Bab I, Terimakasih.

3 2 0
                                    

Syukurlah hari cerah untuk membuka bazar hari ini, aku berharap hujan tidak datang lagi, seperti dua malam terakhir. Aku hampir merugi karena hujan yang tak kunjung reda itu, rasanya aku ingin menyewa Hina (Tenki No Ko) untuk jadi pawang cuaca, lalu kubayar dengan setobles cookies buatan adikku. Aku bergegas mengangkat kardus-kardus yang akan kubawa untuk bazar ke lantai bawah, isinya adalah beberapa barang yang masih layak dijual, kau tau tak selamanya barang bazar itu baru. Percayalah sebagian dari pakaian dan barang ini bekas. Aku tak bohong!

Aroma kue kering pangang menguap saat aku menuruni tangga, sangat lezat. Adikku adalah pembuat kue terhebat, aku tak tau dia mewarisi bakat itu dari siapa. Yang pasti sekali kau mencoba memakan buatannya, kau takkan bisa berhenti.

Saat aku menghampirinya, ia sedang menyusun murfin kedalam kotak lucu. "Apa itu akan dijual? Bolehkan kakak mencicipinya?"

Dia menggeleng, kemudian menggerakan tangannya membuat susunan kalimat. "Kita akan memakannya jika ada sisa,"

"Dasar pelit, tidak punya perasaan!! Semoga kue itu habis agar aku tak perlu melihatnya! Pelit, bedangki!!" Sekeras apapun aku memakinya, dia takkan pernah tau. Dia tunarungu sejak lahir. Sebuah anugerah dan malapetaka. Terkadang tidak bisa mendengarkan apapun akan membuat hidupmu jauh lebih bahagia. Adikku contohnya, aku jarang melihatnya menangis. Kehidupannya begitu tenang. Bahkan bisa dibilang sunyi.

"Aphaa scemuaya shuda selheshai kahk?" Tanyanya setelah meletakkan Murfin terakhir kedalam wadah yang akan kami bawa. Aku membantunya membawa barang miliknya, tanda bahwa kami akan segera pergi.

"Ohh YAATUHAN,. SIAPA KAU? Ahh shitt jantung sepertinya berhenti bekerja." Aku dikejutkan oleh seorang pria yang tiba-tiba ada didepan rumah kami, ia mengenakan pakai santai.
Pria asing itu menatapku dan adikku meneliti, layaknya sebuah robot yang sedang memeriksa.

"Apa dekat sini ada laut?" Sinting! pria ini pasti lepas dari RSJ. Berapa nomor RSJ kota ini, dia harus segera dikandangkan sebelum menghebohkan kota panas nan padat ini.

"Dimana lautnya, apa anda tau jalan kelautan. Saya rasa, saya tersesat. Gps milikku mengarah kesini. Apa benda ini error?" Ia Menarik rambut miliknya layaknya permain film yang sedang putus asa, membuatku yakin. Dia gila, fix aku harus segera menelepon polisi.

Aku menarik adikku untuk segera masuk kerumah kembali, tapi saat aku menatapnya dia menatapku aneh. Aku menaikan alis, isyarat bertanya.

"Kakak aneh. Kenapa kita harus berhenti didepan rumah?"

"Apa kau tak melihatnya? Lihat pria sinting ini berdiri didepan kita. Kau sungguh tak melihatnya?" Aku berusaha agar dia bisa membaca gerakan bibirku, tapi dia malah menatap lebih bingung.

Hufftt, "Kamu kemobil duluan ya, kakak baru ingat ada barang yang tertinggal dikamar. Ga papakan?" Adikku mengangguk dan meninggalkan aku dengan beberapa barang yang tak mampu dibawahnya.

Oke saatnya kita hadapi pria gila yang sedang berkeliling rumahku, ehh dia kira ini area pasar malam?

Melipat tangan didada dengan angkuh, naikkan dagumu, berikan tatapan mengintimidasi lalu,"HEYY!!! ORANG GILA, BERHENTI!!"

Pria gila ini tidak mendengar ia masing berputar putar seperti gasingan bocah. Pria ini membuat kesabaranku habis!!

"APA YANG SEDANG KAU LAKUKAN, HAH?" Teriakku segera saat tanganku berhasil menyentuh tangan dinginnya. Tapi dia tak menghiraukan aku, matanya masih fokus akan sekitar.

"Dimana lautan?"

Tarik nafas, hitung angka 0 sampai 10. Kemudian lihat matanya, "Tidak ada lautan disini. Kau perlu waktu 10 jam untuk kelautan. Ini sangat jauh dari bibir pantai," tunggu laut dan pantai samakan?

Dia melepaskan tanganku lembut, lalu pergi begitu saja. Aku segera mengambil batu kecil dan melemparkan kearahnya, tapi tak bisa karna dia menghilang begitu saja, layaknya hologram. Baiklah, aku mulai merinding.

"Kenbpa kakhak saangfgta lamha?" Protesnya. Aku hanya tersenyum kearahnya. Dan mulai menjalankan mobil rental ini. Kearah bazzar berlangsung.
.

..

.

"Siapa kau sebenarnya? Kau tau aku mulai muak denganmu."

"Laut pikir dia bisa, padahal dia tau apa sebenarnya."

"Kau harus tau siapa kau sebenarnya!"



























Enjoy you flight ~

Lalu, Setelah Itu Apa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang