|2| Benci tapi Rindu

35 5 5
                                    

// Hello readers! Wah kamu rajin membaca, semoga menjadi orang yang sukses yaaa! :* //

❤❤❤

Sabtu, 10 Juni 2006

Ini adalah hari ke-20 sekaligus hari ulangtahun ku yang ke-6 tahun. Ibu dan Ayah akan menjemput ku pada hujan salju, tapi sampai sekarang masih belum hujan salju, apa masih lama yaa? Ini hari ulangtahun aku berharap Ibu dan Ayah datang menjemput.

Setiap malam aku tidur bersama nenek, kakek tidur sendirian. Nenek dan kakek sangat baik padaku, selalu menyuapiku makan, memandikanku, membuat permainan kecil dan aku senang. Tapi tetap saja kadang aku menangis rindu Ibu dan Ayah. Kira-kira apa Ibu dan Ayah juga merindukanku?.

Nenek bercerita padaku bahwa saat tidur aku sering menangis memanggil Ibu dan Ayah.

~~~~~~

Indahnya mentari yang mulai terbit, segarnya pohon yang menyejukkan, burung-burung saling bersautan, bunga-bunga cantik bermekaran, duduk di bangku kayu persegi panjang ini paling tepat untuk merasakan dan melihat semua itu.

"Selamat ulang tahun, Aleena!!" Nenek dan kakek mengejutkan ku dari belakang sambil membawa kue yang bertabur strawberry.
"Terimakasih nenek dan kakek" ucapku sambil memeluk.

Kami bernyanyi lagu ulangtahun bersama dilanjutkan tiup lilin.

"Semoga umur panjang, sehat, makin cantik, pintar dan bahagia selalu yaa" ucap nenek. Aku tersenyum dan memeluknya.

"Apa yang kamu harapkan, Aleena?" tanya kakek.

Seketika aku terdiam, dulu Ibu pun bertanya seperti itu "Apa yang kamu harapkan, Aleena?" Saat aku bangun tidur Ibu dan Ayah sudah memberiku kejutan, seharian meluangkan waktunya untukku bahkan Ayah rela libur kerja.

"Ayah, Ibu, aku rindu" aku pun menangis, nenek memelukku.
"Sayang, nenek dan kakek akan selalu menyayangi kamu" ucap nenek.

Itu lah perayaan ulangtahun ku yang sederhana. Tidak ada gaun, tidak ada balon, tidak mengundang teman, dan yang paling menyakitkan tidak ada orang tua.

Sehari setelah ulangtahun aku jatuh sakit. Badan ku demam tinggi, berat badanku turun, nenek dan kakek begitu cemas melihatku. Segera dibawa ke rumah sakit, kata dokter aku tipes. Nenek merawat ku di rumah sakit, kadang bergantian bersama kakek. Aku belum boleh pulang sebelum sakit ku sembuh. Selama di rumah sakit, aku tidak bisa tidur pun ketika tidur selalu menangis dan mengingau Ibu dan Ayah. Itu semakin membuat nenek dan kakek mengasihaniku.

"Aleena, jangan menangis terus. Disini ada nenek dan kakek yang selalu menjaga kamu" ucap nenek sambil mengusap rambutku.

"Nek, apa aku merepotkan?" tanya ku.
"Tidak Aleena, semenjak ada kamu rumah jadi terasa hidup, nenek senang bisa selalu bersama mu" ucap nenek.

"Apa Ibu dan Ayah merindukan ku?" tanyaku.
"Kamu jangan terlalu memikirkan Ibu dan Ayah mu. Yang terpenting disini kakek dan nenek menyayangimu" ucap kakek.

"Tapi-kan, aku..."
Aku tak melanjutkan ucapan ku, sepertinya kakek marah Ibu dan Ayah belum menjemput juga, karena setiap hari aku menangis membuatnya khawatir.

Hari ke-4 aku diperbolehkan pulang oleh dokter.

Hari-hari ku suram, aku tak semangat melakukan apa pun, berbicara bila ditanya, makan bila ditawari dan setiap malam hanya menangis. Nenek selalu mengajak ku bermain dengan anak tetangga, aku turuti saja. Tiga hari setelahnya anak tetangga itu tidak mau main lagi denganku, dia berkata aku tidak seru. Ya, saat main pun aku diam, tidak bisa diajak bercanda, melamun, jadilah tidak ada yang mau bermain denganku lagi.

its AleenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang