"kamu excited banget ya mau ikut seminar?"
"eh? kelihatan banget ya, kak?"
"iya. dari awal kita duduk di kereta, kamu nggak berhenti senyum, na. kamu kok bisa sih bahagia gitu? padahal, ini kamu lagi kerja di luar jam kantor lho."
"buat naja ini nggak cuma kerja, kak. naja yakin akan dapat banyak insight baru. pembicara seminarnya hebat-hebat. ada mendikbud juga. ini bukan buat improvement aksel aja, tapi buat naja pribadi juga."
"hmm ... kok kamu bisa, ya?"
"bisa apa?"
"bisa mikir sepositif itu?"
"eh? gimana, kak?"
"gimana, ya? aku masih nggak nyangka aja ada orang sebaik kamu. maksudnya, baik kamu itu nggak manusiawi, na. kalau aku di posisi kamu, aku nggak akan mau sih ke jogja sendirian buat ikut seminar gini. terus, aku yakin nih, pasti ares minta report-nya, kan?"
"iya ...."
"kamu nggak capek, na?"
"capek apa, kak? capek kerja?"
"ya ... capek kerja. capek jadi orang baik juga--eh, maaf, ucapan aku bikin kamu nggak nyaman, ya? oke, deh. kita bahas yang lain aja."
"nggak apa-apa, kak ilalang. santai aja. lagian, naja bukan orang baik."
"terus apa?"
"bukan apa-apa. naja biasa aja kok, kak. naja bukan orang baik. naja cuma berusaha menjalani hidup tanpa benci dan dendam sama siapa-siapa."
"kenapa, na? emang kita nggak boleh benci sama orang lain? terutama, benci sama orang yang jahat sama kita?"
"menurut naja nggak ada orang jahat, kak. yang ada cuma orang yang belum bertemu kebaikan aja. kadang kita terlalu cepat menghakimi orang lain. padahal, ada cerita yang nggak kita tahu dari orang yang udah kita anggap jahat. biasanya, kebanyakan dari mereka juga lagi diperlakukan jahat sama dunia."
"hmm ... kayak joker gitu ya, na?"
"iya. kurang lebih gitu."
"pasti kamu selalu dikelilingi sama hal-hal baik, ya?"
"kelihatannya gitu, kak?"
"iya. adem banget lihat kamu. gimana rasanya selalu dikelilingi hal baik?"
"bersyukur. bahagia. bersahaja. itu juga alasan naja berusaha berbuat baik sama orang lain."
"apa?"
"supaya nggak ada lagi orang-orang yang katanya jahat. kalau kita dikelilingi sama hal-hal baik, kita nggak akan jadi orang jahat kan, kak?"
• b e r s a n a j a •
"naja selalu senang tiap kali ke jogja."
"kenapa?"
"nggak tahu. kayanya tersugesti sama ucapan orang-orang."
"ucapan apa?"
"katanya, jogja itu kota yang bikin jatuh cinta."
"masa?"
"iya. masa sih kak ilalang nggak tahu?"
"sering dengar, sih. tapi, kenapa, ya? aku lahir di jogja. sering bolak-balik jogja juga. tapi kok biasa aja, ya?"
"masa sih? kak ilalang nggak jatuh cinta sama suasananya? buat naja, makan di angkringan kayak gini aja udah bisa bikin naja suka banget sama jogja. naja suka budayanya, orang-orangnya, makanannya ... naja suka aja sama--eh, kak ilalang kenapa?"
"hah?"
"makan naja belepotan, kak?"
"eh, enggak, kok. kenapa?"
"enggak ... kak ilalang kayak fokus gitu ngeliatinnya. atau najanya yang kepedean, ya?"
"enggak. aku emang ngeliatin kamu--maksudnya, dengerin kamu cerita--eh, ngerti, kan?"
"oh ... oke."
"duh, jadi awkward gini ya, na? maaf ya."
"santai aja, kak. coba deh kak ilalang perhatiin apa yang ada di sekeliling kita sekarang."
ilalang memperhatikan suasana sekitar angkringan. ia memperhatikan penjual, pembeli yang mengantre, pengamen yang menyenandungkan lagu, turis-turis yang berjalan dengan banyak belanjaan di kedua tangannya. semuanya terasa biasa saja. sampai ia melihat naja meminum teh di hadapannya, lalu setelahnya tersenyum kecil. "gimana? kak ilalang beneran nggak jatuh cinta sama jogja?"
kemudian, ilalang menyadari satu hal: bahwa ia sudah mempunyai alasan mengapa ia menyukai kota kelahirannya.
"iya, na. aku baru sadar, kayanya aku jatuh cinta sama jogja," balas ilalang.
"sama kamu juga," lanjut ilalang di dalam hatinya.
catatcand
pendek-pendek aja ya yang penting update hehehe.jejak
31 maret 2021
21:45