Chapter 1

61 29 5
                                    

Pukul satu siang aku masih melakukan aktivitas yang sama seperti hari-hari kemarin, rebahan di kamar ditemani PS yang selalu setia dan semangkuk sereal. Aku anak tunggal dikeluarga ini, tetapi aku tidak pernah mendapat perhatian lebih dari mama dan papa sejak kecil.

Derasnya hujan membuat hatiku menjadi tenang dan syahdu, suasana rumah sepi karena kedua orang tuaku masih sibuk dengan pekerjaannya. Rumahku masih tergolong medium class, tidak terlalu mewah juga tidak terlalu sederhana. Tidak ada pembantu disini, semua pekerjaan rumah diurus oleh mama setelah pulang kerja.

Entahlah, kenapa mama sanggup bekerja sesibuk itu. Tapi itulah hebatnya mama dan papa. Kalau papa, dia punya usaha yang cukup maju dan mapan, penghasilannya cukup kalau untuk membeli rumah mewah. Tapi, ia lebih memilih rumahnya yang sekarang dengan alasan clasicnya. "Rumah ini terlalu banyak kenangan papa dengan mama, Van. Papa dan mama tidak mau pindah dari sini." Ucapan papa yang mungkin sudah beribu kali kudengar.

Mama menjadi guru di salah satu SMP Favorit, sedangkan papa pemilik resto kuliner ternama dikota ini. Kesibukan mereka membuat aku tertarik untuk terjun ke dunia geng motor, dikala itu.

Setibanya mama dirumah, mungkin sudah jam lima sore. Aku langsung mendekati mama dan membujuknya supaya aku bisa sekolah di sekolah-sekolah pada umumnya, bukan homeshcooling.

"Ma please, jangan homeshcooling ya"

"Terus maumu apa, Van. Nggak sekolah?" Tanya mama sinis.

"Bukan gitu ma, Devan nggak mau homeshcooling. Kalau sekolah ya diluar aja kayak yang lain." Keluhku penuh permohonan

"Diluar negeri maksudmu?"

Kenapa sih mama selalu menganggap perkataanku hanya gurauan, aku kan lagi serius. Malah sampai bahas sekolah diluar negeri, padahal aku hanya ingin sekolah diluar rumah bukan di dalam rumah juga bukan di luar negeri, mama.

Mama melanjutkan langkahnya ke kamar tanpa menoleh kearahku ataupun memberi tawaran lain. Dia hanya diam dan melangkah lebar, mungkin berharap agar bisa berjalan sejauh mungkin dari posisiki berdiri saat ini.

Seharusnya aku masih sekolah saat ini. Tapi, aku di dropout dari sekolah kemarin lantaran terlibat tawuran antar sekolah dan yang pasti, aku sering keluar masuk kantor polisi.

Setibanya mama diambang pintu kamarnya, aku berhasil mencegahnya masuk. Bukan karena apa-apa, tapi karena aku tidak mau homeshcooling, itu membosankan.

"Maa..." Panggilku dari belakang, seraya menggenggam tangan kanannya supaya berhenti melangkah.

"Ma, please... Ijinin aku sekolah di sekolah lagi, jangan homeshcooling." Rayuku.

"Enggak Devan. Nanti kamu bakal rusak diluar sana, buat mama malu aja." Bentak mama.

Hingga terbelit dibenakku untuk balas membentak mama. "Maa... Pokoknya aku mau sekolah diluar rumah, bukan didalam rumah. Terserah itu mau di luar kota atau di luar negeri sekalipun."

Mama sempat terdiam beberapa saat, terpaku dengan ekspresi wajah yang memerah menahan marah. Kedua bola matanya melotot kearahku, seperti hampir keluar dari kantung matanya.

"Maa... Aku janji bakal berubah, tidak seperti kemarin lagi." Ucapku lembut menurunkan volume suara.

Suasana menjadi hening, mama masih diam membeku. Tak sepatah katapun keluar dari mulutnya. Hingga tersadar saat aku melambaikan tangan didepan wajahnya lalu memanggilnya.

Mama tersadar dan mulai memalingkan tatapannya dari mukaku. Tapi, tetap tak ada jawaban darinya, tidak berkata sepatah kata apapun. Yang dilakukannya hanya menghembuskan nafas kasar lalu berbalik arah dan meninggalkanku didepan kamar mama.

YOU'RE MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang