happy reading sebelum wattpad mau down tanggal 6(???)
'Kalian akan berhenti bertatap-tatapan sampai ditangkap atau bagaimana?'
Panggilan itu tampaknya membuat Jisung dan Chenle sadar kembali ke alam realita. Rasanya kalau hanya saling memandang, lima tahun kerinduan tidak akan membalas semuanya.
"Ayok," Chenle mengajaknya dengan gerakan kepala. Menyuruh Jisung untuk keluar.
Chenle dan Jisung kembali ke jalan awal, jalan setapak menuju taman. Keduanya berjalan berdampingan ditemani dengan suasana tenang, tidak ada niatan untuk membuka mulut membuat percakapan baru. Disana sudah ada Renjun yang tersenyum lebar melihat Jisung yang kalap hanya karena satu orang.
"Aku hampir saja siap menonton drama sebetulnya." Renjun menyindir Jisung, tentunya.
Jisung menggelengkan kepalanya, mulutnya bergerak berbicara, "Jangan coba berpikiran aneh." Ia bahkan menatap tajam Renjun.
"Belum pernah aku melihat kamu terdiam tidak melawan saat diajak bicara. Jadi Chenle itu tipemu?" Renjun melewati pagar duluan sambil bertanya itu.
Jisung dan Chenle mengikutinya di belakang. Saat Renjun bertanya seperti itu, Chenle langsung melirik ke pria yang sudah jauh lebih tinggi darinya. Perbedaan tinggi mereka bahkan membuat Chenle harus mendongakan kepalanya untuk melihat Jisung.
Yang membuat Chenle kecewa adalah jawaban Jisung atas pertanyaan Renjun karena ia tidak menjawab sama sekali.
"Kamu sudah kenal Chenle selama ini?" Tanya Jisung dengan nada pelan tapi cukup didengar, toh ada microphone di earphone.
Renjun menganggukan kepalanya tanpa menghadap ke belakang. Gerakan itu dilihat baik oleh Jisung maupun Chenle. Kaki mereka masih mengikuti Renjun yang sudah tahu jalan.
"Kenapa tidak pernah bilang?" Jisung kembali bertanya sambil mengusap bagian belakang lehernya.
Renjun mengangkat bahunya, "Kamu tidak pernah bilang kamu kenal Chenle dan lagipula aku sudah pernah menawarkanmu ikut denganku. Chenle dan aku baru bertemu dua tahun lalu kok. Ya kan Le?" Ia menengok ke Chenle.
Chenle yang sedang memandang Jisung pun gelagapan saat ia tertangkap basah sedang menatap Jisung karena Renjun tertawa kecil.
"Iya," jawab singkat Chenle, "Aku baru kenal Renjun dan Mark dan Donghyuck. Mereka selalu menyebutmu tapi dengan sebutan lain."
"Oh ya?" Jisung hanya melirik Chenle yang sedang menatapnya lalu kembali memandang lurus jalanan.
Chenle menganggukan kepalanya, "Mereka bilang kamu itu Mochisung. Mengingatkan mereka kepada dua hal, mochi karena pipimu dan tikus karena kamu lincah." Ia menjelaskan nama panggilan khusus dari teman-temannya itu ke Jisung.
Jisung menerimanya dengan tertawa sambil menggelengkan kepalanya.
'Tidak pernah mendengar kamu tertawa seluwes itu.'
Kali ini suara Mark terdengar di alat pendengarannya dan saat itu juga mereka akhirnya sampai di tempat yang dimaksud. Sebuah pintu pagar kayu, Renjun sedang mencoba untuk membukanya.
"Aku selalu tertawa denganmu Mark." Jawab Jisung sambil melihat Renjun dan setelahnya ia melihat ke sekeliling.
'Nah, tidak pernah sampai sesenang itu. Ah, apakah kamu senang mendengar nama panggilan yang dibuat oleh kami?'
Krekk
Suara pintu kayu yang terdorong itu membuat telinga Jisung sedikit sensitif(?). Ia tidak bisa melihat dengan jelas apa yang ada di dalam dan dorongan dari Chenle membuatnya jadi masuk duluan dibandingkan Chenle.
KAMU SEDANG MEMBACA
Outlast
FanfictionMencoba untuk bertahan diri dan mungkin bertemu Chenle. Itu adalah tujuan hidup Jisung saat ini. "Lights On Chapter II: Outlast". Diberikan warning 'Mature' karena ditakutkan ada bahasa yang kurang nyaman.