- Still on the same day -
"Makasih ya," ucap Adel hendak keluar dari mobil yang dikendarai Jaehyun.
Jaehyun mengangguk, "Yaudah kalo gitu have a good sleep. Btw, besok mau sekalian dijemput gak?"
"Boleh deh. Mobil aku kan juga ditinggal di kantor gara-gara kamu ngajak makan malem."
"Oke, besok aku jemput. Awas telat bangun lagi," omelnya, namun terlihat lucu di mata Adel.
Gadis bersurai cokelat itu terkekeh, "Iya enggak telat kok. Abis ini aku langsung setting alarm biar gak telat bangun."
"Yaudah gih sana, bye."
Adel keluar dari mobil Jaehyun dan tak lama setelah itu Jaehyun meng-klakson mobilnya dan perlahan mulai menghilang dari pandangan.
Tok tok tok
Kriet
Dengan langkah gontai menuju sofa ruang tamu yang sedang ramai oleh Wendy yaitu mama-nya yang sedang menonton drama korea dan juga Chanyeol yang sibuk berkutat dengan ponselnya.
Hanya satu yang tidak ia lihat. . .
Dimana Renjun? Si bocah bau bawang yang selalu mengganggu dirinya, pikirnya.
"KAK, MARTABAK PESENAN RENJUN DIBELIIN GAK?" teriak seseorang dari lantai dua yang baru saja dibicarakan, ia Renjun.
Huft, baru saja gadis itu ingin menikmati kedamaian tanpa mendengar suara menjengkelkan adik-nya itu seketika buyar.
"Mana sempat keburu tutup," balas Adel.
Renjun berlari dari lantai dua, lalu mendengus kesal karena martabak pesanannya tidak dibelikan, "Ih kan Renjun udah bilang bawain!"
"Namanya juga tutup masa gue harus paksa buka? Suka ngadi-ngadi emang Mama anaknya nih ah," sungutnya.
"Yaudah suruh buka lagi! Kalo gak bilang aja misalkan lo anak dari Park Chanyeol. Ya gak, Pa?"
Chanyeol yang merasa terpanggil oleh anak laki-lakinya sendiri hanya tersenyum jahil seraya menaikkan kedua alisnya.
Oh sungguh mengapa Chanyeol dan Renjun sama saja? Sepertinya yang waras di sini hanya Wendy. Eh?
"Udah ah kamu apa sih, Njun? Kakak-nya baru pulang kerja udah ditagih martabak. Kalo mau kamu beli sendiri aja sana bawa mobil!" sahut Wendy.
Adel diam-diam ingin tertawa karena Wendy membelanya. Tapi, masih bisa ia tahan karena tak ingin terjadi perang dunia ketiga sama Renjun karena ia sangat lelah seharian bekerja.
Renjun mendengus dan kembali melangkah untuk ke kamarnya, tak peduli dengan Wendy yang memanggil namanya.
Memang dasar Renjun anak durhaka. Pantas saja ditolak sama mantan crush.
Wendy menyuruh anak gadis pertamanya untuk mandi dan bersih-bersih. Setelah itu, tak lupa menyuruhnya untuk beristirahat.
Ting
Ting
Ting
Ting
TingPonselnya terus berbunyi di malam yang sudah larut seperti ini. Gadis itu terusik karena lupa menyalakan mode silent sebelum tidur, lantas membuatnya terbangun di pukul 01.13 pagi dini hari.
Tertampang jelas di penglihatan Adel bahwa tertera nama Jaehyun yang mengirim pesan sebanyak itu di pagi dini hari.
[Pak Jaehyun]Adel
Kamu liat berkas aku gak yang warna merah?
Barusan aku cari tapi gak ketemu
Seinget aku, aku titipin di kamu
Kamu udah tidur ya?
01.13
Read.Aduh kenapa sih, Kak?
Aku kebangun nih
01.13
Read.Eh? Sorry, Del
Tapi berkas itu penting buat besok
Ada sama kamu gak? Aku lupa soalnya
01.14
Read.Iya sama aku kok
Ada tuh di meja kerja aku bawa pulang
01.14
Read.Huft, lega
Yaudah deh besok kamu bawa ya
Aku mau kasih ke Taeyong soalnya
01.14
Read.Yaudah ah aku mau lanjut tidur lagi
Awas ganggu lagi!
01.14
Read.Iya enggak, sayangggg
Good night.
01.15
Read.Membaca pesan terakhir Jaehyun, tanpa sadar membuat gadis itu mengulum senyumnya seraya menggelengkan kepalanya. Ia sudah sangat terbiasa jika Jaehyun tiba-tiba mengirim kata itu.
Bagaimana bisa sudah terbiasa? Karena dirinya sudah menganggap Jaehyun seperti kakak laki-lakinya, tidak lebih dari itu.
Di sisi lain, Jaehyun merasa lega kalau berkas yang ia cari sejak satu jam lalu berada di tangan Adel. Kalau saja berada di tangan karyawan lain? Pupus sudah harapannya terhadap perusahaan Taeyong yang akan melanjutkan kerjasamanya.
Namun, entah aba-aba darimana jarinya mengetikkan sebuah kata yang menurutnya sangat tidak cocok bila dikatakan oleh dirinya.
Terlihat sebuah senyuman yang merekah di bibirnya dan sebuah dimple yang muncul di kedua pipinya. Aneh rasanya setelah bertahun-tahun.
Pikiran itu sontak dibuang jauh-jauh dari kepalanya karena tak mungkin selama bertahun-tahun ini ia menyukai Adel, bukan?
Tak ingin pikir panjang, Jaehyun segera mematikan tombol lampu dan merebahkan tubuhnya ke atas kasur yang lembut itu seraya menatap langit-langit kamarnya.
Saat ini pikirannya sungguh berkecamuk, entah itu soal pekerjaan dan tanggung jawabnya sebagai pemilik perusahaan, entah soal obrolannya dengan Suho beberapa hari lalu tentang ia akan dijodohkan dengan seseorang, dan satu hal menarik yang selalu muncul di pikirannya setiap saat yaitu Adelia Park.
Entahlah, ia sangat pusing memikirkan semua itu untuk saat ini. Pikirnya, lebih baik memejamkan mata dan memasuki alam bawah sadar dan bermimpi indah hingga matahari terbit.
"Gue gak tau bakal kayak gimana kedepannya, gue cuma berharap kalo suatu saat bakal nemuin seseorang yang cocok di hati gue seutuhnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Future Husband
Fanfiction"Saya, Park Jihoon. . ." ". . . Calon suami kamu." [Semi-baku, 100% fiction]