13

18.8K 1.3K 22
                                    

Keesokan harinya Lisa dan Seulgi kembali membolos, pergi ke tempat biasanya, karena hari ini cuaca di sekolahnya cukup panas.

"Ambilin marjan dong Lis." Teriak Seulgi dari sofanya sambil memainkan Game di ponselnya.

"Ye si anjir, marjan apaan, bukan bulan puasa bege, yang ada cendol, lo mau?." Seulgi menggeleng mengibaskan tangannya seolah mengusir Lisa.

"Gue kemaren naruh marjan di sana yakali gak ada." Seulgi berdiri ingin mengecek sendiri tapi yang didapatinya hanya teh botol sama teh kotak, teh kotak dalam kemasan botol, dan teh botol dalam kemasan kotak.

"Eh iya gue lupa." Ucap Seulgi menepuk jidatnya.

"Gue gak pernah liat marjan kalo gak bulan puasa ya jadi gue heran sama lo gi." Seulgi hanya mengeluarkan cengiran khas miliknya.

"Gak niat belajar Gi? Kalo bu Jennie marahin gue gimana." Seulgi menahan tawanya mendengar Lisa yang baru kali ini khawatir jika dimarahi seseorang.

"Dih tumbenan lo takut sama guru biasanya anteng aja tuh."Lisa takut saja mengingkari janjinya yang kemarin ada sedikit rasa tidak ingin mengecewakan Ibu gurunya itu.

"Kalo Bu Irene marahin lo bau ta-." Ucapannya terpotong karena melihat dua wanita bidadari bersender di pintu ruangannya, bagaimana bisa mereka mengetahui tempat rahasia mereka.

Jennie menatap tajam ke arah Lisa, baru saja kemarin dia gak akan nakal lagi tapi sekarang? Udah ngadem memang sudah ia duga hanyalah omong kosong.

Jennie berjalan kearah Lisa dengan tatapan datar serta sorot mata yang tajam, Lisa bisa merasakan sekujur tubuhnya merinding karena tatapan itu.
"Kemarin bilang apa hm?." Tatapan mereka bertemu lagi-lagi Lisa mati kutu dengan tatapan itu, sedangkan Seulgi sudah dijewer Irene.

"Seulgi yang ngajak saya bu, saya udah bilangin tapi dia gak mau awww bangsat sakit." Mulut Lisa lagi-lagi keceplosan membuat Jennie semakin mengencangkan jewerannya.

"Ngomong apa kamu sekali lagi HA!." Lisa hanya bisa menundukkan kepalanya takut dengan amarah Jennie, dia takut hanya untuk melihat mata gadis itu.

"Alah boong bu tadi dia mau ngadem sekarang aja sok mati gaya Aww!." Irene menjewer telinga Seulgi makin kencang.

"Harusnya kamu sadar dong, kamu kakaknya Seulgi harusnya ngasih contoh yang baik bukan malah menjerumuskan, gak kakak gak adik sama aja badungnya." Seulgi menarik kepalanya agar Irene tidak lagi menjewernya lalu berbaring di sofa kemudian kembali memainkan games nya.

"Kalo kalian mau ya silahkan kita gak keberatan kan Gi berbagi tempat sama kalian?." Seulgi mengangguk dengan Jennie yang sudah sangat ingin menjewer lagi teling muridnya ini.

"Lalisa, sampai kapan kamu bisa buat orang lain bisa percaya sama kamu." Lisa hanya mengedikkan bahunya.

"Iya maaf Bu, tadi Seulgi yang ngajakin besok-besok gak lagi, janji." Jennie menghela napasnya, sangat sulit rasanya untuk percaya kepada Lisa.

Jennie meraih tangan gadis itu lalu menautkan jari kelingking mereka "Janji?." Lisa ragu-ragu tapi melihat tatapan tulus dari Jennie membuat nya mengangguk tanpa sadar, hatinya melemah otaknya seakan ngblank, intinya dia mati kutu.

"Iya aku janji, Iya kan Gi kita janji." Seulgi ingin menggeleng tapi Irene menatapnya tak kalah tajam dari sebelumnya kemudian ia hanya mengangguk pasrah.

"Tapi izinin hari ini aja besok udah gak lagi, Gi ambilin 4 teh botol." Seulgi berdiri lalu mengambil teh 4 teh botol dalam bentuk kotak.

"Nih minum jangan marah-marah mulu nanti cepet tua, emang mau jadi perawan terus, hm?.'' Lisa memberikan minuman yang sudah ia kasih sedotan dengan senyuman, Jennie yang salah tingkah langsung mengambilnya dengan tergesa menatap kearah lain.

"Jen lo salting? HAHAHA." Suara taww Irene menggema di seluruh ruangan ini, tawa yang baru Seulgi dan Lisa dengar, gak nyangka aja tawa orang secantik Irene bisa sebesar ini.

"Dih gak ya rene." Ucap Jennie lalu mencebikkan mulutnya, Lisa yang merasa Jennie sangatlah imut tanpa sengaja mecubit pipi gadis itu pelan.

"Imut banget sih." Rasanya Lisa ingin meleleh saat ini melihat Jennie semenggemaskan ini.

"Saat liat kamu rasanya aku jadi Icecream, bawaannya pengen meleleh terus." Jennie dibuat salah tingkah dengan gombalan Lisa, wajahnya memerah dia berusaha menyembunyikan itu dari Lisa dengan sengaja menatap kearah Lain.

"Kamu gombalin saya terus Lisa, jangan lupa janji kamu mulai besok." Lisa memberi hormat kepada Jennie "siap."

"Gi lo laper gak?." Seulgi yang sedang ngobrol dengan Irene langsung mengangguk "Emang lo bisa masak Lis?." Lisa menggeleng sambil menggaruk tengkuknya.

Jennie yang tidak tega dengan Lisa menawarkan diri untuk memasakkan nya makanan, harusnya dia marah saat ini tapi dia malah ingin memasak untuk Lisa dan Seulgi.
"Mie nya dimana Lis? Disini gak ada." Lisa berjalan ingin memberi tahu dimana Mie nya, yang ternyata tempatnya terbilang cukup tinggi bagi Jennie, dengan berdiri di belakang Jennie, gadis itu mengambilkannya untuk Jennie, Seulgi berada di sofa satunya yang jaraknya cukup jauh dari tempat Jenlisa duduk, jadinya mereka bisa bebas ngobrol.

"Nih, pasti gak nyampe kan." Ucap Lisa kemudian memberikannya kepada Jennie lalu mengacak puncak kepala gurunya itu, bukankah ini tidak sopan? Andai author yang lakuin itu sama guru pasti langsung di selepet.

Bukannya marah Jennie malah memanyunkan bibirnya, pasalnya rambutnya sedikit berantakan karena ulah Lisa.

"Ihh berantakan kan kamu mah." Jennie menghentakkan kakinya ke lantai, tak menghiraukan jika Lisa menganggapnya kekanakan tapi dia beneran kesal saat ini.

Tanpa diduga Lisa menyisir rambut Jennie dengan tangannya, membuat gadis itu berbalik badan mengahadap Lisa, Lisa dengan serius membetulkan rambut Jennie, mata Jennie tidak ingin munafik karena terus terfokus pada wajah Lisa.

"Udah kan jangan marah lagi ya, nanti gak cantik lagi." Lisa mengetuk hidung Jennie dengan jarinya lalu duduk kembali di sofa.

Jangan tanyakan jantung Lisa, sudah berdisko ria,antara dia takut Jennie akan melemparnya dengan panci atau karena perasaannya yang semakin membesar saja untuk gadis itu.

Lisa tidak fokus bermain game, matanya tak henti menatap kagum wanita yang sedang memasak untuknya.

"Andai saja aku bisa liat kamu kaya gini setiap harinya suatu saat nanti, aku pasti akan jadi orang yang paling bahagia di bumi ini." Ucapnya kecil yang tak terdengar oleh Jennie, karena dia tahu saat ini Jennie sedang tidak baik-baik saja dengan pacarnya, boleh gak Lisa sedikit egois saat ini, dia ingin memperjuangkan cintanya walau tau endingnya akan seperti apa.

Tapi untuk saat ini dia ingin menikmati saat-saatnya bersama Jennie walaupun hanya sekejap dia ingin membahagiakan hatinya dengan melibatkan yang namanya cinta.

.
.
Sok bijak.
"Salah satu anugerah terindah tuhan adalah ketika kamu menemukan orang yang kamu cintai, hidup bersama, apalagi sefrekunsi."

HOT TEACHER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang