Happy reading!!
Sebelum kalian baca please pencet vote biar aku semakin semangat nulisnya ya
_____________________________
"Gue gak bisa janjiin perasaan gue selalu untuk lo. Tapi gue bisa janjiin satu hal ke lo, gue akan selalu ada kapanpun lo butuh"
-
-
-Kelopak mata cewek itu terbuka. Matanya menatap langit-langit kamar bernuansa monokrom dengan miniatur Avengers yang tertata rapi di segala perabotan yang ada di ruangan itu. Terasa asing menurutnya, ia tidak tau kenapa dan bagaimana ia bisa disini.
Nadine meringis ketika ia berusaha bangun dari tempatnya. Cewek itu menatap pantulan dirinya dari cermin yang berada di samping tempat tidurnya. Pakaiannya sudah di ganti, serta kepalanya di perban.
"Ah iya semalam gue kecelakaan" gumamnya.
Cewek itu tersentak begitu suara pintu terbuka. Matanya membola melihat siapa yang ada di balik pintu.
"Lo?" Beo Nadine
Cowok itu melangkah mendekati Nadine. Tangannya terulur memegang dahi cewek itu.
"Masih sakit kepalanya?" Tanyanya halus.
Nadine mengernyit "Gini doang kuat gue" Ucapnya berbohong. Sejujurnya, cewek itu masih merasakan sakit di kepalanya, walau tidak sesakit waktu ia bangun. Nadine tidak suka jika kelihatan lemah apalagi di depan orang yang suka ia bully.
Cowok itu hanya menganggukan kepalanya. Ia tau Nadine berbohong, kentara sekali cewek itu tengah menahan sakit.
"Kok bisa gue disini? Dan lo kenapa bisa disini?"
"Singkat aja lo kecelakaan dan gue nolongin lo" jawabnya sangat singkat, padat, dan jelas. Ah jangan lupakan kalau Agas irit bicara.
"Yang gantiin baju gue, siapa?"
"Guelah. Btw badan lo oke juga" Nadine menatap tak percaya cowok dihadapannya. Tangannya mengepal kuat melihat cowok itu tersenyum. Baru kali ini ada orang yang menginjak harga dirinya sebagai perempuan.
Plak
Kepala Agas terhuyung ke samping. Ia memegang pipinya yang terasa nyeri akibat tamparan cewek itu.
"Selain sampah lo mesum juga yah? Ada hak apa lo gantiin baju gue? Lo pikir lo siapa? Jangan mentang-mentang lo nolongin gue, lo bisa seenaknya sama gue!" Sentak Nadine emosi.
"Brengsek lo!" Cewek itu berlalu membanting pintu kamar Agas kasar.
Agas tersenyum miring
"Lo lucu kalau gitu"
***
Sedangkan anak geng HICLA tengah kumpul di rumah Nadine. Dari semalam mereka sibuk mencari keberadaan gadis itu. Setelah mereka semua pulang dari club mereka tidak sengaja melihat mobil Nadine yang menabrak sebuah pohon.
Setelah memastikan jika itu mobil Nadine, mereka segera mengecek keadaan cewek itu. Akan tetapi, mobil itu kosong hanya ada tas dan handphone milik Nadine yang berada dikursi samping pengemudi.
Terlihat kaca belakang mobil Nadine pecah, mereka jadi semakin yakin kalau ada orang yang menolong cewek itu. Mereka akhirnya memutuskan untuk mengecek di setiap rumah sakit. Tapi hasilnya nihil tidak ada korban kecelakan yang terdaftar di seluruh rumah sakit Jakarta.
Akhirnya mereka memutuskan untuk menunggu di rumah Nadine sekaligus beristirahat malam ini di rumah itu.
Hingga pagi menjelang Nadine belum juga ada kabar, dan itu membuat mereka khawatir apalagi Noah yang dari semalam tidak bisa tidur memikirkan cewek itu.
"Gimana nih? Dine belum ketemu, gue takut dia kenapa napa" Semua yang ada disitu menoleh ke arah Nana. Raut wajah cewek itu terlihat khawatir dan panik.
"Udah jam 10 pagi dan Dine juga belum ada kabar, apa gak kita coba cari lagi?" Timpal Igun.
"Gue setuju! Gue khawatir banget apalagi nama Dine gak terdaftar di seluruh rumah sakit di Jakarta" ucap Chaca berkaca-kaca.
"Tapi mau cari dimana? Kita udah keliling satu kota dan kita gak dapat sama sekali info tentang Nadine"
"Ap-apa.. jangan-jangan Dine udah ma-"
Belum sempat melanjutkan ucapannya Noh memotong bicara Chaca "Gak usah ngomong sembarangan Cha"
Chaca bungkam ia merutuki dirinya sendiri kenapa bisa bicara begitu di hadapan Noah.
"So?" Tanya Fikar.
"Gimana kalau-" ucapan Igun terpotong mendengar suara ketukan.
Tok tok tok
"Bibii buka pintunyaa, ini chava"
Semua yang ada disitu langsung kaget, Noah segera menuruni tangga untuk membukakan pintu untuknya. Jantungnya berdegup kencang ketika ia sudah sampai di depan pintu. Dengan segera ia membuka pintu, tanpa mengucapkan sepatah kata pun Noah sudah lebih dulu memeluk erat cewek dihadapannya.
Sedang Dine hanya diam, ia membalas pelukan Noah tak kalah eratnya. Chaca, Nana, Igun dan Fikar hanya diam melihat interaksi keduanya. Tanpa berniat mengganggu mereka meninggalkan kedua insan yang tengah berpelukan mesra. Walaupun mereka juga tak kalah khawatirnya dengan Noah, tapi mereka akan memberi sedikit waktu untuk mereka lebih lama lagi.
"Semalam lo dimana? Ini kepala lo kenapa? Mana yang sakit?" Begitu melepas pelukannya, Noah menghujami cewek itu dengan pertanyaan bertubi tubi.
Nadine hanya tersenyum "Gue gak papa No, ya walaupun kepala gue masih agak sedikit sakit. Tapi gue oke kok"
Cowok itu kembali memeluk Nadine "Gue pikir lo beneran tinggalin gue Din"
Nadine tersenyum melepas pelukan Noah lalu menggenggam tangan kanan cowok itu "Gue gak bakal pergi No, lo tau itu"
______
#tbc
Gimana gais untuk part ini?
See you next chapter

YOU ARE READING
Candu
Teen FictionNadine Chaeva Sitar seorang most wanted girl SMA Nirwana, sekaligu Center of attention Nirwana membuat heboh satu sekolah ketika dirinya berinteraksi dengan orang yang ia dan teman-temannya bully. Ini semua berawal dari ide gila Noah yang menyuruh N...