FAILED

1.7K 247 61
                                    

"Lisa-ya! Kau di mana?" Teriakan Rosé memekakkan telinga Lisa yang saat ini sedang asik bermain bersama anak-anak peliharaannya.


"Disini! Kenapa kau harus berteriak, Huh?"


"Cepath...! Ayo ikut dengankuh!" Rosé terlihat panik saat berlari mendekat kearah Lisa yang sedang duduk di taman belakang Apartementnya.


"Ada apa? Apa yang terjadi?" Tanya Lisa bingung.


"Ian... Ianh... Cepat ikut dengankuh!" Rosé menarik tangan Lisa dengan tidak sabar.


"Ada apa dengan Ian? Bernapaslah! Cepat katakan ada apa?" Lisa seketika panik dan bergegas berdiri mengikuti intruksi yang Rosé berikan.



"Akan aku ceritakan di jalan. Sekarang ayoh... Aku tidak ingin kau terlambath..!"Rosé yang masih terengah kini menarik kencang pergelangan tangan Lisa, memaksa Lisa mengikuti langkahnya yang terburu-buru untuk pergi.







🗝


Sepanjang perjalanan menuju kediaman Ian, pikiran Lisa begitu kalut. Informasi yang di berikan Rosé tidak jelas. Kondisi Ian pun sampai detik ini masih menjadi tanda tanya besar baginya.



Menggenggam ponsel miliknya, mencoba menghubungi nomor Ian berkali-kali namun tetap tidak mendapat jawaban, membuat Lisa semakin panik. 'Tidak. Ian baik-baik saja! Dia akan baik-baik saja' Batin Lisa terus mengucapkan kata-kata itu bagaikan mantra.



Meloncat turun dari mobil sesampainya mereka di rumah Ian, Lisa segera berlari masuk ke dalam tanpa sungkan dengan keberadaan teman-teman Ian yang ternyata sudah berkumpul.


"Ada apa ini? Di mana Ian?" Tanya Lisa panik saat ia tidak menemukan Ian di dalam kamarnya.


"Tenanglah, Lisa. Ian baik-baik saja." Ucap Dabin tenang; yang berbanding terbalik dengan ekspresi scott di sana, dia terlihat cemas.


"Aku ingin menemuinya, Oppa... Jebal!" Lirih Lisa.


"Sebaiknya jangan bertemu dengan Ian sekarang. —Dia, Dia masih kacau..." Jelas Dabin.


Lisa tidak menggubris peringatan dari Dabin. Lisa berjalan kesana-kemari mencari ke segala sudut ruangan di rumah itu, mencari keberadaan Ian. Ia tidak bisa hanya duduk diam dan menunggu hal yang tidak Ia ketahui kejelasannya.


Ada satu ruangan yang ternyata luput dari pandangan Lisa, Ia berjalan mendekat ke sana. Dengan perlahan Lisa membuka handel pintu ruangan itu. Jantungnya berdetak dengan hebat, pemikiran yang sedari tadi di enyahkan olehnya; kini muncul tanpa bisa dicegah. Lisa takut. Lisa gemetar tidak siap dengan hal terburuk yang bisa saja di hadapi olehnya saat ini.



"Jangan tutup pintunya, Lisa. Mengerti?" Pinta Dabin sebelum Lisa memasuki ruangan itu, —yang langsung di iyakan oleh Lisa.




Menapakkan kakinya memasuki ruangan yang terlihat... –Lisa tidak bisa melihat apa-apa. Ruangan itu begitu gelap. Tidak ada jendela atau tirai yang bisa memberikan sedikit pencahayaan di dalamnya. Bau alkohol begitu menyengat. Terasa pula ada beberapa pecahan kaca di bawah kakinya; yang tanpa sengaja diinjak oleh sepatu miliknya. Lisa membutuhkan beberapa waktu untuk matanya bisa mendapatkan fokus.


Dia di sana. Dia duduk di sebuah kursi, membelakangi pintu. Duduk menghadap tembok di sudut ruangan ini, Tanpa bergerak. –Namun terdengar suara senandung lirih dari arahnya.


Dope LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang