11

18.7K 1.5K 40
                                    

Dan hari ini adalah hari ke-2 Seulgi dan Lisa akan mengajari Ibu gurunya latihan.
Sepulang sekolah mereka dengan lesu pulang ke rumah, karena keduanya habis dijadiin korban lagi sama guru-guru nya itu.

"Lis kayanya gue gak dateng ngaharin mereka basket deh, gue lagi gak enak badan." Lisa menggeleng, memegang dahi Seulgi apa yang dia dapat? Saudarinya itu baik-baik saja.

"Gue tau lo lagi gak baik-baik aja sama bu Irene, tapi ini perintah langsung dari kakek, tau kan kalo ngebantah?." Seulgi mengangguk memikirkannya saja membuatnya bergidik gimana tegasnya sang kakek jikalau perintahnya tidak dilaksanakan.

"Yaudah gue mandi dulu kalo gitu jangan biarin gue nunggu lama, lo juga mandi Gi." Lisa beranjak dari sofa kamarnya mengambil handuk lalu masuk kedalam kamar mandi.

Begitupun Seulgi, dia benar-benar malas hari ini, bagaimana Irene dengan gampang nya mengobrak-abrik perasaannya.

Setelah selesai dengan pakaiannya, mereka langsung tancap gas kerumah Jenrene.

"Gila gak gi tadi di belakang sekolah bu ganjen nampar gue lagi padahal dia yang nyosor duluan giliran diladenin dia marah." Mengingat kejadian itu rasanya Lisa ingin putar dijilat lalu dicelupin, canda. Maksudnya putar balik.

"Gila tuh apalagi gue Lis, bu Irene nyium gue tau alesannya? Mata gue mirip mata pacarnya, bangsat emang, kalo mirip kenapa gak cium langsung pacarnya, kenapa harus gue." Lisa ingin tertawa mendengar ucapan kakaknya, tapi ada rasa iba disana karena nasibnya tak kalah mengenaskan.

"Jujur jujuran aja Gi, Lo suka kan sama Bu Irene." Kali ini Seulgi tidak bisa menyangkalnya, dia menyadari akhir-akhir ini menginginkan Irene.

"Iya tapi gue gak bisa berharap lebih karena dia mungkin bentar lagi tunangan." Lisa menoleh kearah Seulgi kemudian menarik napasnya.

"Selama Janur kuning belum melengkung tikung menikung overload Gi."

"Tapi orangnya gak mau sama yang lain gimana dong, nanti kesannya gue goblok banget." Seulgi dengan pesimisnya padahal dilihat-lihat Irene sudah mulai open sama dirinya.

"Lo suka sama Jennie?." Lagi-lagi Lisa hanya menghela napasnya.

"Iya, gak tau kenapa dia selalu ada dalam hati sama otak gue gi, gue bingung cara ngadepinnya gimana." Seulgi menepuk punggung Lisa pelan memberi semangat disana.

"Fighting, kita bahagiain mereka mulai hari ini, jangan bikin mereka sedih mau janji kan?." Lisa mengangguk diselingi tawa dari keduanya.

"Kita yang disakitin gapapa kan Hahahah." Mereka berhenti tertawa karena telah sampai dan langsung dibukakan gerbang, Jennie dan Irene juga udah siap dengan Jersey nya, sumpah Vibesnya beda banget, bikin Lisa seakan sulit nelen liurnya, apalagi Seulgi pengen nguburin diri sendiri rasanya.

Terlihat Jennie masih kesal dengan Lisa karena kejadian di sekolah, sejak Lisa datang dia selalu cemberut padahal yang salah siapa yang marah siapa.

"Kalian kalo mau jadi patung berdiri aja disana jangan duduk." Ucap Jennie ketus Seulgi malas melihat Irene tapi karena janjinya ingin membahagiakan gadis itu ia paksakan mood nya biar terlihat baik-baik saja.

"Iya permaisuri, Bu Jennie jangan cemberut gitu dong, gak mau liat saya ya yaudah saya males juga ngajarin kalian yok Gi mending kita cari degem." Jennie langsung menatap tajam kearah Lisa, berjalan kearah gadis itu kemudian mengambil tangannya untuk dibawa entah kemana.

"Gi saya bawa adik kamu dulu ada yang mau saya bicarakan." Seulgi mengangguk padahal Lisa sudah memberi kode agar ia menolak tapi yang namanya saudara kan lagipula dia juga ingin berdekatan dengan Irene.

Jennie membawa Lisa ke kamarnya, mengunci pintu kemudian mendorong gadis itu.

Lisa hanya menaikkan sebalah alisnya menunggu apa yang ingin Jennie katakan.

"Ngomong aja." Jennie masih menatap Lisa tajam seolah ingin membunuhnya.

"Kenapa kamu cium saya waktu itu? Kamu suka sama saya?." Lisa tersenyum kemudian berdiri mensejajarkan tubuhnya dengan Jennie.

"Terus saya nanya, kenapa Ibu godain saya, apa saya tidak berhak membalas? Oh iya ibu kan wellcome sama pria brengsek yang grepe Ibu di mall, murahan." Jennie semakin marah karena disebut murahan, wanita manapun pasti marah kalau disebut murahan, Lisa lost control tadinya yang gak mau nyakitin Jennie sekarang apa?.

Plak

Untuk kesekian kalinya Jennie menamparnya lagi, Lisa tidak marah melainkan tersenyum miring.

"Puas nampar saya hm? Ayo tampar lagi ayo." Lisa menunjuk mukanya seolah memberi ruang untuk Jennie menamparnya.

"Jika bukan murahan gak akan mungkin mau di grepe di tempat perbelanjaan setidaknya tau tempat, oke saya memang anak nakal seperti yang Ibu katakan tapi saya tidak akan pernah mempermalukan orang lain." Jennie menahan air matanya, hatinya terasa sakit dikatain murahan apalagi sama muridnya sendiri.

"ASAL KAMU TAU, KAI BUKAN ORANG YANG SEPERTI KAMU KIRA DIA BUKAN BRENGSEK, YANG BRENGSEK ITU KAMU, CIUM SAYA APAKAH ITU TIDAK BRENGSEK HAH, SAYA PEREMPUAN KAMU PEREMPUAN TERLEBIH LAGI SAYA GURU KAMU LALISA." Tidak gentar dengan teriakan Jennie bukannya takut dia malah tersenyum miring untuk kedua kalinya.

"Terus tindakan kamu selama ini kepada saya apa pantas disebut guru?." Lisa memepetkan tubuhnya dengan Jennie yang sedang menangis entah sadar atau tidak Jennie memikirkan perkataan Lisa.

Jennie ingin mendorong Lisa tapi tubuhnya tidak sinkron dengan otaknya, Lisa menatapnya dengan tatapan yang sangat lembut membuatnya terasa mati gaya.

"Masih mau diajarin main basket?." Tiba-tiba Lisa mengubah topiknya karena tidak ingin Jennie merasa semakin tidak nyaman karena keadaannya saat ini.

Jennie masih terdiam, seraya berpikir bagaimana bisa yang tadinya Lisa marah-marah sekarang berubah menjadi soft.

Lisa duduk di kasur milik Jennie meredakan emosinya yang tadi sempat membuncah.

"Lain kali kalau kamu gak mau buat orang berekspetasi tinggi berbuat selayaknya orang biasa biar orang itu tidak terjatuh terlalu sakit di realitanya." Lisa menatap kakinya tidak tega melihat Jennie yang menangis akibat ulahnya.

"Maaf ya udah gak sopan sama Ibu." Dia mendongakkan kepalanya untuk melihat Jennie apakah gadis itu masih menangis.

Ternyata masih walaupun tidak sekenceng tadi, Lisa berdiri kemudian memeluknya, tubuh Jennie sedikit menegang karena tindakan Lisa yang tiba-tiba.
"Maaf udah bikin kamu nangis, maaf udah ngatain kamu yang nggak-nggak, maaf udah ngatain pacar kamu maaf--." Jennie langsung menutup mulut Lisa dengan tangannya karena tidak ingin gadis itu semakin menyalahkan dirinya sendiri.

"Saya yang minta maaf, udah ya anggap ini sebagai pembelajaran." Lisa mengangguk kemudian melepaskan pelukannya dengan Jennie.

"Jangan nakal lagi ya aku gak suka sama orang nakal." Jennie menatap Lisa dengan tatapan tulusnya yang membuat Lisa ingin menuruti apapun perintah Jennie jika gadis itu sudah mengeluarkan tatapan mautnya.

Lisa otomatis mengangguk, padahal nantinya juga mungkin hanyalah bullshit.

.
.
Ini buat yang neror lewat chat
Ini buat yang mau nyipok author, serem njir

HOT TEACHER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang