03. Maaf

15 6 0
                                    

Siang hari dikelas terasa sangat membosankan apa lagi jika diisi dengan pelajaran Biologi.

Selain pelajarannya yang penuh dengan teori dan materi,gurunyapun tak kalah membuat Rega bosan. Mulutnya yang terus berbicara terdengar seperti dongeng pengantar tidur ditelinga pria itu.

Rega mulai tertidur dikursinya yang berada diujung kelas. Tidak ada yang menyadarinya karena Fadil yang duduk dihadapannya bertubuh besar hingga mampu menghalangi tubuhnya.

"Sekian untuk hari ini. Jangan lupa untuk mengerjakan tugas yang telah ibu berikan tadi. Minggu depan harus dikumpulkan! Ibu tidak akan menerima alasan apapun dari kalian jika ada yang lupa mengerjakan tugas." Setelah kalimat itu diucapkan Bu Anita,bel berbunyi menandakan pergantian jam pelajaran.

Bunyi bel nyaring itu langsung membangunkan Rega yang hampir saja terjatuh kejurang didalam mimpinya.

"Nyenyak banget ya tidur lo." Ucap Fadil yang merasakan getaran pada kursinya akibat gerakan Rega yang terbangun tiba-tiba karena terkejut.

"Hehe,kalo gak ada lo mana bisa gue tidur." Ucap Rega sambil melenturkan otot-otot tubuhnya.

Tanpa sengaja,mata Rega menangkap sosok Sheyla yang sedang berjalan melewati kelasnya. Langkah gadis itu terlihat sangat anggun dan auranya begitu menawan.

"Dil,abis ini gak ada yang masuk kan?" Tanya Rega pada Fadil.

"Kagak ada. Pak Anton tadi udah nitipin tugas." Jawab Fadil sambil memakan camilannya.

Setelah mendengar itu,Rega bangkit dari kursinya kemudian langsung berlari keluar kelas.

"Woy,Ga! Mau kemana lo?" Tanya Aksal yang melihat temannya berlari.

"Nyamperin jodoh!" Jawab Rega sambil terus berlari.

Jawaban pria itu membuat seorang wanita yang ada dikelasnya berdecak sebal.

Rega menyusuri koridor mencari keberadaan Sheyla. Setelah beberapa saat,akhirnya Rega menemukan Sheyla yang sedang menaiki tangga menuju ke Rooftop sekolah.

Dengan hati-hati Rega mengikuti gadis itu. Langkahnya ia buat sepelan mungkin agar wanita itu tidak mengetahui jika dirinya tengah diikuti.

Sheyla membuka pintu Rooftop lalu melangkah keluar kemudian kembali menutupnya.

Rega sengaja menunggu beberapa saat sebelum ia kembali membuka pintu itu.

Saat Rega membuka pintu,Rega tidak melihat siapapun di sana. Pasti Sheyla sudah pergi ke sisi Rooftop yang lain.

Rega hendak kembali mencari keberadaan Sheyla dan mencari tahu apa yang gadis itu lakukan di Rooftop sendirian.

"Ngapain lo ngikutin gue?" Suara itu membuat langkah Rega berhenti. Kakinya diam begitu saja.

Rega memutar tubuhnya dan tampaklah Sheyla yang sedang bersandar ditembok samping pintu tadi sambil melipat kedua tangannya dengan permen loli dimulutnya.

Tatapannya tepat mengarah pada Rega.

"Ah... anu,g-gue... gue mau nyuruh lo buat minta maaf sama gue." Jawab Rega tergagu.

"Minta maaf? Emangnya gue punya dosa apa sama lo?" Sheyla menimpali ucapan Rega.

"Lo lupa kejadian tadi pagi?" Ujar Rega dengan tegas.

Sheyla mengangkat sebelah alisnya seakan bertanya 'Apa yang terjadi tadi pagi?'

"Ah iya iya gue inget. Tapi itu kan bukan salah gue." Ucap Sheyla sambil mengeluarkan permen dari mulutnya.

Sheyla melangkah mendekati Rega.

"Itu kesalahan lo sendiri." Sheyla menunjuk Rega dengan permennya kemudian kembali memasukan permen itu kemulutnya.

"Jelas-jelas elo yang salah lah. Karena lo yang nyuruh gue sembunyi di toilet cewe!" Rega masih tidak terima dirinya disalahkan atas perbuatan yang gadis itu lakukan hingga membuatnya harus masuk ke ruang BK.

"Lo kan tadi nanyain tempat buat sembunyi. Lo bisa kan sembunyi di toilet cewe. Jadi letak kesalahan gue dimana?" Tanya Sheyla.

Secara teknis memang gadis itu tidak salah karena ia sudah memberikan apa yang pria itu inginkan tadi. Yaitu tempat untuk bersembunyi.

"Tapi lo ngasih tau tempat yang gak aman. Lo malah bikin gue ketangkep sama pak Kumis!" Ucap Rega tak terima.

"Ya itu kan salah lo sendiri. Kenapa lo gak mikir kalo cowo itu gak boleh masuk toilet cewe? Main nerobos aja." Sheyla masih merasa dirinya tidak bersalah atas kejadian yang telah Rega alami pagi tadi.

"Gak bisa gitu dong! Lo..."

"Maaf."

Saat Rega hendak kembali mengucapkan sebuah argumen yang menyatakan bahwa gadis itu salah,gadis dingin itu malah memotong ucapannya dengan mengucapkan kata 'Maaf' hingga membuat Rega terdiam.

"Lo udah dapetin apa yang lo mau. Jadi sekarang,tolong pergi dari sini. Gak usah ganggu gue lagi."

Sheyla melangkah menjauh dari Rega yang masih terkejut mendengar ucapannya.

"Ck. Cowo ribet" cibir Sheyla sembari ia berjalan.

Sementara itu Rega masih mematung terkejut mendengar ucapan Sheyla.

"Wah,gila. Beneran di bikin mati kutu gue." Ucap Rega setelah kesadarannya kembali.

Rega memperhatikan Sheyla sampai gadis itu duduk di atas meja usang yang ada di sana.

Masih dengan permen yang sama,gadis itu membuang makanan manis itu kebawah sambil tersenyum. Senyuman yang tampak sangat di paksakan. Setelah itu Sheyla kembali menatap kearah Rega.

Rega sampai merinding melihat senyuman gadis itu. Tanpa pikir panjang,segera ia melangkah pergi dari Rooftop itu. Ia takut jika nanti gadis itu akan menjadikannya target untuk dilempar kebawah sana seperti permen malang itu.

Rega memutuskan untuk kembali kedalam kelas. Suasananya masih sama seperti saat ia tinggalkan tadi.

Rusuh dan ribut.

Beginilah kelas XII IPA 3. Saat tidak ada guru,kelas ini bisa berubah seketika menjadi kebun binatang.

Baru saja Rega mendarat di kursinya,seorang gadis dengan bedak tebal di wajahnya datang menghampiri pria itu.

"Ga,weekend  ini lo sibuk gak? Temenin gue belanja yuk!" Ucap gadis itu setelah ia duduk di kursi Fadil.

Rega sangat malas berurusan dengan wanita yang satu ini. Ah,seharusnya ia tidak usah kembali kekelas pada saat seperti ini.

"Gue sibuk,sel. Lo pergi sama Aksal aja sana." Jawab Rega dengan malas sambil bersiap membenamkan wajahnya ke lipatan tangan untuk bersiap tidur.

"Sibuk ngapain?" Dengan tidak sopannya gadis itu menahan kepala Rega menggunakan satu jari telunjuknya.

"Ya pokoknya gue sibuk,Gisel. Gue gak bisa nemenin lo." Rega menepis kasar tangan Gisel kemudian menyesuaikan tubuhnya mencari posisi yang nyaman.

"Jam 10 gue jemput lo ke rumah. Gue gak mau tau,pokoknya lo harus udah siap!" Ucap Gusel sebelum ia pergi,kembali kedalam kerumunan teman-temannya.

Rega hanya bisa membuang nafas kasar. Siapapun,tolong jauhkan Rega dari gadis yang satu ini.

Sejak kecil gadis itu terus saja mengganggunya. Gisel tidak pernah membiarkan Rega hidup dengan tenang.

Ingin rasanya Rega menjauh dari Gisel tapi faktanya gadis itu terus saja mengikuti dirinya. Bahkan Gisel bersusah payah memohon pada kedua orang tuanya agar dia bisa tetap satu sekolah dengan Rega.

Rega bagaikan magnet yang terus menarik Gisel mendekat kearahnya meskipun ia tidak menginginkannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Schizoid Not IntrovertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang