02//Surat

27 8 1
                                    

"Gimana sudah ketemu?" Tanya seorang pria dewasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Gimana sudah ketemu?" Tanya seorang pria dewasa.

"Sudah." Ujar seorang gadis dengan fokus ke handponenya.

"Lalu, Apa rencana mu selanjutnya?" Lanjut pria itu.

"Rencana?" Gadis itu seolah-olah bertanya dengan mata yang menatap sebuah bingkai yang terdapat di dinding kamarnya, dimana bingkai itu berisi foto seorang anak laki-laki dan anak perempuan.

"Itu Rahasia"  Lanjut gadis  dengan senyum miring.

-orthtos-

Dalam sebuah kamar bernuansa putih dan abu, terdapat seorang pria yang sedang berdiri di samping jendela kamarnya dengan mata yang menatap keluar jendela,tepatnya ke halaman belakang rumahnya. Pria itu Andra, ia sedang memikirkan kejadian kemarin malam, siapa gadis itu? Mengapa anak buahnya tidak bisa menemukan apa-apa tentang gadis itu dan kenapa mata itu seperti mata dia Pikirnya.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu dari arah balkon membuyarkan lamunannya, dengan santai ia berjalan menghampiri pintu itu dan membukanya, ternyata kosong tidak terdapat seorangpun di sana, kecuali sebuah buket bunga mawar putih dengan surat di atasnya. Melihat bunga mawar putih, ia teringat dengan tunangannya yang sayangnya takdir tidak menakdirkan mereka untuk bersama. Bunga itu adalah bunga kesukaan Vivi, tunangannya yang pergi untuk selama-lamanya.

Putih belum tentu bersih, begitu pula dengan hitam belum tentu kotor.

Jaga diri Gege.

"Gege" lirih Andra membaca kalimat terakhir itu.

"Ini enggak mungkin Vivi kan, Vivi udah tenang di sana, enggak mungkin dia. " Andra mulai tersulut emosi, ia panggil tidak mau di sebut dengan Gege karena itu panggilan kesayangan Vivi untuknya.

"WOI SIAPA YANG NGIRIM SURAT INI, KELUAR LO JANGAN JADI PENGECUT BANGSAT"

"KELUAR GAK LO SEKARANG! GUE BUNUH JUGA LO"

"LO G-AK PANTES NULIS NAMA IT-u buat gue." Lirih Andra di akhir kalimatnya.

Tes

Tes

Tes

Ya, Andra menangis. Ia lemah menyangkut apapun dengan gadisnya. Baginya Vivi segalanya, selain sahabat kecil ia juga tunangan dari kecilnya. Andra terlalu mencintai Vivi, Vivi selalu ada baginya.

"Vi-vii jika Vivi pergi, pergi aja jangan kaya gini. Gege gak bisa. Hiks.." Andra terduduk dan merengkuh tubuhnya sendiri. Setelah 8 tahun, Andra bisa melewati masa depresinya, betapa kehilangannya ia waktu itu. Niat hati ingin memberikan kejutan, eh ternyata ia yang diberi kejutan dengan perginya gadis itu. Miris sekali.

Tuk

Andra mengambil kertas yang di lemparkan kepada kepalanya.

Jangan nangis,Gege jelek, hihi.

Deg

'Kata-kata itu' batinnya.

"Vivi" lirih Andra dengan mata tajamnya melihat area taman belakang dengan teliti.Nihil,Andra tidak menemukan apapun.

BUGH

BUGH

BUGH

Dengan amarah dan kesedihannya yang menggebu-gebu Andra memukul dinding di sebelahnya, mengakibatkan tangannya terluka.

Andra mulai berdiri dan berjalan ke arah meja belajarnya dengan darah yang menetes-netes ke arah lantai. Ia mengambil sebuah bingkai foto kemudian memeluknya erat.

"Gege kangen Vivi" lirih Andra.

BRUK

"YA AMPUN ANDRA KENAPA SAYANG?! " Teriak Reina, Mamanya Andra. Jelas ia terkejut melihat kondisi putranya yang mengkhawatirkan dengan tangan berdarah dan tampang yang menangis. Jarang sekali putranya menangis kecuali itu menyangkut dengan Vivinya.

Reina berlari dan memeluk putranya itu dengan lembut.

"Kenapa sayang?coba cerita ke mama. " Tanya Reina lembut sembari mengusap rambut putranya dengan penuh kasih sayang.

"Andra kangen Vi-vi ma." Terisak Andra di pelukan Mamanya.

Reina yang mendengar itu ikut menangis,Ia pun sangat menyayangi tunangan dari putranya ini. Malah melebihi ia menyayangi Andra sebagai putranya. Andra tidak mempermasalahkannya malah ia senang Reina bisa menerima gadisnya itu. Dulu Reina ingin sekali mempunyai anak perempuan, tapi takdir berkehendak lain dengan ia mempunyai seorang putra,tetapi ia tidak kecewa ia bahagia mendapatkan anak dari suami yang ia cintai itu. Reina sangat bersyukur dengan pindahnya sahabatnya ke sebalah rumah yang ia tempati, ia jadi merasakan mempunyai seorang anak perempuan, Vivi. Dengan rajinnya gadis itu selalu mengunjungi rumahnya bahkan tidak sekali dua kali gadis itu menginap di rumahnya. Reina tidak keberatan malahan ia senang sekali, apalagi saat ia tahu putranya mencintai dan ingin bertunangan dengan Vivi. Walaupun pada saat itu Andra dan Vivi masih duduk di sekolah dasar, tapi kesungguhan Andra membuat mereka para orang tua menyetujuinya. Tapi sayang takdir berkehendak lain lagi, Vivi mengalami kecelakaan dan di nyatakan meninggal.  Orang tua Vivi membawa tubuh Vivi ke negara asalnya karena memang di sana Vivi akan di makamkan.Hal itu menyebabkan Andra depresi ringan,  untungnya para sahabat putranya itu bisa membangkitkan gairah hidup Andra kembali, walaupun tidak sama seperti sebelumnya. Reina cukup senang dengan itu.

"Ud-ah sayang Vivi udah tenang di sana, kamu jangan gini nanti Vivinya ikutan sedih" Lirih Reina.

"Tapi ma, Andra ingin ketemu  Vivi. Rindu Andra udah terlalu besar untuk Vivi. Rasanya Andra ingin ikut sama Vivi." Jawab Andra dengan suara parau, betapa sedihnya Andra sekarang, memendam rindu untuk orang yang tidak bisa ia gapai.

"Stttt gak boleh gitu sayang, disini ada mama, papa, sahabat kamu masa mau ninggalin kita.  Katanya kamu mau buktiin sama Vivi,kamu bisa jadi CEO yang sukses. Hiks.." Reina tidak dapat membendung tangisnya lagi. Ia sedih, sangat.

"Tapi Andra kangen sama Vivi ma,kangen banget. " Lirih Andra.

"Udah ya sekarang tidur, siapa tahu Vivi ada di mimpinya putra mama ini." dengan pelan Reina membantu Andra berdiri dan menghampiri ranjang kamarnya Andra.

Andra hanya menganggukkan kepalanya.

"Selamat tidur putra gantengnya mama, semoga Vivi datang ke mimpi kamu sayang." Ujar Reina dengan mengecup kening putranya, menyelimuti dan berlalu meninggalkan kamar putranya.

Andra mulai memejamkan matanya,dan berdoa di dalam hatinya. Berharap Vivinya akan datang menghampiri ia walaupun hanya dalam mimpi.

Beberapa menit kemudian, Andra merasakan keningnya di kecup kembali. Mamanya udah pergi lalu siapa ini? pikirnya.

Ingin membuka mata, tapi rasanya tidak bisa, matanya terlalu berat. Kemudian ia mendengar bisikan tepat di samping telinganya.













"I miss u too,Gege."

-orthtos-
Vote & Comment

ORTHTOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang