|3| Diizinkan

9 2 0
                                    

// Hello readers! Wah kamu rajin membaca, semoga menjadi orang yang sukses yaaa! :* //

❤❤❤


Aku tak bisa tidur memikirkan bagaimana caranya agar nenek dan kakek mengizinkan ku. Ya wajar saja bila mereka tak setuju, memang betul aku ini masih kecil tapi aku yakin bisa menjaga diri.

Belajar, sudah. Mengumpulkan uang, sudah. Meminta izin, sudah. Tapi tidak dizinkan. Yasudah, izin saja sama Allah. Ku serahkan semua ini pada Yang Maha Kuasa. Malam ini, aku tidak akan  tidur. Aku mendekatkan diri kepada Allah sholat hajat lalu mengaji dan berdoa. Jalan satu-satunya adalah dengan cara mengadu pada Yang Maha Pencipta, aku yakin Allah akan memberikan yang terbaik untukku. Walaupun mungkin tidak sesuai harapan ku, tapi apapun itu hasilnya aku akan terima.

"Allah Maha Melihat lagi Maha Penyayang. Jangan berprasangka buruk, apapun yang terjadi dengan kita. Mungkin itu bisa jadi sebuah kasih sayang atau sebuah peringatan. Kamu bisa melewati cobaan sampai saat ini pun, Kamu Hebat!"

Pagi ini aku masak sarapan dan berperilaku halnya tak ada yang terjadi semalam, nenek dan kakek terlihat heran. Ku sunggingkan senyum manis pada nenek dan kakek.

"Dihabiskan ya nek, kek. Aku berangkat sekolah dulu" aku mencium tangan nenek dan kakek.
"Oh i iya hati hati" ucap nenek gugup.

~~~~~~~

Perjalanan menuju sekolah aku menemui seorang anak kecil laki-laki kisaran usia 7 tahun berbaju lusuh berwarna coklat berjualan koran anak itu terlihat kebingungan dan bersedih, ia memegang tumpukan koran sambil menundukkan kepala. Tak tega aku melihatnya, langsung ku hampiri.

"Dek, berjualan koran?" tanyaku.
"Iya" jawab anak itu.
"Namanya siapa?"
"Dio"
"Apa kamu baik-baik saja?" ku tanya pelan.
"Tidak" ucap anak itu singkat.
"Maaf, apa adek sudah makan?" ku tanya lagi.
"Belum" jawabnya.
"Adek mau makan?"
"Tidak usah"

Aku kebingungan tapi juga kasihan.

"Aku punya bekal makanan, nih. Tapi aku sudah kenyang, jadi ini buat kamu"  ku berikan bekal makan siang ku. Anak  itu terlihat ingin, tapi malu.

"Dimakan ya" ucap ku sambil tersenyum, lalu pergi.

Anak itu mengejar. Seketika aku terkejut dan berhenti.
"Ini" anak itu memberikan koran nya.
"Kenapa?" aku heran.
"Aku tidak mau menerima apapun dengan gratis" ucapnya.

Ternyata,,,

"Kamu orang baik, terimakasih sudah memberikan koran ini. Dan ini untukmu pula" ku ambil uang ongkos pulang pergi ku di saku rok.

"Saat ini aku punya uang segini. Ini untukmu terimakasih karena telah menyadarkan ku untuk bersyukur apa yang aku miliki sekarang ini" ucapku sambil tersenyum.
"Terimakasih" anak itu terlihat keheranan dan akhirnya tersenyum. Ia melangkah pergi.

"Tunggu!"
Anak itu berbalik. Aku menghampiri.
"Ini untukmu, terimakasih karena telah tersenyum" ucap ku sambil memberikan koran. Anak itu kembali tersenyum, dan pergi.

Melihat orang lain tersenyum adalah suatu kebahagiaan untukku, walaupun aku harus berjalanan kaki ke sekolah hari ini. Tidak apa-apa, berbagi itu indah.

Di sekolah, hari ini semua orang sibuk berbincang soal melanjutkan sekolah kemana.

"Aku senang Ibu dan Ayah menyetujui ku masuk SMA pilihanku"
"Yahh senangnya kau, kalau aku akan masuk SMA pilihan Ibu"
"Aku tidak peduli sekolah dimana, yang penting dibelikan ponsel baru, haha"
"Ihh kau harus sekolah denganku lagi!!!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

its AleenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang