Setelah membayar, aku keluar minimarket. Namun dari jauh ku lihat dua pasangan sedang berpelukan di dalam mobil. Si perempuan sedang menangis, sedangkan si lelaki sedang menenangkannya dengan cara memeluknya. Ku lihat lagi lebih jelas, dan ternyata, itu adalah... LOUIS DAN MILLIE?!
Bruk!
Tanpa sengaja, aku menjatuhkan kantung belanjaanku. Aku baru ingat kalau Louis juga menyukai Millie. Aku berdiam tak bergerak. Sejenak aku berpikir, apakah mereka sudah resmi berpacaran?
Aku pun tak mau banyak ingin tahu. Lebih baik aku tidak memikirkannya. Louis, andai dia tahu aku nyaman ketika ada di dekatnya. Tak bisa dipungkiri bahwa hati ini mulai tertarik padanya. Buktinya, sekarang aku cemburu melihat Louis berpelukan dengan Millie.
Dengan cepat, aku mengambil kantung belanjaanku. Aku berlari secepat mungkin. Tiba-tiba langit mendung, datanglah hujan.
Aku terus berlari sambil kehujanan. Aku tidak peduli aku akan sakit atau tidak, Yang aku inginkan saat ini hanyalah pulang.Sesampainya di rumah, aku cepat-cepat masuk. Ternyata ada Mom dan Dad di rumah. Mereka sedang mengobrol di ruang tengah, sepertinya mereka sudah berbaikan. Terimakasih Tuhan.
"Kemana aja kamu? Kok basah kuyup?" tanya Mom sambil menunjuk bajuku yang memang basah karena kehujanan.
"Habis dari minimarket, lupa gak bawa payung hehe," jawabku.
"Ngapain ke minimarket? Beli mie? Ya ampun, [Name]. Padahal Mom udah beliin bakso buat kamu." Mom menunjuk sebuah bungkusan di atas meja.
"Kenapa gak bilang dari tadi sih, Mom? Kalau tahu begini aku gak bakalan hujan-hujanan kayak gini." Aku mengambil bungkusan itu lalu membawanya ke dapur.
Ponsel di dalam sakuku bergetar, tanda ada telepon masuk. Aku pun segera mengeluarkan ponselku dari saku, ternyata telepon itu dari Sadie. Tumben sekali dia meneleponku. Aku mengangkat teleponnya.
"Halo?"
"Iya, ada apa Sadie? Tumben banget lo nelepon gue," tanyaku penasaran.
"[Name], gue mau ngomong serius sama lo. Besok kan Minggu, gue boleh gak ke rumah lo?"
"Oh boleh-boleh, dateng aja. Lo pernah kan ke sini? Jangan bilang lo lupa alamat gue," kataku sambil membuka bungkusan bakso.
"Gue gak lupa kok, ya udah ya. See you, [Name]." Sadie mematikan teleponnya, aku memasang wajah kebingungan. Bagaimana tidak bingung, Sadie jarang sekali menghubungiku. Dan sekarang ia meminta untuk bicara serius? Ada apa sebenarnya dengan dia?
Sadie Sink, perempuan cantik ini sikapnya sangat tak bisa ditebak. Terkadang dia baik padaku, namun kadang sikapnya aneh. Sadie, dia berteman dengan Millie sejak mereka duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Aku dengar, Mama dan Papa mereka juga berteman baik, bahkan mereka sering berlibur bersama ke luar negeri.
Saat pertama berkenalan dengan Sadie, aku takut padanya. Aku kira, Sadie sombong, namun kenyataannya tidak. Dia baik, tidak seperti Millie yang agak memilih-milih dalam berteman.
Terkadang, Millie selalu cemburu jika Sadie terlalu berdekatan denganku. Tak jarang, Millie memerintah Sadie untuk menjauhiku. Apa boleh buat, jika Sadie menolak perintah Millie, ia bisa saja diancam oleh Millie.
"Gue bisa minta Dad buat ngomong ke Kepala Sekolah, supaya lo dikeluarin dari sekolah karena nolak perintah gue." begitu kata Millie. Walaupun sikap Millie seperti itu, Sadie tetap saja menemaninya, aneh bukan?
Aku membawa mangkuk baksoku ke meja makan, lalu melahapnya. Hmm, enak sekali makan bakso hangat di saat hujan. Sejenak, aku melupakan tentang Louis dan Millie yang berpelukan di dalam mobil. Toh, aku bukan siapa-siapa Louis, mengapa aku cemburu?

KAMU SEDANG MEMBACA
DISTANZA | louis partridge
Фанфик"Kalo gue jadi pacarnya, pasti gue gak bakal sia-siain dia," [Name] Gretchen, remaja perempuan yang paling pendiam di kelasnya. Ia jarang merasakan jatuh cinta. Sampai suatu ketika, ia dekat dengan salah satu siswa paling digemari di kelasnya, Louis...