleh gitu, dia juga pegel tau! Kasian lagi hamil!" jawabku sambil berbisik.
Bus pun berhenti, kami segera turun. Namun saat akan membayar ongkos, uang di sakuku menghilang. Dengan sangat panik, aku membuka tasku dan mengorek-ngorek isinya. Namun tetap saja, tidak ada uang di dalamnya.
"Pak, uang saya hilang. Gimana nih?" tanyaku pada sang supir, panik.
"Ya ampun, dik. Bagaimana sih? Kalau gak punya uang gak usah naik bus," kata si Bapak.
"Udah biar saya yang bayar aja pak," kata Louis sambil menyodorkan uang kepada Pak Supir.
"Makasih, besok gue ganti ya," ucapku pada Louis. Dia memang menyebalkan, tapi terkadang dia juga baik dan kalau boleh jujur, dia juga tampan. Tidak, aku tidak menyukainya.
Setelah turun dari bus, kami berpisah. Sebelum berpisah, aku berkali-kali mengucapkan terimakasih kepada Louis. Dia juga melambaikan tangan padaku! Kalian tahu? Ketika Louis melambaikan tangannya padaku, pipiku terasa panas dan rasanya seperti ada kupu-kupu dalam perutku. Sepertinya aku memang suka padanya, tidak, aku tidak suka padanya. Dia amat sangat menyebalkan.
Saat di jalan, aku terlalu sibuk memikirkan Louis sampai-sampai aku lupa bahwa di rumah ada Mom dan Dad yang sedang tidak akur. Aku semakin dekat dengan rumah. Jujur, aku sangat malas pulang ke rumah. Aku melangkahkan kaki dengan lambat, berharap aku tidak cepat sampai rumah.
Namun tetap saja, walaupun sudah melambatkan langkahku aku tetap sampai rumah. Ku tatap rumahku yang sederhana ini. Rumahku tidak mewah, tidak seperti rumah Millie. Rumah ini minimalis, aku sangat nyaman di sini. Tapi semakin ku tatap aku merasa aneh. Kenapa sepi? Kemana Mom dan Dad?
Aku tidak peduli, aku melepas kedua sepatuku. Saat akan membuka pintu, ternyata pintunya dikunci. Untung saja aku selalu membawa kunci cadangan, karena aku tahu Mom dan Dad tidak pernah pamit ketika akan pergi.
"Aku pulang!" seruku, tidak ada satupun yang menyahut. Itu tandanya aku sendirian di rumah. Kemana orang-orang? Namun aku tidak peduli, dengan semangat aku bergegas lari ke kamarku. Aku mengambil ponsel yang ada di dalam tasku.
Ponsel berkedip, tanda ada pesan masuk. Ternyata dari Mom, dia bilang bahwa Mom dan Dad sedang menyelesaikan urusan mereka di rumah kakaknya Dad. Aku harap hubungan mereka berdua membaik.
"Semoga urusan Mom dan Dad cepet kelar, dan semoga perempuan itu hanya teman Dad, bukan selingkuhannya." Aku benar-benar rindu mereka yang dulu, bukan yang sekarang.
Kruyukk
Itu suara perutku, aku merasa lapar. Karena lapar, aku segera berganti pakaian lalu turun ke bawah dan pergi ke dapur. Namun ternyata, makanan yang dimasak Mom tadi pagi sudah habis. Dan parahnya lagi tidak ada makanan di kulkas. Terpaksa, aku harus pergi ke minimarket.
Aku segera mengambil uang dari laciku, lalu pergi ke minimarket. Tak lupa, aku juga mengunci pintu rumahku. Aku berjalan kaki ke minimarket, kerena memang jaraknya tidak jauh. Aku berniat untuk membeli mie dan beberapa camilan.
Kini aku sudah sampai di minimarket. Aku sedang memilih-milih camilan mana yang akan ku beli. Namun, saat aku sedang memilih-milih camilan, aku melihat Sadie! Entah apa yang sedang ia lakukan di sini.
"Sadie!" sapaku, dia menoleh ke arahku. Ia seperti terkejut melihatku. Ia langsung meletakkan kembali barang yang tadi akan ia beli.
"[Name], gue gak nyangka kita bakal ketemu di sini," ucap Sadie canggung.
"Lagi ngapain di sini? Gak jadi beli barangnya? Kok ditaruh lagi?" tanyaku sambil menunjuk barang yang tadi Sadie pegang.
"Hehe iya, abisnya mahal banget. Omong-omong lo sendirian aja nih di sini?"
Aku mengangguk mengiyakan. Sadie tersenyum canggung, seolah ia tidak nyaman mengobrol denganku? Ah, entahlah mungkin ada yang ia sembunyikan dariku.
"[Name], lo tadi pulang sama Louis, ya?" tanyanya, aku melotot. Bagaimana ia bisa tahu hal itu? Aku takut jika Sadie memberi tahu Louis. Kalian tahu kan, Sadie bukan penyimpan rahasia yang baik. Rahasia sahabatnya saja, ia beberkan. Apalagi aku yang hanya ‘teman’nya.
"Lo jangan bilang-bilang ke Millie, ya? Gue takut." Aku meraih tangan Sadie.
"Gak bisa, Millie udah tau. Tadi kita berdua lihat lo berdua naik Bus," jawab Sadie enteng.
Ah, kacau!
"Gue pergi dulu ya, gue gak bisa lama-lama di sini. Asal lo tau, Millie gak marah kok sama lo," jelas Sadie.
Oh Tuhan, terimakasih. Aku tersenyum mendengar penjelasan Sadie. Tapi aku tetap yakin, Millie tetap kesal padaku. Omong-omong aku masih penasaran mengapa Sadie begitu canggung saat mengobrol denganku? Ah, tapi, lupakan.
Aku telah selesai dengan belanjaan ku. Kini aku sedang membayar di kasir. Aku tak sabar ingin memakan mie dan camilan-camilan ini. Pasti akan sangat enak!
Setelah membayar, aku keluar minimarket. Namun dari jauh ku lihat dua pasangan sedang berpelukan di dalam mobil. Si perempuan sedang menangis, sedangkan si lelaki sedang menenangkannya dengan cara memeluknya. Ku lihat lagi lebih jelas, dan ternyata, itu adalah... LOUIS DAN MILLIE?!
. · . · . · . · . · . · . · . ·. · . · . · . · . · . · . ·
HLO BESTIE AP KABAR
wdooh tebak sy sdh berapa bulan tdk aplot? 2 BULAN CUKKK
MAKASIH BANYAK SUDAH BACA CERITA SY. SY AMAT SANGAT TERHARU.btw mohon maaf lahir batin ya bestie *telat bgt.
selamat membaca, maaf pendek.
— anorexowa 。♡
![](https://img.wattpad.com/cover/263790279-288-k833828.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DISTANZA | louis partridge
Fanfiction"Kalo gue jadi pacarnya, pasti gue gak bakal sia-siain dia," [Name] Gretchen, remaja perempuan yang paling pendiam di kelasnya. Ia jarang merasakan jatuh cinta. Sampai suatu ketika, ia dekat dengan salah satu siswa paling digemari di kelasnya, Louis...