2. Hujan luka

16 2 0
                                    

-Happy Reading!-

Aku berada di tepi luka, menempatkan diri sebelum harus kembali menerjang derasnya hujan luka. -Adzwa

Setelah beberapa jam di balkon kamar, ia memilih untuk masuk dan beristirahat. Masa-masa itu masih terngiang dalam pikiran adzwa, sehingga membuat kepala nya menjadi pusing.

Ia cuci muka lalu bersiap untuk tidur. Matanya terpejam, namun pikiran nya masih melayang pada masa lalu nya itu. Perlahan namun pasti, akhirnya setelah beberapa jam ia pun tertidur pulas.

Alarm berbunyi membuat kedua matanya terbuka dari lelap tidurnya. Ia bangun dan bersiap untuk kesekolah. Setelah siap, ia turun untuk sarapan. Di bawah keluarga nya telah siap untuk sarapan, tinggal menunggu adzwa.

Adzwa menghampiri ruang makan dan makan dalam diam, tanpa berniat berbincang dengan kedua orang tua nya sedikitpun. Setelah selesai, ia pamit kepada kedua orang tua nya untuk berangkat sekolah. Apa adzwa diantar oleh kedua orang tua nya atau supir keluarga nya? Tentu tidak, adzwa kembali memilih untuk naik angkutan umum.

Hanya butuh waktu 20 menit untuk sampai di sekolahnya, jika ia naik angkutan umum. Tetapi, jika ia jalan kaki, akan dibutuhkan waktu 30 menit untuk sampai ke sekolahnya. Adzwa naik angkutan umum hanya untuk berangkat sekolah, ketika pulang sekolah ia lebih memilih untuk berjalan kaki.

MOS hari ini berjalan dengan lancar, setelah selesai mereka akan dipulangkan. Adzwa kembali mampir ke panti asuhan, salah satu tempat yang menyenangkan bagi adzwa. Sebelum ke panti ia mampir ke mini market untuk membeli beberapa cemilan.

"Assalamu'alaikum semua" Kata adzwa dengan senyuman tipis.

"Waalaikumsalam, nak adzwa" Kata ibu panti.

"Mari masuk nak, anak-anak ada di taman bermain" Katanya lagi, yang di balas anggukan oleh adzwa.

---

Setelah dari panti, karena hari telah menjelang malam, ia memutuskan untuk pergi ke pasar malam yang tak jauh dari panti tersebut. Ia memasuki pasar malam itu dan berkeliling mencoba satu persatu permainan yang ada, sungguh sangat menyenangkan.

Hingga ada satu yang ingin ia naiki, yaitu bianglala. Ia naik dan kemudian bianglala itu berputar. Sampai saat ia berada diatas, pemandangan kota jakarta yang indah terlihat jelas. Kemudian ia berpikir, bianglala ini serupa dengan kehidupan. Kehidupan yang selalu terus berputar, terkadang kita berada di posisi bawah, dan terkadang kita berada di posisi atas. Sama seperti saat kita menaiki bianglala.

Setelah selesai, ia memutuskan untuk pulang kerumah. Bagi kalian yang mikir, kalo adzwa tidak ijin ke orang tuanya, kalian salah. Karena setiap ia melakukan apapun itu, ia akan ijin entah itu kepada kedua orang tua nya atau kepada ART nya.

Sepulangnya dari pasar malam, ia langsung masuk ke kamar dan membersihkan diri. Setelah selesai ia akan turun untuk makan malam. Kali ini orang tua nya ikut serta makan malam, tidak seperti malam sebelum nya. Ia hanya makan seorang diri.

"Bagaimana dengan sekolah mu?" Tanya Raditya, ayah kandung adzwa.

"Baik" Kata adzwa dengan pandangan datar.

"Kamu sudah memiliki teman?" Tanya anindya, ibu kandung adzwa.

"Sudah. Kita sedang makan, gak baik kalo berbicara, nanti tersedak" Kata adzwa, masih dengan pandangan datar.

PERJALANANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang