01. Painting of darkness

64 58 1
                                    

Selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca... ω
.

.

.



Alunan musik dengan aliran romantika mulai merebak, menyapa seisi ruang sempit bernuansa canary yang tampak begitu tenang. Semilir angin ikut menerobos masuk melalui celah kecil di atas jendela baja yang tertutup rapat, menyelimuti kamar minim pencahayaan yang dihuni oleh gadis berparas rupawan.

Meskipun ruangan berteman aroma kopi itu terlihat sangat temaram, tangan ringkih berbalut sutra merah masih mampu untuk sekadar ia arahkan pada kanvas yang permukaannya sudah hampir dipenuhi oleh polesan kuas serta cairan pekat bersuguh seni realisme di atas kain bertekstur kasar. Terlukis elok suasana derai air mata yang menitik pada wajah pria menawan berhelai legam.

"Perfect..."

Ella tersenyum tipis kemudian, memandang hasil dari setiap gerak tangannya dalam menorehkan setiap cat minyak berbuah karya seni yang lumayan memuaskan. Lantas, ia taruh kembali kuas kayu yang barusan digunakannya ke atas palet berbidang datar. Tanda sudah selesai dengan aktivitas melukis yang ia tunjuk sebagai hobi dalam menemani masa hidupnya yang terbilang cukup kelam.

Masih dengan mematrinya lengkungan manis bertempat pada rupa tanpa cela, tubuh terlilit gaun sutra tipis itu lalu beranjak dari bangku cokelat. Sembari mengangkat hasil lukisannya, hendak ia pajang di atas nakas kecil pada sudut ruangan.

Namun saat sepasang kaki rapuh milik Ella melangkah di atas dinginnya lantai marmer, suara pintu yang mendadak dibuka oleh seseorang langsung mencuri si atensi. Langkah Ella kemudian terhenti, mengalihkan netra gelap ke arah pria pemilik lesung pipit di ambang pintu berbahan dasar logam.

"T-tuan?"

Tubuh kekar yang dibalut kemeja putih membawa pria itu mendekat ke arah gadis yang saat ini tengah geming, tampak agak terganggu dengan alunan musik yang masih setia menguar dari radio lawas di atas ranjang rapi milik Ella, "jangan takut, saya tidak akan menyakiti kamu."

Ella yang barusan mundur satu langkah, mengangguk kecil sebagai balasan. Kian dilanda ragu juga gelisah saat Jung Jaehyun mengukir senyum manis pada paras bak pahatan porselen miliknya. Ia hanya takut jika pria ini melakukan suatu hal di luar kendali yang akan membuat dirinya berada lagi di batas ambang rawan.

Tuan, kumohon menjauhlah...

"Mulai saat ini, kamu adalah milik saya."

Netra selegam obsidian Ella mengerjap sebanyak tiga kali, tatkala cuatan kalimat tersebut langsung berhambur memenuhi setiap relung pikirnya, "maaf, tuan. Aku tidak mengerti."

From parallelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang