Semua penulis pasti ingin dihargai. Dan kalian pasti tau bagaimana cara menghargai suatu karya.
Ingatkan jika ada typo.
Happy reading
"Ayo perkenalkan diri mu." Suruh bu Mei.
"Namaku Varo Aquaro. Kalian pasti sudah mengenalku. Mohon kerja samanya." Ucap anak itu memperkenalkan diri.
Entah kenapa, tapi aku mendapati teman-temanku - khususnya perempuan - menjadi heboh sejak dia memasuki kelas. Beberapa telah menyebut-nyebut namanya bahkan sebelum dia memperkenalkan diri. Memangnya siapa dia? Aku tidak mengenalnya.
"Oke, anak-anak Varo ini juga anak yang pandai. Itulah mengapa dia masuk kelas ini. Berbaik-baiklah dengannya. Dan Varo, kau bisa duduk di samping Viro. Viro, angkat tangan mu." Perintah bu Mei.
Aku mengangkat tanganku. Anak itu berjalan mendekat kearah ku. Lalu duduk di sampingku.
"Hai!" Sapanya. "Kau pasti sudah mengenalku."
"Hmm, aku tau namamu. Tapi aku benar-benar tidak mengenalmu." Jawabku.
Anak itu nampak ajak terkejut. "Kau tidak mengenalku?"
Aku hanya menggeleng. Mataku masih terfokus memandang mata kirinya.
"Ya, aku tau kau bisa melihat mataku yang unik. Seperti matamu. Tapi jangan memperhatikannya seperti itu juga." Ucapnya. Aku buru-buru mengalihkan pandanganku.
Aku tau anak itu sedang menahan tawa melihat diriku yang salah tingkah. Hwaa, malu sekali.
"Oke anak-anak. Mari kita mulai pelajarannya. Buka buku kalian."
Beruntung bu Mei segera memulai pelajaran. Sehingga aku cepat-cepat mengeluarkan bukuku, dan meninggalkan rasa maluku.
⭐⭐⭐
Bel istirahat telah menggema di seluruh penjuru sekolah. Semua siswa berhamburan keluar kelas. Ada yang pergi ke perpustakaan, ada yang ke kantin, ada juga yang langsung ke lapangan untuk bermain basket.
Begitu juga denganku. Aku juga ingin langsung menuju kantin, karena perutku sudah berbunyi.
"Kau mau kemana?" Tanya Varo, lalu menghampiriku yang baru setengah jalan menuju pintu kelas.
"Ke kantin. Laper." Jawabku singkat.
"Ikut." Pintanya.
Aku mengernyit, kenapa dia harus ikut denganku? Padahal dari tadi semua anak mengajaknya kekantin bersama. Baiklah, tak apa.
Aku mengangguk. Kami berdua berjalan beriringan menuju kantin.
Oh ya, sekarang aku sudah tau siapa lelaki di sampingku ini, Dan kenapa semua orang mengenalinya.
Jadi, dia ini mantan anggota grup K-Pop - yang aku lupa apa namanya. Dia blasteran Indonesia-Korea. Dia baru debut sekitar satu setengah tahun yang lalu, dan harus keluar dari grup karena masalah pribadinya.
Sayang memang kalau harus keluar daru grup. Padahal dia memiliki banyak sekali fans terlebih di Indonesia. Tapi jika sudah menyangkut masalah pribadi, kita bisa apa.
Mungkin itu yang membuatnya lebih memilih kekantin bersamaku. Karena aku bukan penggemarnya.
Beberapa menit kemudian, kami telah menyantap menu masing-masing. Aku memesan mie ayam, sedangkan Varo memesan bakso. Kami asik dengan makanan masing-masing.
Sampai akhirnya ada seseorang anak menghampiri kami. "Boleh aku bergabung? Meja lain sudah penuh."
Aku menoleh, begitu juga dengan Varo. Anak itu... mata itu... mata yang sama dengan yang aku dan varo miliki. Bedanya, bintang di mata kirinya berwarna putih.
Aku mengangguk. Agak sedikit kikuk sebenarnya.
Anak perempuan dengan rambut sebahu itu duduk di samping kananku.
"Aku tau kau sedang membingungkan tentang mata kita." Ucap anak itu santai. "Dan sepertinya kau baru mendapatkannya."
Aku dan Varo menoleh, menatap anak itu.
Bagaimana dia bisa mengerti aoa yang sedang aku pikirkan?
"Aku bisa membaca pikiranmu." Ucapnya, menjawab pertanyaan yang bahkan tidak aku ucapkan. "Sejak aku mendapatkan mata ini." Lanjutnya.
Apa? Membaca pikiran? Sejak mendapatka. Mata ini?
Semua kenyataan itu benar-benar membingungkan, bahkan untuk otak pandaiku.
"Aku bisa melihat masa lalu seseorang dengan menyentuhnya." Varo ikut bicara.
Ini semakin membingungkan.
"Kau bingung? Ya, aku juga tidak tau asal usulnya. Tapi aku mencoba untuk menjalaninya saja." Kata anak perempuan itu.
"Hmm, sebenernya aku keluar dari grup juga karena semua ini. Terkadang aku melihat masa lalu buruk member lain. Dan kadang aku akan ketakuatan sampai berteriak histeris. Dan hal itu membuat mereka curiga." Varo bercerita.
"S-sebenarnya aku salah satu fans mu." Gadis itu nampak gugup.
"Siapa namamu?" Tanyaku.
"Oh ya,aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Pisca. Pisca Rekala. Kalian?"
"Viro Avirgo. Panggil saja Viro." Jawabku.
"Dan kau pasti sudah tau banyak hal tentangku. Secara kau penggemarku."
"Eh, iya. Emm, apakah kau mau menandatangani barang-barangku?"
Kalian pasti tau apa yang dimaksudnya dengan barang-barang. Seperti album, photocard, dan lain sebagainya.
⭐⭐⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
GALAKSI STAR
FantasyFollow sebelum baca! pernahkah kalian berpikir bahwa dunia tak sesederhana ini? apa yang kalian pikirkan tentang dunia? apakah kalian menyangkah bahwa langit yang sering kali kita abaikan menyimpan berjuta rahasia? bagaimana jika salah satu dari bin...