1. 🌈 Awal Mula

24K 3K 273
                                    

Kita dipertemukan oleh kehilangan, 
Dan sama-sama belajar melupakan kenangan

***

"Pagi." 

Sebuah sapaan dari suara bariton membuatku menoleh, lelaki tinggi dengan rambut  undercut berjalan ke arahku. Senyumnya khas, memperlihatkan deretan giginya yang putih. Kami berada di belakang pendopo gedung balai kota yang ada di tengah-tengah areal kantor Walikota Mojokerto, tempat kegiatan pelatihan untuk para pelaku usaha mikro dilaksanakan. 

"Pagi," balasku, sedikit terkejut, "kok kesini? Bukannya jadwal kamu besok?" seingatku Ardito mengisi esok hari karena hari kedua masih di isi materi keterampilan .

Sesuai skedul dari Dinas Perindustrian dan perdagangan, aku memberikan materi pelatihan membuat aneka kue berbahan dasar singkong di hari kedua. Ada banyak ragam sebenarnya, tapi mengolah menjadi tampilan cantik yang menarik pembeli dengan rasa yang menggoyang lidah, itu yang menjadi poin utama. 

"Biasa, Mbak Ciput butuh tanda tangan, katanya biar selesai hari ini buat SPJ, toh kantorku juga tinggal nyebrang jalan." Mbak Ciput yang disebutnya tadi, adalah salah satu staf bidang dari Dinas Perindag yang menangani pelatihan selama tiga hari, dari kemarin. 

"Ohhh, sekalian seleksi." 

Ardito tertawa, paham arti seleksi yang kumaksud. Dia masih setia berdiri, memperhatikanku yang tengah mengecek kebutuhan bahan pelatihan, dibantu Ningrum asistenku.

"Lho, sudah di sini aja Mas Dito." 

Nah, baru juga di omongin, perempuan dengan seragam ASN warna coklat sudah muncul dengan map mika tebal berkancing, muncul dari arah samping gedung balaikota, "Ayuk ikut saya, sama Mbak Linda sekalian." dia menuju ruangan depan bagian administrasi. Numpang tempat untuk menyelesaikan urusan SPJ Kegiatannya. 

Mbak Ciput berusia sekitar 30 an, masih single dan cantik. Body goals, rambutnya sebahu dengan kulit seputih susu. Nama aslinya Citra, cuma lebih dikenal dengan panggilan Ciput. Sebaya dengan Ardito saat ini. 

"Adel sama siapa Mbak?" tanya Mbak Ciput, setelah kami yang duduk berisisan di depannya selesai  menanda tangani dokumen SPJ yang dibutuhkannya. "Kok tumben gak diajak." biasanya dia memang yang sukarela momong Adel, ketika aku mengisi pelatihan.

Adel anaknya mudah adaptasi, jadi dengan siapa saja dia nggak rewel, justru itu yang membuatku jadi khawatir, takut kalau ada orang jahat jika lengah pengawasan. 

"Di bawa Meysa, adik saya." 

"Oh." Mbak Ciput manggut-manggut. Tadi Mey mampir ke rumah mengambil pastry pesanannya, melihatku yang siap berangkat mengisi pelatihan, dia menawarkan diri momong Adel, membawanya ke Kopimatika. 

"Mey, adiknya Mbak Karin?" Ardito memastikan ketika kami berjalan bersisian, kembali ke gedung balaikota. Acara masih berlangsung tigapuluh menit lagi, peserta juga baru berdatangan, mengantri absen di pintu depan.

"Iya, dibawa sama dia ke Kopimatika, ada Dipta juga kok. Jadi aman, Adel kan suka banget kalau ada Dipta." 

"Mas Dipta temennya Mas Bram?" Ardito mengernyitkan dahi. 

"Iya." 

"Kok bisa? Bukannya Mas Dipta punya resto? Kerja di Kopimatika juga?" 

Aku tertawa kecil, iya sih dia kan pasti tidak mengikuti kisah asmara dua anak manusia beda usia itu. 

"Ya, Dipta kan lagi pedekate sama Mey." 

"Kok bisa?" wajahnya tampak kaget, "Mey bukannya baru lulus kuliah? Eh sudah kerja di Jakarta kalau gak salah ya, dan baru balik ke Mojokerto." 

Retak (Spin Off JPB)	[Lengkap] [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang