Netra Berpendar

33 3 2
                                    

Meera menatap netra itu lekat. Sorot yang sebelumnya terasa begitu menenangkan kini berpendar gelisah. Ada rasa segan untuk menyapa. Ia tau alasannya. Namun jauh di dalam relung hati yang terdalam ia menampik untuk tau. Entahlah.
Saat ini tenda dipasang di depan sang empu nya rumah. Orang berlalu lalang melewatinya. Ada yang menatapnya curiga, ada pula yang menatapnya prihatin. Mungkin mereka tau siapa Meera bagi anak pemilik rumah itu atau mungkin mereka menertawakan kehadirannya seolah bertanya "untuk apa dia disini?"

"Bara.. "
Ujarnya lirih

Sungguh kali ini kerongkongan Meera seakan tercekat. Ada sesuatu yang menghimpit nafasnya. Jika dulu ia malu-malu untuk mengeja nama itu disertai wajah yang bersemu merah. Sekarang merapal nama itu rasanya seolah dipukul godam.

"Meer, kamu pulang?"

Saat hendak menjawab Meera melempar pandangan ke arah lain ketika netranya bersitatap dengan bola mata pria yang mana 3 bulan terakhir tidak ia temui. Pria itu semakin bergerak ke arahnya. Mencondongkan badan seolah ia adalah atensi pria yang saat ini terlihat memakai baju serba putih.

"ada apa ini?" pikirnya

Apa ia kehilangan kesempatan untuk jujur setelah pria itu mengatakan Meera mengantungkannya? Oh jika boleh bernegosiasi Meera tidak mau semua pikiran buruk itu terjadi. Ia gamang harus berbuat apa. Bertanya malu, tidak bertanya pun gelisah yang ada saat ini tingkah mereka berdua terlihat aneh didepan tamu lain yang berlalu lalang.
Meera tidak bisa diam sambil pupil nya bergerak kesana kemari dan lelaki itu hanya menatap Meera dengan pandangan bingung dan geli.

"Meera"

Suara berat pria itu menyadarkan Meera dari segala praduga nya yang belum tentu benar. Meera menengadah dan melihat netra pria itu yang dalam. Untuk kesekian kali, Meera sadar betapa mungil nya ia dihadapan pria yang ia rindukan.

"emm.. kamu ada acara pengajian?"
dengan ragu ia lontarkan pertanyaan.

Meski Meera tau ia terlihat kepo setelah apa yang dilakukannya terhadap pria itu, tak apa. Ia akan bertekad untuk kali ini saja.

Pria dihadapannya tak langsung menjawab, netranya semakin menelisik pada Meera seolah mencari-cari jawaban atas pertanyaan yang kerap tak pernah ia dengar. Menghela napas, pria itu mengatakan sesuatu yang membuat Meera semakin berpikir tak masuk akal.

"Ia, aku mau nikah"

Meera terhenyak walau itu hanya sejenak. Kepalanya semakin tertunduk kebawah menahan segala rasa yang berpadu direlung hati. Batin nya sedang berkonflik. Mengutuk diri sendiri, bisa-bisanya dia mendatangi rumah pria berperawakan tinggi dihadapannya saat acara penting ini. Untuk apa? Untuk menyaksikan kebahagiaan pria yang 3 bulan lalu menyatakan cinta padanya? Atau untuk menguji diri sendiri bahwa dia punya perasaan?

"Sungguh Meera kamu terlambat!" Rutuk nya dalam hati.

"ohh.. ya udah aku pulang dulu gak enak sama yang lain" Ujarnya menyimpul senyum sambil unjuk gigi.

Hendak berbalik arah dan badan. Meera terhenti saat ucapan Bara menyadarkan maksud kedatangannya kemari.

"mau pergi kemana? Kesini mau ketemu aku kan? masa udah mau pulang"

Meera mengerjapkan mata beberapa kali, lalu dengan wajah yang memerah ia membalikan badan kembali.

"eh iya aku lupa. Hehe"

Meera mengeluarkan sebuah buku dari tas selempangnya. Lalu mengulurkan kearah Bara sambil tertunduk malu. Ia menggigit bibir atasnya beberapa kali sebelum berucap lirih.

"khemm.. ini aku kembalikan buku yang aku pinjam, terimakasih ya Bar. Buku ini sangat bermanfaat buat ku"

Lagi-lagi kerongkongannya serasa kering. Padahal dengan menilik kebiasaan Meera ia selalu minum air putih yang banyak entah pagi, siang, sore bahkan malam. Air putih tetap menjadi favoritnya. Merasa tak enak hati Meera kembali menatap Bara sambil tertunduk sesekali.

"Bara.. maaf mungkin kedatangan ku kemari mengganggu kamu dan ya seperti kamu lihat entah kenapa hari ini aku bersikap aneh" ujarnya lirih.

Bara yang diajak bicara terlihat menggaruk pelipis beberapa kali, melihat Meera yang seperti kepiting rebus menjadi hiburan tersendiri baginya walau disudut hati yang terdalam sungguh ia tak tega.

"Meera, sebenar... "
Saat Bara hendak berbicara suara lain mengalihkan atensi keduanya
" Bara.. Kamu disitu? Ayo cepat acara segera mulai! "

[Rabu, 19/05/21 14:51]

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 31, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jika Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang