7

897 181 51
                                    

Dari 8 November 2020 dan akhirnya pada malam ini saya bisa memamerkan bab 7 dari cerita Outlast. Selamat membaca!

--

Asap memenuhi lorong-lorong. Jisung berjalan secara buta menuju tempat Renjun. Bantuan bisikan dari earphonenya tidak terlalu membantu karena ia tahu, tidak semua penjaga sudah mati disini. Ia sangat takut, genggaman tangannya ke senjata yang ia pegang sudah ia eratkan dan sesekali dilonggarkan karena ia sedikit berkeringat.

'Belok kiri, disana ada ID card yang menggantung agar kamu bisa masuk ke dalam tempat Renjun. Tadi kami sempat membunuh satu penjaga yang mempunyai akses ke sana lalu kembali ke lorong utama dan berjalan menuju barat.'

Jisung membelokkan langkah kakinya dan ia bisa melihat ada dua penjaga yang sudah di lantai lorong. Ia berjalan cepat menuju yang terdekat dengannya dan langsung mengambil ID card yang menggantung di lehernya. Tali kartu identitas itu ditarik dan langsung dimasukkan semua bagiannya ke kantong depan rompi Jisung. Tidak lupa juga helm milik penjaga ini ia ambil dari kepala penjaga yang sudah mati.

"Apakah kamu bisa meretas helm ini? Ada kata kunci yang hanya bisa digunakan oleh penjaga dan helm ini bisa berguna untukku agar aku bisa melihat diantara asap." Ucap Jisung ke intercom.

Ada keheningan tapi Jisung bisa tahu Jaemin sedang bekerja untuk mencoba meretasnya.

'Done.' Jisung langsung memakai helmnya dan sekarang ia bisa melihat dengan jelas dari kaca helm itu. Sebelum berjalan kembali ke lorong utama, ia menyempatkan diri untuk melihat pantulan dirinya di tembok besi yang bisa menunjukkan pantulannya.

Saat ingin kembali ke lorong utama, dari sebelah kirinya, ada penjaga yang jatuh kena tembakan. Jisung langsung mengarahkan senjatanya ke kanan untuk melihat siapa yang menembak itu.

Chenle. Berdiri tidak jauh dari sana tanpa helm dan matanya menunjukkan mata marahnya.

"IDIOT! Kamu kembali meninggalkanku sendirian HAH?"

'C-chenle, kita tidak punya waktu untuk marah dulu,' Haechan berbicara melalui intercom yang Jisung yakini sekarang koneksi intercom itu tidak hanya ke dirinya tapi ke Chenle juga.

Chenle menunjuk Jisung dengan telunjuknya dan langsung berjalan mendekati Jisung. Ia ke tempat tadi Jisung mengambil helm penjaga. Dengan menggunakan intercom, ia juga mendengar Chenle menyuruh Jaemin untuk meretas agar helmnya bisa dipakai olehnya.

"Jangan terlalu egois Park Jisung. Kamu tidak akan bisa hidup sendirian." Sahut Chenle saat mereka sudah berdiri berdampingan. Mata Chenle tidak menatap Jisung sama sekali karena matanya sibuk untuk membantu tangannya yang sedang melihat senjata tangannya itu.

Baik Chenle dan Jisung kini saling berdampingan dan mengangkat senjata mereka sampai ke atas dada dan saling bertatapan.

"Aku akan mengikutimu sampai kemana pun dirimu Jisung. Camkan itu!"

Jisung bahkan ditinggal di belakang karena Chenle sudah memimpin jalan lebih dahulu. Bahkan melalui intercom ia dapat mendengar Jeno yang berkata, 'Dia cukup menyeramkan kalau seperti itu.'

Jisung belum pernah bertemu sisi Chenle yang seperti ini jadi ia hanya bisa menurut saja. Kakinya mengikuti langkahan Chenle yang mendapatkan bantuan dari Jaemin.

Pada belokan pertama, mereka berpapasan dengan dua penjaga dan dengan bersamaan keduanya langsung menembak tepat sasaran. Dua penjaga itu terjatuh ke lantai dalam keadaan tewas.

Namun saat memasuki belokan kedua, Jisung dapat mendengar kalau Jaemin tidak bisa lagi memberikan bantuan karena sinyal disini mulai tertutup radiasi lainnya.

OutlastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang