[Sekuel Shafana]
Orang lain bilang, jarak adalah salah satu hambatan bagi sebuah perasaan. Namun, Arfadhia Rafisqy pikir bukan. Karena meski sudah dipisahkan jarak selama bertahun-tahun, nyatanya ... perasaannya pada Anika Hafsa Shafana masih sama...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Long time no see. Bulan Maret kemarin beneran nggak update samsek hehe semoga masih ada yang nungguin🤭
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
03
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Shafa tahu jika dirinya mungkin merupakan manusia yang paling bodoh, karena memilih untuk menolak saat sang ayah menawarinya untuk berkuliah. Namun bukan tanpa alasan pula dia melakukan semua itu, tak lain karena Shafa ingin terbebas. Dia tak ingin memberatkan ayah dan ibunya. Ia berusaha untuk tahu diri, siapakah dirinya selama ini. Kalau bisa, Shafa ingin sekali menjauh dari keluarganya.
Tujuh tahun memang sudah berlalu, tetapi hubungan mereka tidak lebih baik daripada dulu. Shafa justru semakin menjaga jarak. Sungguh, Shafa hanya ingin hidup bebas, tanpa harus mendengar perkataan pahit dari siapa pun tentangnya, termasuk ibu dan adiknya.
Shafa sadar, bahwa menghindarinya pun tak akan menyelesaikan permasalahan di antara mereka. Namun rasanya lebih baik seperti ini. Bersandiwara seakan semuanya baik-baik saja dan hubungan dengan keluarganya pun demikian. Itulah yang harus ia perlihatkan kepada orang-orang. Selebihnya, biar itu menjadi urusan pribadinya saja. Orang lain tak perlu tahu.
"Gue udah izin sama Mas Arsen kok, dan dia bolehin lo cuti untuk hari ini. Ah nggak, lo bisa bayar minggu depan kalau lo merasa nggak enak karena dibolehin cuti." Mona berkata dengan sungguh-sungguh, lain dengan Shafa yang hanya menghela napas karena lelah menghadapi sahabatnya yang keras kepala ini.