silly

1.4K 179 5
                                    

Mereka berdua sudah berada di kamar sekarang. Situasi sangat hening, mereka sedang berada di pikiran masing-masing. Doyoung memeluk erat tubuh Jaehyun seperti anak kecil yang tidak ingin berpisah dengan teman baru. Doyoung belum siap kalau skenarionya akan berantakan seperti ini. Jaehyun yang menjadi fokusnya sekarang. Dia percaya kalau Jaehyun tidak akan melepaskannya. Seperti sekarang Jaehyun yang masih betah menggenggam erat tangannya.

"Kalau kita kabur bagaimana?"

Doyoung melepas pelukannya dan bangun dari tidurnya. Melihat mata Jaehyun yang sangat yakin saat berbicara seperti itu. Jaehyun terlihat sangat bersungguh-sungguh.

Jaehyun meraih pipi kanan Doyoung, lalu ia usap lembut. "Kita kabur saat hatimu siap. Aku tidak akan memaksa kalau kamu masih memikirkan banyak hal disini." katanya sangat lembut membuat Doyoung nyaman mendengarnya.

"Aku tidak meminta untuk gegabah. Tapi jangan kelamaan. Aku gak mau akhirnya jadi sia-sia." Jaehyun mendekatkan pada wajah Doyoung dan menciumi kening sang pacar itu.

Entah, Doyoung hanya merasa bahwa Jaehyun juga sedang gugup sekarang. Mungkin efek ketegangan antara Jaehyun dan Papa-nya, masih terasa sampai ke tubuhnya.

"Papa bicara apa saja padamu?" tanya Doyoung kini yang melihat Jaehyun agak iba.

Jaehyun tersenyum, "Kurang lebih beliau banyak meremehkanku." katanya dengan jujur.

Mendengarnya saja sudah membuat hati Doyoung sakit. Bagaimana perasaan Jaehyun yang sesungguhnya saat berhadapan langsung dengan Papa-nya tadi di sebuah ruangan? Pasti anak ini sangat rapuh.

"Maafin papa ya, Jae."

"I'm fine. Aku sudah biasa."

Jaehyun memberi Doyoung senyumnya lagi. Rasanya agak sedikit benci melihat Jaehyun yang tersenyum saat keadaan seperti ini. Terlihat sangat tidak tulus.

"Aku gak akan membuatmu susah, bae."

"Aku gak akan susah kalau aku selalu disamping kamu terus. Udah jangan merasa bersalah lagi. Aku beneran capek entar liat kamu gini terus."

Doyoung tertawa kecil saat melihat muka Jaehyun yang langsung berubah. Itu yang sebenarnya Doyoung inginkan. Dengan begitu, terlihat dengan tulus perasaan yang Jaehyun alami saat ini.

Jaehyun mengangkat tubuh Doyoung agar kekasihnya bisa berada dipangkuannya. Sambil memeluk erat dan merasakan tubuh harum manis yang melekat pada tubuh Doyoung. Sangat adiktif membuat Jaehyun ingin menciuminya terus.

"Tentuin cepet. Takutnya aku yang liat kamu sama orang lain." katanya semakin mengeratkan pelukannya.

Doyoung baru ingat tentang perjodohan itu. Dia benar melupakan persoalan itu. Saking hanya fokus pada Jaehyun yang ingin bertemu keluarganya.

Doyoung melihat wajah Jaehyun keatas, "Aku gak sempat kasih tau soal perjodohanku. Tiba-tiba papa bertemu temannya di Shanghai. Lalu papa menawarkan perjodohan pada temannya itu."

"Dia cantik?"

Doyoung kesal dengan pertanyaan Jaehyun, refleks Doyoung memukul dada sang pacar, "Aww.. Aku cuma nanya~ Bukan maksudnya aku yang pengen ambil.."

Tentu saja, Doyoung itu masih trauma.

"Aku punya cerita seru!" Doyoung mengambil posisi nyaman dan mendekatkan dirinya pada telinga Jaehyun, "Jadi ada orang, anggap aja si bodoh. Si bodoh ini lagi ngerayain anniversary sama pacarnya. Terus dia bawa kado berupa cewe yang entah ia temukan dimana ke apartemennya. Pacarnya kaget bukan main. Rasanya pengen cabik-cabik kadonya itu."

blotto • jaedoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang