O6. Tentang sakti dan derita nya

44 13 2
                                    

Sekeras apapun sakti mencoba untuk membenci manusia, dia tetap tidak bisa melakukanya. Karena pada kenyataanya, manusia yang Sakti benci adalah dirinya Sendiri.

Jarum jam menunjukan pukul 2 dini hari dan sakti masih belum bisa tertidur, hanya berguling ke sana dan kemari dengan gelisah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jarum jam menunjukan pukul 2 dini hari dan sakti masih belum bisa tertidur, hanya berguling ke sana dan kemari dengan gelisah.

Final! Sakti memutuskan untuk beranjak dari rebahan nya lalu mengendap - endap di kegelapan menuju dapur, berharap tidak ada seorang pun yang mendengar atau pun melihat.

Setelah sakti sampai pada tujuan nya ia langsung membuka kulkas mencari makanan apapun itu, yang penting perutnya sekarang terisi karena hari ini dia belum makan, hanya memakan es krim tadi sore bersama Johan dan Mahendra. Ayolah, es krim tidak bisa mengenyangkan atau mengganjal perut, es krim hanya menyegarkan mulut.

Sakti berniat untuk hemat, karena ia baru saja kehilangan pekerjaan nya, dan pasti mendapatkan pekerjaan kembali tentu tidaklah  mudah apalagi ia yang notabe nya masih murid SMA. Jadi uang yang tak seberapa diberikan oleh 'mantan majikan nya' lebih baik sakti simpan dulu untuk jaga - jaga.

Padahal Sakti harusnya sadar, tadi ia dengan mudah nya membeli es krim untuk dua bocah yang sedang bermain bahkan sakti kenal saja tidak, dan lagi kedua bocah itu tidak meminta. Inilah sakti, terlalu baik kepada orang lain sampai tak menghiraukan diri sendiri.

Walaupun ada berbagai makanan lezat di dalam sana, Sakti hanya berani mengambil satu butir telur. Sakti takut besok ia akan dimarahi habis - habisan oleh Winda karena berani mengambil bahan dapur. Mengambil telur ini pun Sakti sudah keringat dingin, membayangkan betapa marah nya Winda, sakti hanya bisa berdo'a semoga di antara mereka, Eko, Winda, dan Ari tidak ada yang menyadari.

Sakti pun mulai menyalakan kompor dan menggoreng telur tersebut tanpa membuat suara, setelahnya Sakti mencari nasi di Magicom dan mendapati nasi yang sudah kering, mungkin ini sisa tadi pagi. Tetapi itu tidak masalah bagi sakti yang terpenting sekarang adalah perutnya terisi. Lalu Sakti pun duduk di meja makan yang memang di sediakan di dapur.

Ingatan demi ingatan meyakitkan mulai berdatangan perlahan - lahan ketika Sakti mulai memasukan sesendok nasi ke dalam mulutnya. Ingatan bagaimana ia berjuang sendiri demi mencari sesuap nasi, ingatan bagaimana ia di caci maki setiap pagi untuk membuat sarapan, ingatan bagaimana ketika jam istirahat sekolah ia hanya harus berdiam diri dikelas tidak seperti teman - teman nya yang lain  yang langsung bergegas menuju kantin. Tunggu, ralat apakah mereka pernah menganggap Sakti teman?.

Hal yang membuat Sakti sakit adalah ketika kedua orang tua nya bahkan tak mau memberi makan Sakti, Sakti akan terus dipukul jika ia berani memakan sedikitpun makanan yang ada di dapur, mereka bilang makanan di dapur bukan hak Sakti, Sakti hanya boleh minum saja, tidak untuk makan. Sakti bisa menyentuh semua bahan - bahan dapur tersebut tetapi hanya untuk Sakti masak  tidak untuk Sakti makan.

Karena pada faktanya keluarga ini tidak pernah memiliki seorang asisten, mereka mengandalkan Sakti untuk apapun itu pekerjaan rumah, karena mereka bilang "kamu ini kalo harusnya balas Budi sama kita yang masih sudi menampung kamu di rumah ini."

Dan mustahil jika Sakti tidak lelah dengan semua itu, bayangkan Sakti hanya mempunyai waktu tidur selama 4 atau 5 jam sisanya digunakan untuk sekolah, bekerja, belajar, dan membereskan rumah yang besar ini. Kadang - kadang Sakti bahkan tidak tidur.

Dulu Sakti memang masih di beri makan walaupun ia harus makan di lantai, masih dihidupi layaknya anak remaja pada umumnya walau sehari tidak seberapa, mempunyai waktu tidur 1 jam lebih lama dari sekarang tapi semenjak ia memasuki kelas 1 SMA, semuanya berubah menjadi lebih buruk. Sakti tidak diberi makan, Sakti tidak diberi uang saku walau hanya sepeser membuat Sakti hidup mandiri dengan bekerja sebagai pencuci piring di sebuah rumah makan.

Tapi sekarang sudah tidak lagi, ia dipecat bagaimana kehidupan sakti selanjutnya? Sepertinya Sakti sangat harus mencari pekerjaan lagi.

Lagian Sakti pikir ini semua memang salah nya, karena kecerobohan dirinya ia dipecat. Mantan majikan nya memecat Sakti itu adalah hal yang wajar bagi Sakti karena Sakti telah membuat ia rugi dengan memecahkan banyak gelas dan piring.

Ketika semuanya berubah menjadi semakin buruk pada saat Sakti memasuki kelas 1 SMA, Johan malah sebaliknya. Johan si anak lelaki yang angkuh, tidak mengenal kata 'minta maaf', dan suka merendahkan Sakti dengan terang - terangan di hadapan semua orang kini berubah 180°. Johan sekarang bahkan suka mengemis 'maaf' pada Sakti. Dan juga bersikeras ingin berteman dengan Sakti.

Sakti memang sudah memaafkan nya, Sakti maafkan dengan setulus hati.

Tetapi untuk berteman entah kenapa Sakti tidak bisa melakukan nya sungguh.

Padahal dulu dia sangat ingin merasakan memiliki seorang Sahabat, tetapi ketika sudah ada seseorang yang sangat ingin bersahabat dengan sakti, sakti justru malah menjauh.

Sungguh Sakti pun tak mengerti.

Selalu ada debaran aneh pada diri Sakti ketika ia berada di dekat Johan dan Mahendra, entah debaran atas dasar apa itu. Mungkin itu juga menjadi alasan sakti tidak mau terlalu sering berada didekat Johan dan Mahendra.

Tetapi Johan terus mengusik, bukan usikan jahil seperti dulu tetapi usikan meminta pertemanan.

Semua itu hanya karena suatu alasan.

Johan telah tahu rahasia terbesar Sakti.

Jika Johan bisa menyesal, apakah yang lain akan sama hal nya dengan Johan?.

Atau Justru akan senang karena orang yang mereka benci akan pergi untuk selamanya dalam waktu dekat ini?.

Sakti pun langsung menepis segala pikiran nya dan makan dengan terburu - buru, tidak lucu bukan apabila ia ketahuan.

Setelah selesai Sakti langsung membersihkan bekas makan nya, dia membersihkan dengan teliti agar tidak ketahuan. Semoga saja.

Setelah kembali ke kamarnya dengan satu gelas air di tangan nya, ia lalu meminum obat obatan yang mungkin bisa 'menunda' kepergian sakti agar tidak terlalu cepat.

Sakti rasa ia tidak perlu tidur, ini sudah jam 3 dini hari ternyata. Waktu berjalan begitu cepat.

 Waktu berjalan begitu cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









TBC




Note : iya, gaje memang💩

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RubatosisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang