12

18.4K 1.4K 20
                                    

Disisi lain Seulgi hanya diam dengan keadaannya yang sekarang, bingung mau mulai darimana, disatu sisi ingin mengobrol dengan Irene disisi lain hatinya masih sakit atas perbuatan Irene kemarin.

"Seulgi ayo kita duluan latihan, mungkin mereka masih sibuk ngobrol." Ucap Irene memecahkan keheningan antara guru dan murid nya itu tangannya ditarik oleh Irene menuju lapangan, disana sudah ada bola basket yang belum di pompa.

"Bu bolanya belum di pompa, ada pompa gak atau Ibu mau tiup aja pake mulut?." Irene tersenyum dengan jalan pikiran Seulgi, padahal hubungan mereka saat ini sedang tidak baik baik saja, Irene lalu berteriak menyuruh pak Jeno mengambilkannya pompa yang terletak di gudang.

Setelah mengambil pompa Pak Jeno menyerahkannya kepada Seulgi.

"Ini dek Seulgi pompanya, kalau begitu saya izin lanjut kerja dulu nemenin Jaemin main catur sambil makan kacang." Irene mengangguk setelah itu Pak Jeno pergi ke poskonya.

"Bu punya pentil gak?."Irene memukul bibir Seulgi dengan cukup keras karena ucapannya.

"Mentang-mentang saya ada salah sama kamu, kamu seenaknya gak ada adab berbicara." Seulgi yang masih memegang bibir nya yang terasa berdenyut akibat cipokan tangan Irene kini tertawa terbahak-bahak.

"HAHAHA maksud saya pentil buat pompa bannya, bukan pentil yang itu, otak Ibu aja yang terlalu ngeres HAHAHA." Karena malu Irene mengalihkan pandangannya dari Seulgi menyembunyikan rona merah dipipinya, harusnya dia lebih positif mulai sekarang kepada Seulgi.

"Saya kan gak tau, kalau pentil yang itu gak ada." Seulgi masih tertawa memegang perutnya hingga rasanya sebagian perutnya terasa keram.

"Adanya pentil yang mana dong bu, hahaha." Irene tidak bisa menyembunyikan senyumnya akibat ucapan random Seulgi, dia tidak tahan untuk tidak memukul mulut Seulgi untuk kedua kalinya.

"Becanda bu, kalo pentil yang itu gak ada terpaksa harus tiup pake mulut, kalo gak ya harus tunda besok lagi." Irene yang ingin segera latihan tidak ingin menunggu besok, diambilnya bola itu dari tangan Seulgi kemudian dia meniupnya langsung dengan mulutnya hingga matanya berair tapi bolanya tak kunjung terisi.

Lagi-lagi Seulgi hanya bisa tertawa memegang perutnya karena tingkah polos Ibu gurunya itu, Irene yang melihat Seulgi tertawa dengan tenaga melemparkan bola kisut itu ke muka Seulgi tapi untungnya Seulgi bisa menepis nya.

"Bisa-bisanya kamu bohongin saya, tau rasa kamu hahah." Ucap Irene lalu mencubit dengan keras perut Seulgi membuat gadis itu meringis lalu berlaria, Irene langsung mengejarnya hingga kaki Irene tersandung Seulgi langsung memposisikan badannya dubawah agar Irene tidak terkena kerasnya lantai lapangan, Irene terjatuh didada Seulgi, mata mereka bertemu, dan untuk kesekian detik Irene mengalihkan pandangnya kemudian berdiri lalu membantu Seulgi untuk ikut berdiri.

Tak lama dari itu Lisa keluar dengan Jennie dibelakangnya mata Seulgi menyipit karena mata Jennie terlihat seperti habis menangis, sedangkan jersey Lisa juga kusut saat ini boleh gak Seulgi benci sama pikirannya sendiri.

"Kalian abis ngapain, kok Bu Jennie keliatan abis nangis, abis ngapain gue curiga Lis." Seulgi berpura-pura mengetuk dagunya sambil mengelilingi Lisa.

"Apaan sih lo Gi gue gak apa-apain dia tanya aja sama orangnya, atau jangan-janagn lo yang ngapa-ngapain tuh dada lo kenapa kaya bekas tangan tuh." Irene yang mendengar ucapan Lisa langsung menoleh kearah Seulgi dan benar saja bekas tangannya masih disana.

"Ohh ini tadi gue sengaja kotorin tangan gue niatnya biar dikira abis ngapa-ngapain makanya gue taruh di dada gue, iya kan Bu." Irene bergidik ngeri dan rasanya ingin tertawa melihat Seulgi yang berpikiran terlalu jauh dari perkiraannya.

"Kok bolanya belum diisi Gi." Lisa berjongkok mengambil 1 bolanya kemudian mengambil pompa tadi, padahal disana sudah ada pentilnya karena itu pompa khusus untuk bola, Seulgi beneran gak tau kalau ada pentilnya makanya nanya Irene.

Irene menatap tajam Seulgi, gadis itu hanya memperlihatkan cengirannya lalu memberi tanda peace.

"Tadi Seulgi nyuruh saya buat niup bolanya, makanya saya tiup katanya gak ada pilihan lain atau latihannya ditunda." Lisa Seulgi dan Jennie tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Irene.

"Mau aja dibodohin sama orang bodoh ini bu nih." Ucap Lisa lalu memberikan bolanya kepada Irene kemudian Irene memukulnya keras kearah Seulgi.

"Maaf bu saya gak liat pentilnya makanya nanya sama Ibu, sumpah deh gak boong." Seulgi tersenyum membuat matanya menghilang setelah itu mereka latihan dengan Seulgi yang lebih banyak modusnya seperti saat ini, dia sengaja berdiri di depan Irene katanya untuk menjaga keseimbangan Irene tapi modusnya sudah bisa dibaca oleh Lisa.

"Pegang ini, tangan kanan sedikit lebih bawah terus arahin ke sasaran coba deh." Lisa memberikan bolanya kepada Jennie, Jennie mencobanya ternyata lebih susah dari yang ia bayangkan.

"Gak bisa Lis coba deh kamu dibelakang ajarin saya." Lisa mengangguk lalu berdiri di belakang Jennie, beruntunglah Lisa lebih tinggi jadinya lebih gampang ngarahinnya.

Tangan Lisa dibelakang, tubuh mereka mepet membuat Lisa sedikit kehilangan kesadarannya karena jantungnya berdegup kencang, semoga saja Jennie tidak bisa merasakan detak jantungnya.

"Kok bengong, ayo ini gimana." Lisa menggelengkan kepalanya kemudian kembali menerangkannya kepada Jennie.

Percobaan pertama belum bisa, lagi-lagi mereka harus skinship, selalu saja membuat Lisa kehilangan kesadarannya.

Percobaan ketiga akhirnya berhasil, akhirnya Lisa bernapas lega karena selama dia dibelakang Jennie dia menahan napasnya agar detakan jantungnya tidak didengar wanita itu.

"Yeeyyy bisa."Jennie berteriak gembira lalu memeluk Lisa, Lisa yang dipeluk hanya bisa terdiam, dia berpikir, jika Jennie akan memeluknya setiap dia membuatnya bahagia, Lisa berjanji akan membahagiakan gadis ini seumur hidupnya jika ganjarannya adalah pelukan.

"Nah udah bisa kan coba sendiri aja dulu nanti kalo ada perkembangan kita ke step selanjutnya." Jennie mengangguk lalu kembali fokus begitu pula dengan Irene.

Seulgi memberikan jempolnya kepada Lisa karena mereka berhasil membuat Jenrene sudah sedikit bisa bermain basket.

"Udah ah cape." Ucap Jennie duduk disamping Lisa, Lisa berlari kedalam rumah Jennie membuat tanda tanya di benak semuanya.

Kurang satu menit Lisa kembali dengan membawa 2 botol air dingin, satunya untuk Irene dan satunya untuk Jennie.

"Nih bu biar lebih semangat latihannya." Jennie mengambilnya lalu meneguknya hingga setengah, Lisa yang melihat Jennie minum dengan air minimnya mengalir dileher Jennie membuatnya meneguk liurnya, bagaiamana gurunya bisa cantik dan sexy secara bersamaan.

"Makasih ya." Jennie mengangguk lalu meminum sisa dari Jennie, Jennie yang melihat tidak ada raut jijik atau semacamnya dari wajah Lisa membuatnya membulatkan matanya, entah kenapa Jennie merasa senang saja dengan hal itu.

.
.
Oke

HOT TEACHER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang