"Besok orangtuaku akan datang ke Korea." Lisa menatap serius pria di hadapannya itu. Saat ini mereka baru saja selesai berolahraga, -tak jauh dari pelataran Apartement tempat Lisa tinggal. Dengan sikap Ian yang super cuek, Lisa harus menarik napas berkali-kali saat melihat banyaknya pasang mata yang sedang memperhatikan mereka. Ian saat ini sudah melepas baju olahraganya; Dia bilang, tidak baik memakai baju yang basah karena keringat, Maka jadilah dia sekarang bak seorang model susu protein yang mengelilingi taman pagi ini.
"Jangan kau hiraukan. Apa salahnya berkencan di pagi hari?" Ucapnya santai dan dengan cepat memajukan tubuhnya mendekat kearah Lisa, memberi satu kecupan ringan di keningnya; DI TEMPAT UMUM!
"Aku akan kena masalah setelah ini. -Kau!" Geram Lisa menatap galak kearah Ian; yang malah tersenyum geli balas menatapnya.
"Tadi kau bilang apa? Orangtuamu mau datang kemari?" Tanya Ian berubah sedikit serius.
"Ya, Semalam Mommy menghubungiku. —Kau mau kan berkenalan dengan mereka?" Tanya Lisa antusias.
Namun respon yang di berikan Ian sungguh tidak di duga. Wajahnya seketika muram dan tidak ada jawaban apa-apa yang keluar dari mulutnya.
"Kenapa? Apa ada malasah?" Tanya Lisa lagi, penasaran.
"Entahlah. —Aku seperti punya bakat untuk tidak di sukai oleh orangtua?" Jawabnya resah.
"Apa-apaan itu?! Tenang saja. Orangtuaku tidak menakutkan, meski Daddy bisa di bilang pendiam; Tapi dia orang yang hangat." Lisa mencoba meyakinkan Ian yang saat ini terlihat gugup.
"Apa sebaiknya aku tidak bertemu dulu dengan mereka? —maksudku... hubungan kita yang masih terlampau baru, dan orangtuamu sudah sangat mengenal mantan kekasihmu itu, —Aku hanya tidak mau di banding-bandingkan..." Suara Ian terdengar lirih dan tidak percaya diri.
"Lihat aku!" Lisa memaksa Ian menatapnya, memegang di kedua sisi wajahnya, Lisa berucap, "Aku sudah menceritakan semuanya pada mereka. Semuanya! Dan harus kau ingat, kau adalah manusia yang paling mudah untuk di sukai... Aku jamin itu!" Lisa mencoba meyakinkannya, dengan gemas ia pun mencium ujung hidung mancung pria tersebut; melupakan bahwa saat ini mereka masih berada di taman.
"Jadi... kau menyukaiku sejak awal kita bertemu?" Seringai menyebalkannya kembali muncul, membuat Lisa jengah sekaligus bersyukur; —setidaknya wajahnya tidak murung lagi.
🗝🗝
Kaki Ian bergerak tidak mau diam sedari tadi. Sudah berulang kali juga Lisa mencoba membuatnya tenang; namun tetap gagal. Saat ini mereka sedang berada di salah satu restaurant milik kerabat jauh ayahnya. Lisa sengaja meminta mereka datang untuk bisa berkenalan dengan pria yang ada di sampingnya ini.
"Apa aku berpakaian terlalu santai? Fuck! Harusnya aku tidak menggunakan kemeja tangan pendek ini! Kau lihat... semua tattoo-ku terpampang jelas!" Geram Ian saat melihat penampilannya sendiri.
"Tenang saja, kau tampan malam ini." Lisa menggenggam tangan Ian, menghantarkan rasa tenang untuknya.
"Lisa... Aku bahkan lupa membeli buket bunga untuk ibumu! Shit! Kenapa otakku kosong hari ini!" Kembali Ian memaki dirinya sendiri.
"Ian... Please, You'll be good!" Lisa meyakinkan Ian untuk kesekian kalinya, bahkan dengan berani Lisa mencium sudut bibir pria itu. —Aah, itu mereka datang!" Sahut Lisa setelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dope Lovers
RomanceAku masih tidak percaya bahwa aku sekarang sendirian. Aku hancur berkeping-keping, tapi kau tidak tahu. Betapa berharapnya aku, kau tidak meninggalkanku. Tapi Kudengar kau terlihat bahagia sekarang. Jadi jangan kau khawatirkan aku, karena aku baik-b...