Narasi Masa Lalu

11 1 0
                                    


“Za… bangun za, sholat subuh dulu. Ini udah pukul 05.15.” seorang wanita yang sudah berumur itu setiap pagi harus membangunkan putri bungsunya yang sangat manja dan sangat sulit diatur.

“bentar lagi Bun, 5 menit lagi deh.” Dengan mata tertutup Za masih saja bergelung lebih dalam pada selimutnya, dan Ia masih enggan bangun. Sudah dipastikan yang berteriak itu adalah Ibunda Za.

“yaudah pilih aja mau disiram pake air atau Bunda panggilin Abang Al aja.” Seketika Za langsung membelalakkan matanya mendengar nama seorang Abang yang sangat cerewet itu disebut.

Ah, Za lupa memperkenalkan diri ya. Namanya adalah Zahida Jihan Syafiqah, keluarga dan teman-teman dekatnya biasa memanggil dengan Za, lebih mudah katanya. Za mempunyai kedua Abang yang tampan dan sayang kepadanya, ya katakan saja begitu walaupun sebenarnya mereka berdua super duper cerewet. 

Abang pertama Za bernama Yusuf Atharrayhan dan Abang kedua sekaligus Abang yang paling ia hindari karena paling sering mengganggu Za bernama  Alfarizi Zahrani. Bunda dan Ayah Ziya tak perlu disebutkan nama nya ya.

Seperti biasa, pagi itu Za selalu saja menjadi bahan omelan Bunda, perempuan harus inilah harus itulah. Sampai Za hafal betul kalimat apa yang akan diucapkan Bunda dan berakibat Abang Al yang selalu saja mengejeknya. Kemudian berakhir dengan Al yang akan mendapat pelototan dari Bang Yusuf. Abang pertama Za itu walaupun sama cerewetnya tapi selalu membela Za dari ejekan Bang Al. Ah, Ziya sayang Abang Yusuf pakai banget pokoknya.

Za masih tercatat sebagai siswi SMA kelas 3 di salah satu sekolah swasta yang ada di Jakarta dan kalian sebagian pasti tahu bagaimana cara bergaul di sana kan?. Ya,  walaupun tidak semua seperti itu.  Namun, pergaulan Za itu pergaulan bebas.

Bunda seringkali menyuruh Za untuk berhijab, namun ia selalu menolak. Sangat banyak alasan yang Za utarakan, dari pakaian yang tidak modis lah, nanti gak punya teman lah, ada saja alasan yang membuat Bunda selalu marah.

Za tidak seperti kakak-kakaknya yang lebih taat pada Agama. Sholat selalu tepat waktu dan selalu mendengarkan Nasehat Ayah Bunda. Berbeda sekali dengan Za, ia sudah biasa dimanja dan merupakan gadis yang keras kepala, tak pernah mengindahkan apa yang menjadi nasehat Bunda.

Bagi Za apa yang Bunda larang itulah yang akan dilakukan. Seperti Bunda yang melarangnya pacaran, tapi dengan sengaja ia melanggarnya. Walaupun akhirnya akan ketahuan oleh Abang-abangnya dan akan berakhir pacar-pacarnya akan di labrak oleh keduanya,  sehingga semua laki-laki yang mendekati Za memilih menjauh. Tapi, semenjak Abang Al sudah tidak lagi satu sekolah dengannya, ia jadi lebih bebas di sekolah.

Pergaulannya dengan lawan jenis tak ada batasan lagi semenjak Abang Al sudah lulus dari SMA. Laki-laki  semakin gencar mendekatinya, dan Za memang senang menjadi pusat perhatian. Za memanglah gadis yang cantik dengan tinggi 160 cm dan berat 50 kg, sangat proporsional. Rambut Za panjang sepinggang berwarna hitam legam yang sering kali ia cepol keatas agar tak berantakan, tapi itu menjadi daya tariknya sendiri.

Sudah 2 minggu Za menjalin hubungan terlarang dengan Daffa, laki-laki yang mengejarnya setahun silam. Dia termasuk siswa most wanted yang ada di sekolahnya, tapi perilaku Daffa tidak patut dicontoh. Sering membolos, merokok, dan sering ikut balap liar. Tapi, Za telah jatuh pada seorang Daffa Erlangga, yang memiliki pergaulan bebas. Dari sinilah, Za yang memang suka akan kebebasan menjadi semakin menyukai seorang Daffa yang membawanya dalam kebebasan yang terlalu jauh.

Daffa mengisi hari-hari seorang Zahida, ia jadi sering berbohong kepada Bunda. Izin menginap ke tempat Mita Sahabatku tapi malah pergi ke club malam atau pun balapan liar.

Pasti kalian bertanya kenapa Mita tidak melarang Za kan ? dia sama saja seperti Za, menyukai dunia malam. Dia juga mengenal Daffa laki-laki yang menjadi kekasih Za, bahkan mereka bertiga dekat.

Malam itu, Za jatuh dalam dosa yang terlalu dalam, bersama Daffa  ia menikmati cinta sebelum waktunya. Baginya waktu itu, ia akan menjadi satu-satunya. Rayuannya mampu memabukkan hati Za dan memberikan segala yang ia punya.

Setelah kejadian itu, bukannya Za merasa bersalah, tapi malah semakin menjadi. Ia semakin tak terkendali, sering bolos, mulai merokok, Za hanya tidak ikut memakai narkoba. Ia masih cukup waras, bahwa narkoba merusak tubuh, ia hanya ikut minum-minum dan meroko dan tetntunya melakukan hubungan terlarang itu.

Dua bulan mereka telah melakukan hal yang jelas-jelas terlarang dan merupakan perbuatan dosa. Tapi, karena takut ditinggalkan oleh Daffa Za selalu menuruti apapun yang ia mau. Za semakin jauh dari Tuhan, Za tak lagi pernah ibadah. Bukannya bunda tak mengingatkan, tetapi jika di depan Bunda saja ia menjadi anak baik-baik. Diluar? Entahlah tak usah dibicarakan.

Daffa selalu mengancam Za agar mau terus mengikuti apa yang ia perintahkan. Ia mengancam jika tidak, ia akan menyebarkan berita bahwa Za bukan wanita baik-baik, Za adalah wanita kotor, Za adalah wanita hina.

Karena takut dan memang ia benar-benar mencintainya, Za selalu menuruti semua permintaan yang Daffa minta.

Awalnya tiada penyesalan apapun, semuanya terlihat baik-baik saja. Sampai hari itu tiba, Daffa melakukan sebuah pengkhianatan bersama dengan  Mita sahabat dekatnya. Mita yang mengetahui bagaimana aku dengan Dafaa, bagaimana hubungan Za dan Daffa, ia mengetahui semuanya. Kenapa harus sahabat Za?.

Za melihat mereka sedang bermesraan di belakang gedung sekolah, tempat dimana Daffa memang menghabiskan waktunya, semacam persembunyian Daffa. Mita tengah duduk di pangkuan Daffa dan mereka tengah bermesraan. Bagai ditimpah beribu-ribu batu, Za jatuh terduduk, dan dua manusia menjijikkan itu menoleh kearahnya.

Bukan wajah penyesalan yang ia dapati, berbanding terbalik sekali. Wajah yang nampak sangat biasa saja. Za berdiri, dengan sisa tenaga ia menampar Mita, tapi sedetik kemudian Daffa malah menamparnya dan terlihat sangat marah. Ia mengatakan bahwa Za ini hanya pelampiasannya saja, ia lebih mencintai Mita.

Beribu kata-kata pedas ia lontarkan, Daffa mengatakan bahwa Za ini bukan perempuan baik-baik lagi. Ia adalah wanita rusak. Semua kata-katanya terngiang jelas di telinga.

Setelah mendengar kata-kata pedas dari mulut seseorang yang selama ini ia cintai melebihi kedua orang tuanya. Ia berlari dengan isak tangis dan untunglah sekolah sudah lumayan sepi,  jadi tak ada tatapan heran mengarah padanya.
Dadanya bergemuruh menahan sesak, kepalanya berdenyut hebat. Za berhenti dan bersandar pada dinding koridor. Rasa sakit itu sangat menghatam kepalanya sampai tiba-tiba ia jatuh tak sadarkan diri di lantai dingin itu. sayup-sayup Za mendengar ada yang memanggil namanya, namun mata terasa berat untuk terbuka.

Dan, semua terasa gelap….

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sepertiga Malam TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang