↬ tugas negara

26 5 1
                                    

tak bernada tapi tetap indah ditelingakadang aku berpikir, apa gunanyaaku yang mudah tersulut perkataanmusedang kini aku merindukan masa-masa itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

tak bernada tapi tetap indah ditelinga
kadang aku berpikir, apa gunanya
aku yang mudah tersulut perkataanmu
sedang kini aku merindukan masa-masa itu

- karmela.

_______

sudah beberapa hari belakangan, cuaca pagi selalu mendung. alasan itu yang membuatku kembali meringkuk karena kupikir langit masih gelap, padahal jam sudah menunjukkan pukul 06.20.

"ayah, mela boleh naik gojek aja gak? Ini udah telat banget." aku panik seraya menghampiri ayah yang sedang duduk di meja makan.

"terus pak slamet dipekerjakan buat apa kalo bukan buat antar kamu sekolah ?"

"buat cengcengin mela, yah." batinku dalam hati.

"diluar mendung nak, nanti kamu kehujanan lho." sahut ibu dari area dapur.

"yaudah deh, bu."

"pak slamet udah nungguin tuh di depan. bu, siapin bekal sarapan untuk tuan putri nih."

"iya, ayah. apa sih yang enggak buat mela."

percakapan cheesy ayah dan ibu kini digantikan dengan rentetan pertanyaan kepo pak slamet di dalam mobil.

"gimana mba? udah ada yang ditaksir belum?" pertanyaan pak slamet sedikit membuatku rungsing.

"belum ada pak, soalnya dikelasnya mela udah punya pacar semua." jawabku asal.

dari balik setirnya, pak slamet memasang wajah kecewa. lagian juga, kenapa sih pak slamet ngebet banget kalo aku punya gebetan. padahal jelas-jelas ayah dan ibu ngelarang.

"bagus sih mba mela mau fokus sama sekolahnya, tapi jangan lupa hal-hal seperti itu juga bagian dari masa remaja."

"hal-hal seperti itu gimana pak maksudnya?" tanyaku sambil memutar badan menghadap lelaki paruh baya itu.

"ya suka sama lawan jenis, merasakan kasmaran, senang-senang sama temen-teman itu juga penting mba."

_______

"pagi-pagi udah bengong aja, mel." Itu suara yan. entah kenapa setiap kali ia bersuara, aku selalu gemas sendiri. pemakaian bahasa indonesianya sudah bagus, tetapi aksen bicaranya sedikit lucu.

aku menepuk bangku kosong disebelahku, mempersilahkan yan untuk duduk. tas nabil sudah ada di atas meja, tapi ia entah kemana.

"kak wanda belum dateng. kalau kak nabil lagi sarapan kayaknya di kantin jadi gaada yang bisa diajak ngobrol."

kalian mungkin kaget mendengar yan memanggil 'kak' pada wanda dan nabil. aku dan yan memang yang paling muda diantara mereka berdua. mungkin sudah jadi kebiasaan yan untuk menghormati yang lebih tua. tapi ia hanya mau melakukan itu pada orang yang sudah akrab dengannya.

Jilid 1│Nabil.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang