CHAPTER 1

41 5 0
                                    

Seanggun wajahnya, demikian pula anggunnya hati permaisuri Anallya. Menyayangi keluarga dan rakyatnya melebihi keegoisannya. Takut namun mengharapkan yang terbaik bagi semuanya. Kelembutannya menghasilkan didikan yang baik bagi anak-anaknya. Namun, sungguh sangat terkejut ratu Ana ketika mendengar permintaan putri bungsunya yang masih begitu belia.

"Ibunda, aku ingin belajar berpedang." Tutur putri cantik yang baru berumur 10 tahun itu.

Matanya menyiratkan kesungguhan. Pandangannya menyiratkan permohonan bagi sang ibunda. Ia telah bertekat. Ia mengharapkannya dengan sangat.

Dengan segala kebijakan dan kasih sayangnya, sang ratu berusaha mencari keputusan terbaik bagi putri kecilnya itu. Ia sungguh terkejut. Namun ia pun tahu, putrinya bersungguh-sungguh. Dari awal ratu Ana memang telah melihat bahwa putri kecilnya itu tidak seperti gadis lainnya. Ia kuat dan tidak membiarkan kedua kakaknya terlalu melindunginya. Ia selalu berkata bahwa jika keluarganya selalu berusaha melindungi rakyat, maka ialah yang akan melindungi keluarganya. Ia memiliki ketangguhan sebagai seorang putri kerajaan. Dengan mempertimbangkan semua itu, ratu akhirnya membuat keputusan.

"Ibunda selalu mengharapkan yang terbaik untukmu. Ibunda ingin kau bahagia. Jika pilihanmu demikian, ibunda hanya ingin bertanya," kata ratu Ana menggantung. "Apa kau akan berbahagia dengan jalan yang kau pilih ini, Sheera?"

Putri Sheera merenungi sesaat pertanyaan dari ibunda ratu Ana. Ia memikirkan baik-baik tentang keputusannya. Gadis 10 tahun itu tiba-tiba dirundung kebingungan. Ia gelisah. Apakah ia dapat berbahagia dengan jalan yang ia pilih? Segala pemikiran bergejolak dalam benaknya. Namun seketika, ia teringat akan ucapan ibunda ratu Ana beberapa hari lalu.

"Ibunda, ibu pernah berkata bahwa kita tidak seharusnya menyesali jalan yang kita pilih. Aku tidak bisa menjamin akan selalu bahagia dengan pilihanku ini. Namun satu hal yang aku yakin, bahwa aku tidak akan menyesali pilihan ini." Jawab Sheera dengan pandangan yakin. Gadis 10 tahun itu sedang berusaha meyakinkan ibunya, beserta dirinya sendiri. "Ibunda sendiri yang mengatakan bahwa hidup seperti sebuah roda yang berputar. Tak selamanya kita akan berada di atas. Akan ada saatnya kita berada di bawah. Tak selamanya aku akan bahagia dengan keputusanku. Akan ada saatnya aku akan bersedih dan menderita. Tapi ibunda, aku tidak akan menyesalinya. Aku tahu risiko yang akan kuhadapi kedepannya. Dan aku menerimanya." Bijak Sheera membuat ratu terharu.

Ratu Ana sungguh bangga dengan putrinya. Di usianya yang begitu muda, ia mampu berpikir dewasa seperti itu. Ia membukakan mata ibundanya ini, bahwa gadis kecilnya akan segera beranjak dewasa. Ia dan keberaniannya membuat hati ratu Ana menghangat. Dalam hatinya, ratu Ana memanjatkan syukur kepada Sang Maha Kuasa, karena ia telah diberkati seorang anak yang begitu membuatnya bangga.

"Sayangku, sungguh ibunda sangat bangga padamu. Lakukanlah apa yang menjadi pilihanmu. Ibunda akan selalu mendukungmu. Namun ibunda bukanlah satu-satunya yang kau butuhkan untuk mempelajari caranya bertarung. Kau harus mendapat persetujuan dari ayahmu. Beliaulah yang menentukan. Tanyakanlah." Ucap ratu Ana.

"Apa ayahanda akan menyetujuinya? Ibunda, tolong temani aku, yah. Kumohon." Pinta Sheera. Sebijak apa pun, ia tetaplah seorang putri kecil berumur 10 tahun.

Ratu Ana terkekeh menanggapi putrinya yang sesaat begitu dewasa, namun sesaat kemudian, begitu kekanak-kanakan. Namun ia maklum. Putri kecilnya masih membutuhkan bimbingan dan dampingannya. Ia tidak keberatan dengan hal tersebut.

***

Dari awal, Sheera sudah mengetahui bahwa permintaannya akan sulit untuk dikabulkan sang Raja. Lihat saja apa yang raja lakukan sekarang. Ia dikunci di kamarnya dan diharuskan belajar menyulam. Ia bisa tentu saja. Namun ia sedang tidak ingin menyulam saat ini. Ia ingin segera berlatih pedang. Hari sudah sore dan kakak-kakaknya pasti sedang berlatih pedang. Ia ingin ikut. Sangat ingin.

NocteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang