Seorang cowok yang masih mengenakan seragam khas anak Sma. Seragam putihnya yang dikeluarkan, kancing bajunya yang dibiarkan terbuka hingga memperlihatkan dada bidangnya itu.
Berjalan memasuki rumah besar bercat putih, membuka pintu rumah pelan.
Ini sudah larut malam, mungkin Bik Epo--Asisten rumah tangga nya itu sudah pulang.
Lagian siapa juga yang akan mengkhawatirkannya pulang selarut ini. Tidak pulang pun tidak akan ada yang menanyainya.
"Dari mana kamu satria?"
Suara itu membuat satria reflek memberhentikan langkahnya. Kemudian membalikkan badan hingga berhadapan dengan sang pemilik suara.
Satria Mahesa. Cowok yang bisa di bilang sangat sering melanggar peraturan sekolah. Biasanya tipikal murid seperti ini tidak disukai oleh para murid, lebih utamanya para kaum hawa.
Tetapi tidak untuk Satria, ya cowok ini sangat dipuja puja oleh siswi siswi di SMA Garuda, oh ralat tetapi siswi siwi dari sekolah lain juga memujanya.
Bagaimana tidak? Satria yang terkenal ketegasan dan keberaniannya ditambah lagi postur tubuhnya yang gagah, alis nya yang tebal,iris matanya yang berwarna coklat serta hidungnya yang mancung merupakan foto copyan dari Candra Mahesa.
Agak berlebihan memang ,tapi mau bagaimana lagi?kenyataannya memang begitu.
"Duduk!"titah Candra dengan nada yang sedikit meninggi.
Satria menurut, ia kemudian duduk dengan mimik wajahnya yang datar
"Jadi gini kelakuan kamu?setiap harinya keluyuran,pulang larut malam,mau jadi apa kamu?!" ujar candra berusaha mengontrol emosinya.
Satria hanya menatap papanya sekilas dengan muka datarnya. Ia malas mendengarkan perkataan papanya itu.
Candra membantingkan beberapa lembar kertas keatas meja "ini maksutnya apa?! Papa menyekolahkan kamu itu biar pintar! Bukan buat dapat surat kayak gini,kamu itu nggak kayak--"
"Cukup pa, Satria capek dibanding-bandingin sama Vino!" sela satria.
kali ini ia angkat suara cukup sudah.ia tidak mau dibeda-bedakan dengan kakaknya, yang lebih dipercaya dari pada dirinya
"Kamu itu seperti mamamu ,keras kepala selalu saja membantah!"
Satria bangun dari duduknya menatap candra sengit "jangan bawa bawa mama!,kalau aja papa nggak selingkuh, satria nggak kayak gini mama juga nggak akan koma, ini salah papa lebih memilih wanita murahan itu"
Plakk
Satria menunduk. Tamparan itu mendarat mulus dipipinya.
"Pergi kamu dari sini,pergi"bentak Candra tak menatap anak bungsunya.
tangannya menunjuk ke pintu depan.Ia takut kehilangan kendali dan melalukan tindakan yang lebih parah dari ini.
Satria menatap nanar papanya sekilas, sebelum kemudian keluar menaiki ninja merahnya menerjang jalan Raya dengan kecepatan tinggi.
Pikirannya tengah kacau sekarang.
*****