chapter 6

23 12 11
                                    

Haii, gimana puasanya? Bentar lagi kan lebaran nih. Habis lebaran kemungkinan aku nggak up story lagi ya, kenapa?

Karena aku udah balik ke pondok lagee yeey...

Jadi nggak akan ada kesempatan buat aku up story sampai april 2022, maybe. Hampir setahun yaa wkwk...

Kalau kalian suka dengan ceritanya, jangan lupa tinggalin jejak, oke. Vote, comment and follow author.

Happy reading....

_________________________________

Malam ini begitu indah, terang dan sejuk. Bulan purnama yang terlihat indah itu tidak sendirian disana, ada banyak bintang berhamburan dilangit menemani sang rembulan.

Aku diteras, menyaksikan indahnya ciptaan tuhan itu. Bedanya aku dengan bulan apa?

Kalau bulan itu ada banyak bintang yang menemani, sedangkan aku hanya sendiri disini.

I just alone tonight, rintihku.

Hanya secangkir kopi dan musik yang kudengarkan melalui earphone. Aku memejamkan mata sekejap, menikmati lagu ini. Tiba-tiba saja memori itu hadir, sialan. Disaat ingin melupakannya, kenapa lagu ini hadir ditelingaku.

Lagu favorite kami berdua kala itu. Weak - Larissa Lambert, hanya melalui lagu ini, aku merasa kembali ke masa laluku dengan Clara.

Aku sangat mencintainya, mungkin hingga saat ini. Ketika dia pergi, disaat itulah aku merasa benci dengan semua wanita seumuran Clara.

Mungkin itu juga yang membuatku berfikir untuk menjadi playboy dan bermain wanita disana-sini, pergi ke club tiap malam, bahkan sampai membawa teman perempuanku kerumah disaat mama dan papa pergi keluar kota.

Tapi itu dulu, sekarang? Bagaimana caranya melakukan fun seperti itu lagi, club aja tidak ada, perempuan yang aku jumpai waktu itu sangat cuek. Sedangkan Alexa, dia orang yang ramah dan santun. Dia bukan cewek murahan yang kebanyakan ada dikota kemarin.

Sepertinya aku ingin membuang hal buruk itu jauh-jauh dari hidupku. Aku ingin memendamnya sebagai masa laluku. Begitu juga dengan Clara.

"Hai, Devan." Sapa seseorang, entah siapa itu aku belum membuka mataku. Kedengarannya itu suara wanita.

Aku segera mengerjapkan kedua mataku, soalnya sekarang pandanganku sedikit kabur. Mungkin aku sudah mengantuk dan hampir tertidur tadi.

"Ehmm, hai." Sahutku, sembari mengusap muka dan mata tentunya supaya pandanganku lebih fokus lagi.

Setelah aku dapat melihat jelas, seseorang itu sedang tertawa melihatku.

"What's wrong?" Tanyaku bingung.

"Kalau ngantuk tidur didalam, disini dingin." Katanya sok care. Tapi kalau dipikir emang bener sih, sekarang dingin sekali.

"Iya, kamu yang rumahnya dideket situ kan?"

"Iya, tepat sekali. Dan jangan lupa, aku juga orang yang sama dengan yang punya janji sama kamu. Atau, kamu yang janji mau nemenin aku jalan kepantai ya?" Sindirnya. Gayanya centil dan menggemaskan bagiku, itu lucu.

"Iya deh, aku lupa waktu itu aku harus bantu om Guntur jualan." Sahutku membela diri.

"Atau kita jalan sekarang, biar aku bisa nepatin janjiku ke kamu, gimana?" Sambungku.

Dia terdiam sebentar, sepertinya sedang memikirkan sesuatu. Atau sedang membuat keputusan, jika memang benar berarti dia adalah orang yang berIQ rendah. Membuat keputusan aja lama banget.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

YOU'RE MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang