Typo banyak
Author mager baca ulang
Jadi cuekin aja:)


***

Sudah tiga hari semenjak berakhirnya hubungan mereka, semuanya tidak berjalan dengan lancar. Suasana canggung membuat mereka sebisa mungkin menghindari masing-masing. Jennie dan Mark pun menyadari ada yang aneh dengan kedua sahabatnya.

"Lo berantem sama Jeno? Gue liatin beberapa hari ini lo diem-dieman" Kini mereka tengah berada dikediaman Aderson. Jennie memutuskan untuk menginap di rumah Jena, begitupun Mark yang sekarang berada dirumah Jeno. Keduanya sepakat mencari tau apa yang terjadi antara Jena dan Jeno.

"Ngga" Singkat Jena tanpa mengalihkan perhatian nya dari novel digenggaman nya.

Jennie menarik paksa novel ditangannya, melempar nya kesembarang arah.

"Gue tau lo ada masalah, cerita sama gue, Na, dengan begitu gue ngerasa lo anggap gue sebagai sahabat lo" Tegas Jennie, gadis itu sangat jarang serius, namun sekali marah ia terlihat sangat menakutkan.

"Jadi lo selama ini ngerasa ngga dianggep, gitu?" Sarkas Jena, akhir-akhir ini ia sangat mudah tersinggung dan marah-marah.

"Ngga gitu maksud gue!!" Sentak Jennie

"Lo bentak gue, Jennie?" Jennie membuang nafas kasar, ia sudah cukup sabar menghadapi sikap Jena

"Selama ini gue selalu diem, gue percaya lo tau mana yang salah dan mana yang bener, gue ngga ngelarang lo pacaran sama Jeno karena gue percaya lo pasti bisa membatasi kata wajar untuk cinta sama seseorang, cinta boleh, Na, egois jangan!!"

"Lo ngga kasian liat Jeno yang merasa bersalah banget, dia pikir persahabatan kita hancur gara-gara dia, lo tau ngga Jeno bakal pindah ke Kanada gara-gara lo yang selalu ngehindar dari kita! Jahat lo, Na" Ujar Jennie menggebu-gebu, wajahnya memerah menandakan amarah nya yang sudah memuncak.

"Jeno mau pindah?" Jennie tidak menjawab, gadis itu membuang pandangannya

"Jawab gue Jennie!!" Jena menarik lengan Jennie, memaksa gadis itu menjawab pertanyaannya

"Iya" Singkat Jennie

"Gue rasa lo butuh waktu sendiri, gue pulang aja" Jennie mengambil tas nya dan menghilang dibalik pintu.

Ditempat lain, berbeda dengan para gadis yang menyelesaikan masalahnya dengan saling memaki. Mark dan Jeno memilih tidak menyinggung masalah percintaan mereka.

"Lo serius mau pindah?" Mark membuka percakapan, keduanya kini tengah bermain ps milik Jeno.

"Ini yang terbaik buat gue sama Jena, buat persahabatan kita juga" Mark mengangguk setuju, tak ada niatan untuk melarang sahabat nya pergi. Bagaimanapun ini sudah menjadi keputusan Jeno.

" Gue kaga bakal larang lo pergi, tapi perlu lo tau persahabatan kita bakal baik-baik aja seiring berjalannya waktu, jadi lo pikirin lagi" Jeno mengangguk dan keduanya kembali menyibukkan dengan layar persegi dihadapannya.

Keesokan harinya, sama seperti hari-hari sebelumnya. Tidak ada lagi kata spesial di hari Jena. Bangun tidur--pergi kesekolah--belajar-pulang sekolah--tidur dan bangun lagi.
Berbeda dengan Jeno, laki-laki itu sudah mengurus surat pindahnya ke Kanada. Ia benar-benar akan meninggalkan Jena dan negara kelahirannya.

Kembali Ke Istiqlal [END✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang