1. Luka lama

24 5 2
                                    

-Happy Reading!-

Bekas luka itu masih sangat mendalam. -Adzwa

Tinggal di rumah bersama keluarga memang hal yang sangat bahagia. Karena kita bisa bercanda dan tertawa bersama dengan keluarga. Namun berbeda bagi adzwa. Bagi adzwa, kebahagiaan keluarga nya adalah kebahagiaan dirinya juga. Meskipun dirinya tidak ada dalam momen bahagia itu.

Kini adzwa sedang berlari kecil memutari taman, sembari menikmati cuaca yang cerah di pagi hari ini. Suasana itu ramai, namun tenang.

Bagi adzwa, melihat canda tawa seseorang adalah sesuatu yang menyenangkan. Ia akan tersenyum bila melihat orang-orang sedang asik bercanda ria.

Dia memilih duduk di salah satu bangku yang menghadap ke danau. Tempat yang pas untuk menyendiri meskipun suasana ramai. Menghirup udara segar, dengan pemandangan danau di hadapan nya. Hal yang sangat menenangkan.

Memejamkan mata sejenak dan menikmati ketenangan yang ada. Hingga sorot matahari tepat mengenai wajahnya, ia kembali membuka mata. Dan berakhir untuk pulang kerumah.

Dari taman ke rumah nya memang lah tidak jauh, taman itu ada di belakang komplek perumahan yang adzwa tempati.

Ia berjalan seorang diri tanpa memikirkan pandangan orang-orang yang melihat nya. Sampai di rumah, ia membersihkan dirinya dan beristirahat sejenak.

---

Hari itu datang, hari dimana adzwa akan mulai menjadi murid SMA. Masa yang paling menyenangkan kata banyak orang. Entahlah, apapun itu yang pasti adzwa tidak akan peduli. Ia hanya akan fokus pada pendidikan nya tanpa mementingkan yang lain.

Ia datang ke sekolah sendiri, tanpa di antar oleh supir keluarganya. Ia berangkat naik kendaraan umum, alasannya? Klise, dia hanya ingin mandiri.

Ia berjalan ke lapangan yang ada di SMA itu, karna 3 hari dari sekarang akan dilaksanakan MOS (Masa Orientasi Sekolah). Ia memilih berbaris dan diam. Tidak seperti yang lainnya, yang sedang berbincang satu sama lain sebelum MOS dimulai.

~~~

Hari ini MOS selesai, adzwa langsung beranjak pulang dari sekolah. Di pelaksanaan MOS tadi ia lebih banyak diam, dan menyelesaikan tugasnya. Meskipun itu berkelompok, ia hanya diam dan memperhatikan. Tanpa niat untuk saling berbincang.

Meski sudah ada beberapa murid lain yang adzwa kenal, itu tidak merubah apapun. Adzwa masih adzwa yang bersikap dingin tanpa mau disentuh.

~~~

Pulang sekolah adzwa berniat untuk mampir ke panti asuhan di dekat sekolah nya. Itu adalah panti yang sering adzwa datangi. Meski begitu, apa sikap dingin adzwa akan menghilang? Tentu tidak. Kepada ibu panti dan anak panti sikap adzwa memanglah hangat, tapi setelah itu ia akan kembali menjadi adzwa yang bersikap dingin.

Sepulangnya dari panti, ia lanjut pergi ke toko buku. Sendiri, lagi lagi hanya sendiri. Tanpa di temani oleh siapa pun itu. Ia berjalan mengelilingi rak buku untuk mencari apa yang ia butuhkah. Setelah selesai ia mampir ke cafe yang ada di sebelah toko buku itu untuk merilekskan dirinya.

Hot cappucino adalah pilihan nya. Ia memilih duduk dekat jendela di cafe tersebut. Setelah pesanan nya datang, ia mengeluarkan satu buku untuk menemani hot cappucino nya. Dalam diam ia membaca, dan sesekali menyeruput kopi pesanan nya. Rileks sekali bukan?

1 jam sudah dia di cafe itu, dan akhirnya dia memutuskan untuk pulang ke rumah. Rumah, tempat ternyaman kata banyak orang. Bagi adzwa, rumah adalah rumah, tempat ia kembali pulang sejauh apapun ia pergi.

Diperjalanan pulang ia melihat dua anak kecil yang sedang di hadang oleh preman. Ia mendengus kesal, dan menghampiri dua anak kecil tersebut.

"Pergi" Kata adzwa. Dua anak kecil itu diam dan menatap adzwa.

"Pergi" Katanya lagi dengan sedikit nada tinggi.
Dua anak itu kaget, dan langsung berlari entah kemana.

Adzwa menatap preman itu dengan pandangan datar. "Berani lo sama gue?" Tanya preman itu.

"Pengecut" Hanya itu kata yang di lontarkan oleh adzwa.

"Lo bilang gue pengecut?, dasar bocah. Sok sok an jadi pahlawan" Kata preman itu.

"Pergi" Kata adzwa. Preman itu hendak memukul adzwa, namun karena melihat dua anak kecil yang tadi di hadang nya kembali dengan warga sekitar ia memilih untuk kabur.

Adzwa berbalik menatap semua orang. "Saya pamit" Kata adzwa, lalu berbalik dan kembali berjalan untuk pulang kerumah.

---

Malam harinya, ia pergi keluar untuk membeli beberapa cemilan di supermarket depan komplek. Setelah pamit kepada ART rumahnya, baru ia pergi.

Sepulang nya, seseorang yang sangat tidak diinginkan oleh adzwa kembali. Seseorang yang membuat nya kembali mengingat luka lama. Seseorang itu kembali hadir di hadapannya. Dia adalah sahabat adzwa, sahabat yang dulu senantiasa bersama adzwa.

Susah, senang, selalu bersama. Sampai pada kesalahan pahaman yang membuat semuanya hancur seketika. Ia sudah tidak dipercayai lagi oleh sahabat nya. Bahkan sahabat nya dengan tega menceritakan keburukan adzwa kepada orang-orang agar adzwa dibenci.

Adzwa benar-benar kecewa, seseorang yang sangat ia percayai ternyata ia yang menjelekkan nama nya. Kini seseorang itu hadir dengan luka yang masih membekas sampai saat ini.

Adzwa terdiam, memandang seseorang itu dengan pandangan datar, tanpa sepatah apapun yang keluar dari mulutnya.

"Hai, apa kabar?" Kata dia. Rasanya adzwa benar-benar sangat ingin berlari secepatnya.

"Baik" Kata adzwa masih dengan pandangan datarnya.

"Boleh ngobrol sebentar?" Tanya seseorang itu.

"Maaf saya sibuk, masih banyak kerjaan. Lebih baik kamu kembali menghilang ky" Kata adzwa, setelah itu ia langsung berlari meninggal Rizky. Ya, seseorang itu adalah rizky. Sahabat adzwa di masa lalu.

"Maafkan aku keyy" Lirih rizky. Keyy adalah panggilan adzwa dari rizky.

Sampai dirumah, adzwa langsung masuk kamar dan menguncinya. Ia memilih untuk duduk di balkon kamarnya. Ia hanya diam, namun perlahan air mata itu turun membasahi pipinya.

Masa-masa itu kembali terngiang di pikiran nya, masa yang menyedihkan bagi adzwa. Akibat kesalahan pahaman, semuanya hancur begitu saja. Rizky, sahabat yang selalu ia percaya adalah dalang dari kehancuran nya. Dan kini dia malah kembali datang dalam kehidupannya.

Diam ia memandang langit, langit kali ini sedang mendung sama seperti hatinya. Ia merasa sangat kecewa, kesalahan yang tidak pernah dia lakuin, disebar begitu aja ke banyak orang. Tanpa memikirkan hati sahabatnya. Sungguh, bekas luka itu masih sangat mendalam sampai saat ini.

-Selamat Membaca-

Komen mau Up kapan?!!

PERJALANANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang