🌈 Adrenaline (•̀ᴗ•́ )و

737 93 6
                                    

------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

------

[Adrenaline]

Bang Chan x Yang Jeongin

Written by Kamsharigatou.

♤ 7 APRIL 2021 ♤

chanjeong area~

------

SAAT itu Jeongin tidak bisa berpikir jernih. Pikirannya sudah kalut disertai dengan bulir-bulir peluh keringat yang menghiasi pelipisnya. Bibirnya terkatup erat untuk menghalangi suara sekecil apapun keluar supaya tidak menarik perhatian.

Padahal waktu masih menunjukkan pukul tiga sore hari. Langit biru tampak bersinar cerah disertai dengan sinar matahari yang tidak terlalu menyengat tubuh. Sayangnya kegelapan serta kesunyian di tempat yang Jeongin pijaki saat ini menuntutnya untuk waspada —sekaligus menahan tangis.

"Sayang? Kamu dimana?"

Namun, ketika suara bariton itu menyapa indra pendengarannya. Jeongin tahu bahwa usahanya menuju kesia-siaan. Tangan rantingnya dengan erat memeluk lututnya yang tertekuk dikarenakan posisi tubuhnya yang saat ini meringkuk seperti bayi.

Kegelapan yang Jeongin alami saat ini juga tidak membantu apapun. Pemuda itu tidak bisa meraba apa yang terjadi di sekitarnya. Tempat persembunyian yang ia gunakan itu cukup sempit dikarenakan terhalang oleh benda-benda lain di hadapannya.

"Saya tahu kamu bersembunyi disitu."

Lagi-lagi suara berat itu muncul merasuki indra pendengaran Jeongin yang sudah ketakutan luar biasa. Pelukan pada tubuhnya sendiri semakin mengerat. Tangannya semakin berkeringat dingin.

"Keluar atau tidak? Jangan memancing kesabaran saya."

Jeongin menggeleng kencang dalam kegelapan. Batinnya menjerit berdoa akan harap pertolongan yang tidak kunjung dapat. Sekaligus juga batinnya merutuk kesal. Memangnya siapa yang memancing amarahnya? Orang asing itu yang jelas-jelas telah lebih dulu bertingkah di luar logika.

"Jeongin? Sayang?"

Tepat ketika ucapan itu kembali mengudara. Saat itu juga sinar dari lampu memancarkan cahayanya masuk ke dalam lemari—tempat persembunyian Jeongin.

Jeongin tahu bahwa saat itu juga ia tidak bisa berlari kabur. Ia langsung menundukkan kepalanya seraya manik hitamnya yang terpejam erat berusaha untuk menghindari pandang mata dari orang yang telah berhasil memergokinya itu. Entah siapa orang itu, Jeongin tidak ingin melihatnya.

"Seharusnya ini bakal jadi mudah kalau kamu nurut sama saya."

Jeongin menggeleng. Keberanian yang ia miliki saat ini hanya sebesar biji gandum, tapi ia tetap berusaha menyuarakannya. "Kita nggak saling kenal! Kamu tidak ada hak untuk seperti itu ke saya!"

"Siapa bilang?"

Jantungnya berdebar semakin kencang. Rasanya seperti bertalu-talu. Adrenaline yang ada di tubuhnya meningkat pesat. Apalagi ketika ada tangan besar yang tiba-tiba menarik dagunya dengan kencang. Hal yang mampu membuat kepala Jeongin menengok ke arah orang itu saat itu juga.

"Buka matamu."

Diam. Tidak ada sahutan apapun.

"Jeongin? Buka matamu, sayang."

Orang yang dipanggil memilih tetap diam. Jeongin masih memejamkan matanya dengan erat. Tidak ingin bersitatap dengan orang yang menurutnya gila itu. Namun, alunan suara dari orang asing itu seakan-akan menyadarkan Jeongin terhadap sesuatu. Rasanya ia mengenali betul suara dengan bariton rendah itu.

"Saya tidak main-main. Buka matamu. Sekarang atau saya bisa maksa kamu lebih dari ini lagi. Tentunya kamu tidak suka dipaksa, bukan?"

Meskipun Jeongin berusaha teguh dengan pendiriannya. Namun, ucapan yang sarat akan perintah serta niat bahaya itu rasanya mampu membuat keberaniannya semakin luntur. Mau tidak mau, perlahan manik hitamnya yang sudah berkaca-kaca menahan tangis itu terbuka.

"Ka-kamu....."

Keterkejutan mulai menghampiri. Ketika matanya yang indah menampilkan pandangan shock tentang siapa orang asing yang sedang bersamanya saat ini. Wajah blasteran, hidung mancung, dan bibir yang penuh itu. Jeongin hafal betul dengan rupa orang yang selalu dilihatnya di kampus itu.

"Iya, ini saya."

Hah—

"Kak Chris?"

Sudut bibir pria itu tertarik ke atas. Seringainya begitu tampak. Tubuhnya menunduk untuk menyamakan posisi tubuhnya dengan Jeongin yang masih meringkuk di dalam lemari. Tangan pria itu dengan kuat menarik tubuh Jeongin untuk keluar. Meskipun secara paksa, tapi ada kelembutan dari Chris untuk orang tersayangnya.

"Kan sudah saya bilang berkali-kali. Jangan pernah datang ke tempat itu lagi. Turuti ucapan saya."

Jeongin menggeleng kuat diiringi dengan suara tangisan yang kencang. Tubuhnya melemah. Namun, ia tidak berdaya karena Chris sudah melingkupi tubuh kurusnya dengan pelukan yang erat.

Tanda bahwa Jeongin tidak bisa kabur kemanapun.

Siapa sangka bahwa Christopher Bang, orang yang selalu menjadi penyelamat kampus dengan posisinya sebagai Ketua BEM itu rupanya juga bertingkah sebagai maniak? Maniak sebagai penguntit gila yang menghantui Jeongin selama berbulan-bulan. Pria itu berusaha menjaganya dari jauh, tapi juga membuat Jeongin stress karena tingkah lakunya yang di luar nalar.

♤-----♤



Halo semuaa, apa kabar?

Semoga sehat selalu ya^^ 

Kayaknya beberapa hari ke depan (mungkin WKWKWKW) bakal aku spam drabble pendek. Lagi coba balikin feel nulis lagi:"D Sebenernya ini aku lagi di minggu uts sih wqwq, tapi dahlah aq pusing semester ini badut bgt.

you're the music in me~ [chanjeong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang