1. CEO KAMPRET!

69 8 4
                                    

Tunggu dulu, ada give away dadakan dari Bapak Tata Mahendra YTH. coba ambil palu. Liat pojok kiri bawah, habis itu kalian getok.

Komen di sini, Kasih tau kalian dapet apa?
Follow juga
fzyh21

Komen di sini, Kasih tau kalian dapet apa?Follow jugafzyh21

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapapun, plis tolongin Safa. Belum ada satu hari kerja tapi kok gini amat. Soft file di mana-mana, email di laptop juga pada masuk sampe bejubun.

Safa ini akuntan! Biasa ngitung duit goib, kok sekarang malah di kasih tulisan semua kayak novel.

Fyi. Safa bukan anak SMK yang baru lulus, Safa udah 21 tahun, pengangguran 3 tahun. Bukan karna males ngga mau cari kerja atau gimana. Yang pertama. Ayah larang Safa buat kerja. Yang ke dua, terhalang realita dimana Safa harus ngurus ayah tanpa sosok ibu. Safa ngga tega ninggalin ayah sendiri di rumah, walau realitanya Safa yang di tinggal kerja sama ayah.

"Udah jam istirahat, kamu nggak turun makan siang?" tanya mba Novi, ternyata Mba ini yang di bilang wakil sekretaris CEO.

Safa melirik jam di tangannya. "Oiya, maklumin ya mba. Pusing kerjaan sampe lupa."

"Jangan lupa, kamu tawarin dulu pak Tata. Mau nitip atau nggak." ucap mba Novi lagi. Safa menanggukan kepala dan mba Novi pamit untuk pergi terlebih dahulu.

"Ish, manja banget si harus di tawarin segala." misuh Safa sembil membereskan meja kerjanya.

Satu panggilan tertera di layar handphone Safa. Safa haya melirik sekilas, ia sudah tau siapa gerangan yang menelfonnya.

Safa menggeser ikon hijau di layar, menjepitnya di antara bahu dan telinga.

"Assalamuakaikum akhi. Mon maap ngga nerima sumbangan."

"Shalom." jawab Jeffrey.

Safa mendengus sebal, Jeffrey nih contoh sabahat rasa pacar. Dekat di mata, mepet di hati, jauh di iman.

Istilahnya. Harta, tahta, beda agama!

"Jadi makan siang di sini ngga?" tanya Jeffrey.

"Jadi, bentar gue lagi beres-beres dulu." ucap Safa, lalu memutuskan sambungan telfonnya.

Safa beranjak dari mejanya, mengetuk pintu ruangan CEO beberapa kali hingga suara lelaki kampret yang sekarang merangkap menjadi CEO–nya itu mengatakan masuk.

"Bapak mau titip makan siang? Atau mau sekalian ke bawah?" tanya Safa. Jujur aja Safa bingung gimana caranya menanyai atau mengajak atasan buat makan siang.

Mata tajam itu masih fokus menatap layar komputer dengan jari-jari yang bergerak lincah di atas keybord.

"Pak?" panggil Safa lagi.

"Hah? Apa?" Tata mengadah menatap Safa di depannya.

Ganteng. Batin Safa. Mata Elang itu berubah teduh. Asli, ganteng banget ini bujang depan mata.

CEO MINUS AKHLAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang