Banyak typo
Author mager baca ulang
Jadi cuekin aja:)***
"Lo pulang bareng Jeno kan,gue mau anter Amerta pulang" Jena mendengus pelan,untuk kesekian kalinya ia dinomorduakan oleh tunangannya.
"Jena" gadis itu tidak bersuara,ada rasa kesal saat diperlakukan tidak adil oleh Jevan.Tunggu,Jena sama sekali tidak cemburu.Hanya saja ia rasa harga dirinya sebagai wanita dipermainkan. Walaupun mereka hanya mengikuti keinginan kedua orang tua mereka untuk bertunangan, setidaknya berusaha untuk saling mencintai tidak masalah.
"Lo udah janji mau anter gue pulang" Jika Jevan tidak mengucapkan itu tadi pagi,maka ia tidak akan menolak ajakan pulang Jeno.
"Sorry tapi gue--"
"Udahlah urusin aja pacar lo sana" Jena meninggalkan parkiran yang sama luasnya dengan lapangan istana negara.
"Gojek neng"
"Ngga" Jena terus menjalankan kaki nya menuju halte terdekat tanpa menghiraukan panggilan abang gojek tadi.
"Yakin?" Jena menoleh saat mendengar suara familiar.
"Jeno,belum pulang?" Jeno mematikan mesin motornya
"Kalo udah pulang yang disini siapa?" Jena memutar bola matanya,niat nya tadi cuma basa-basi tapi terlalu dibawa serius oleh Jeno.
"Ayo naik keburu gelap"
Jena segera naik ke motor sport milik Jeno,dan dengan sungkan berpegangan pada ujung seragam nya. Meskipun mereka tampak dekat, Jena selalu memberi batas diantaranya. Lain halnya dengan Jevan, laki-laki bejat itu bahkan terang-terangan berpacaran dengan wanita lain tanpa memikirkan harga diri Jena.
"Betah banget peluk gue,ngga mau turun nih?" Jena menipuk bahu Jeno. Entah sejak kapan ia sudah memeluk tubuh Jeno. Mungkin karena lelaki itu ngebut dijalan tadi.
"Gue pulang dulu ya" Jena melepas helm dikepalanya, menyerahkan pada Jeno.
"Thanks ya Jen"
"Iya" Sepeninggalnya Jena segera masuk karena langit sudah mulai gelap
Entah benar atau tidak hari minggu terasa sangat dekat dengan hari senin, namun hari senin terasa sangat lama untuk kembali ke hari minggu.
Untuk orang bodoh ia akan membenarkan pernyataan tersebut."Bolos upacara kemana tadi?" Jena menghadang langkah Jeno,menahan lengan kekar sahabatnya itu.
"Panas Jen, lo sakit?!" Jena menyadari suhu tubuh Jeno tidak normal.
"Pusing Na" Jena segera menggiring tubuh Jeno menuju bangku taman. Ia menghiraukan bel masuk yang sudah berbunyi sejak tadi. Saat ini Jeno lebih penting.
"Badan lo panas banget,gue anter ke uks ya" Jeno menggeleng,tubuhnya benar-benar lemas.
"Lo mau mati dipelukan gue hah?!" Lagi-lagi Jeno menggeleng akhirnya pasrah mengikuti Jena.
"Udah sarapan belum?" Untuk beberapa detik Jena merasa gemas dengan gelengan lemas Jeno. laki-laki bertubuh L-Men ini terlihat seperti anak kecil saat sakit.
"Gue beli bubur dulu ya di kantin" Tanpa meminta persetujuan Jeno,gadis itu sudah menghilangkan dibalik pintu uks.
"Mang beli bubur ayam nya,sama air mineral" Suasana kantin sangat sepi karena sekarang KBM masih berlangsung.
"Ini bubur nya neng" Jena segera meraih mangkuk berisi bubur tersebut dan segera kembali ke uks sebelum Jeno benar-benar menjadi alm.
"Duduk dulu,nih makan" Jeno tidak bersuara, laki-laki itu setia memunggungi nya. Apa ia marah karena ditinggal beli bubur?
Beberapa menit Jeno tidak kunjung bergerak,hingga akhirnya Jena mendengar isakan dari pria tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali Ke Istiqlal [END✅]
Fanfiction"Kita terlalu memaksa diri untuk bersama, namun tanpa sadar kita berlawanan arah dan perlahan melangkah menjauh" --- Jena Aderson