"Emma? Kenapa?" Pertanyaan dari Phill membuat anak-anak yang berjalan terdiam. Berbalik untuk melihat apa yang terjadi.
"Maaf ya, kami masih belum bisa pergi," ucap Emma sembari tersenyum.
Aku yang berada di antara Lannion dan Thoma hanya diam, menatap sendu 3 saudaraku itu. Aku berjalan mendekati Phill yang nampaknya masih tidak rela berpisah dengan Emma.
"Kau ingin mengatakan sesuatu? (Y/n)," tanya Norman saat mengetahui bahwa aku hanya diam sedari tadi.
Aku menggeleng. "Tolong jaga diri baik-baik, aku akan menunggu kalian," ucapku pelan.
Ketiganya mengangguk."Itu pasti (Y/n)," ucap Norman sembari memelukku.
Aku balas memeluk anak berambut putih itu. Mereka bergantian memelukku.
"Tolong jaga yang lainnya ya, (Y/n)," pesan Emma padaku.
Aku mengangguk."Itu pasti Emma,".
"Ray, kau akan tetap hidup kan?" Tanyaku ragu, mengingat ia pernah ingin bunuh diri saat kami akan melakukan rencana pelarian kami.
Ray tersenyum tipis. Ia kembali memelukku."Aku bukan tipe orang yang akan melupakan janji yang kubuat sendiri (Y/n). Lagi pula, kau adikku bukan? Kau harus percaya padaku," ucapnya.
Aku mengangguk, setelah melepas pelukannya, aku berlari memasuki pintu besar itu. Bersama Phill, aku melambaikan tangan kearah mereka bertiga, sebelum akhirnya pintu tertutup sempurna.
***
2 bulan berlalu semenjak kami tinggal di dunia manusia yang sesungguhnya. Anak-anak lainnya terlihat sangat senang dengan suasana baru, terutama mereka yang impiannya sudah terwujudkan.Aku dan beberapa anak lainnya duduk di taman, mendengarkan nyanyian mama Isabella yang merdu. Aku pamit sebentar untuk berjalan-jalan di sekitar taman, bersama Lannion karena katanya ia mau membeli mainan baru.
Setelah menemaninya, kami jalan-jalan sebentar di pinggir pantai, tempat dimana kami melihat dunia manusia.
***
Sang surya perlahan mulai tenggelam, membuat langit berubah warna menjadi jingga. Anak-anak lainnya dengan semangat berlari ke suatu tempat, membuatku penasaran dan mengikuti mereka.Aku menunduk, memandangi air laut yang mengenai sepatuku.
"(Y/n)!" Jemima berseru memanggilku.
Aku terdiam sejenak, menatap sosok yang ada di samping Jemima. Sosok kakak yang kurindukan selama ini, sosok yang kuat menahan bebannya seorang diri.
Ray. Anak itu bertambah tinggi, begitu pula Emma dan Norman. Aku langsung berlari ke arahnya. Memeluknya erat hingga membuatnya sedikit oleng.
"Aku merindukanmu," ucapku tanpa melepas pelukanku."Selamat datang, kakak,".
"Aku kembali, (Y/n)," ucapnya sembari mengusap lembut rambutku.
Perjuangan kami tidak sia-sia. Kami akhirnya berhasil pergi ke dunia manusia, dunia yang layak untuk kami tinggali. Tidak ada lagi iblis, tidak ada peternakan, pengorbanan, semua tidak ada lagi.
Kami akan tetap bersama, sampai kapanpun itu. Tanpa ada rasa takut lagi. Kami akan bahagia, bersama-sama.
4-4-21
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot The promised Neverland
FantasíaCerita kalian bersama trio the promised neverland dan kawan-kawan. Boleh chat pribadi untuk request