PROLOG : Akhir Adalah Awal

39.4K 3K 210
                                    


UNTUK YANG BARU BACA, BIAR GAK BINGUNG, BACA DULU JODOH PASTI BERTAMU, JUST MARRIED, TASTE, KARENA KISAH LINDA-FAHMI, AWALAN MASALAH MUNCUL DI SANA.

FYI JODOH PASTI BERTAMU DAN JUST MARRIED SUDAH TERBIT, DAN SEBAGIAN DIHAPUS,


***

Bismillah, selamat membaca.
Salah eja,  typo ataupun tidak baku,  abaikan saja. Karena akan direvisi lagi untuk veris cetak.


***

Jika memang penanda jodoh adalah dengan pernikahan, lalu kenapa aku bercerai? Ternyata, enam belas tahun membina hubungan dari pacaran hingga menikah, tidak jaminan kelanggengan sampai maut memisahkan. Gegap gempita pesta pernikahan dan wajah bahagia di depan kamera, tak selamanya menjadi jaminan keutuhan.

Benar kata Imam Al Ghozali, 'Cintailah siapa saja yang engkau mau, tetapi sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya.'

Berpisah adalah sesuatu hal yang menyakitkan. Namun, jika dengan perpisahan kebahagiaan bisa kembali kurasakan, kenapa tidak?

Bel pintu rumahku berdering seiring dengan tangis Adel dan Raka yang semakin menjerit bersahut-sahutan, aku lelah, kupijit pelipisku, sembari berjalan ke ruang tamu. Melihat dari balik gorden, siapa yang datang. Rupanya Karin. Kubuka pintu, dan dia menatapku nanar.

"Lin.." Dia tak bisa berkata apa-apa, melihatku yang berantakan, tangannya mengusap kedua lenganku , lalu beranjak masuk menggendong Adel yang menangis di atas sofa ruang tengah.

Aku menutup pintu, melihatnya ke dapur sambil menggendong Adel, membuat susu. Kubiarkan saja, kugendong Raka yang menangis sesenggukan dan kugiring Kyan naik ke lantai atas.

Rasanya duniaku runtuh, kukira rumah tanggaku baik-baik saja selama ini, dia tak pernah menunjukkan perubahan yang aneh, dia selalu manis setiap pulang kerumah, selalu mendengarkan keluh kesahku tanpa bosan, tapi kenapa tiba-tiba perasaanku tak enak ketika dia sering perjalanan dinas ke Jakarta?

"Ciri-ciri Suami punya simpenan itu sering keluar kota dengan alasan pekerjaan." Masih teringat percakapan Lastri, teman SMA ku dan Karin saat kami bertemu di reuni sekolah, saat itu Karin tak bisa ikut karena menyiapkan lamarannya.

"Tiba-tiba saja berubah lebih perhatian dan tidak protes ketika kita nggak ngasih jatah" Cindy menimpali. Kami duduk melingkar di meja. Aku hanya menyimak sambil pura-pura menikmati camilan.

"Penampilannya juga makin klimis."

"Sering main ponsel sediri, senyum-senyum sendiri, alasannya lihat youtub padahal lagi chatingan."

Jantungku berdegup kencang. Sejak lahir Adel, Mas Fahmi memang berubah banyak, sering ke Jakarta, dan pulang larut, tapi bukankah itu wajar karena pekerjaannya yang menuntut sering perjalanan dinas ke beberapa kota? Tapi kenapa perasaanku sungguh tak enak.

"Aku saja pasang Gps di mobil suamiku."

"Sama, aku juga, aku pasang penyadap di ponselnya."

"Laki-laki emang gak puas sama satu perempuan, kalau ada yang gak srek bukannya bilang malah serong."

Mas Fahmi memang sering main ponsel sendiri dan senyum-senyum sendiri, tapi dia juga masih membantu momong anak-anak tanpa mengeluh, weekend kami pun masih berisi family time, tidak ada yang berubah selain jadwal pekerjaannya yang sering keluar kota, makin klimis dan sering kedapatan main ponsel dengan senyum-senyum sendiri.

Tapi dia kan emang lagi nonton konten youtube, ada Kyan juga di dekatnya, nggak mungkin dia main mata sama perempuan via chating, kalau ada anak di sebelahnya kan?

Retak (Spin Off JPB)	[Lengkap] [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang