BAB 3

37 5 2
                                    

"Aduh enak banget hidupnya Nathan disamperin cewek jam 1 malem," cibir Evan di kantin. Obrolan mereka berempat masih tak jauh-jauh dari kejadian kemarin malam. Kejadian yang tak sekali dua kali terjadi, namun masih terasa asing bagi keempatnya.

"Nggak sia-sia ya, Bang, lo betapa dapet pelet jaran goyang."

"Masih aja di bahas. Lo pada ikhlas nggak nganterin gue pulang tadi malem?"

Evan tertawa renyah mendengar sumpahan Jonathan. "Ya nggak, lah! Pake nanya!"

"Emang susah punya temen berjiwa iri dengki kayak lo semua. Mangkanya punya cewek!"

Sebuah tepukan bertengger di pundak Nathan.

"Pede boleh, tapi sadar diri juga perlu, Nat. Lo sama jomblonya kali. Bedanya pelet ke Raya manjur. Lagian mau-maunya Raya deket sama cowok modelan lo." Satria tertawa. Es batu yang ada di mulutnya itu membuat pipi Satria tampak menggembung.

"Apa nggak ngilu itu gigi? Ngeri ah, Bang! Udah tua makannya yang bener-bener aja." Jeve bergidik ngeri.

"Sialan si Jeve kalo ngomong suka bener!" Jonathan tertawa menggebrak meja.

"Van! Van! Mantan lo Van! Evan, anjing! Lo mau kemana?" Satria meneriaki kepergian Evan yang tampak terburu-buru dengan resleting tasnya yang bahkan masih ternganga.

"Ngeri banget itu kalo laptopnya Bang Evan jatuh. Lumayan harganya dapet vario satu." Jeve menatap nanar pucuk laptop Evan.

Evan Cho, tetap tetap dengan pendiriannya, meraih lengan Freya yang baru akan meraih helm di motor. Perempuan dengan ujung kaos ditali yang membuat sebagian perutnya terlihat itu menatap jengah ke arah Evan.

"Apa?" tanyanya sembari berusaha melepas cengkraman Evan.

"Frey, astaga! Ini masih di area kampus! Perut lo kemana-mana!" Evan mengikatkan jaketnya pada perut Freya, lalu mundur tiga langkah dari perempuan itu.

"Udah, sekarang apa?" tanya Freya masih tak tertarik dengan perlakuan Evan.

"Maafin gue," ucap Evan mantap.

"Lo lari dari kantin ke sini cuma mau bilang itu?"

Evan mengangguk.

"Ada lagi?"

Lalu Evan menggeleng.

"Ya, makasih. Besok gue balikin," ucap Freya, mengangkat lengan jaket yang terikat di depannya. Memgabaikan permintaan maaf Evan.

"Freya, tunggu!"

"No touch! Apa lagi?" peringat Freya pada Evan yang hampir menahan tangannya lagi.

Evan duduk bersila di bawah. Menyandarkan kepalanya pada motor milik entah siapa.

"Frey, capek banget lari dari kantin ke sini. Lo nggak kasian sama gue?"

"Enggak."

"Astaga, Freya. Gue kalo nangis di sini, lo masih nggak kasian?" tanya Evan lagi.

"Enggak. Gue beliin minum, habis ini lo pulang."

"Jangan! Capeknya udah ilang, nggak usah dibeliin minum. Frey! Bisa gila gue lama-lama gara-gara lo."

"Then leave me. That's what you wanted from the very first."

"No, never! Lo dapet pikiran itu dari mana sih?"

"Dari lo."

Evan memejamkan matanya sebentar. Stok kata miliknya hilang entah ke mana. Ditatap perempuan di depan—atasnya itu sembari berkata, "Frey, maaf."

"Udah, ah, Van, gue ada kerkom. Pulang, bayi lo nungguin."

"Bayi apa?"

"Jeve." Freya menunjuk laki-laki di balik motor dengan dagunya.

Evan berdiri dari duduknya. Mengikuti arah tatapan mata Freya. Mendapati Evan menyengir sambil menenteng charger laptop miliknya.

"Lo ngapain kesini, anjing?" tanya Evan dengan gerakan mulutnya.

"Ketinggalan, gue mau pulang," jawab Jeve lantang-lantang.

"Bawa pulang, Jev, bapak lo. Gue cabut." Freya ngeluarin motornya dari barisan lalu pergi dari parkiran.

"Keren banget Freya, jadi naksir deh bang."

"Kayaknya mulut lo belom pernah ditampar pake sandal, ya? Lagian lo ngapain kesini sih, bangsat! Noh, liat Freya jadi kabur gara-gara wujud lo." Evan menatap Jeve sebal.

"Nih, ketinggalan di meja. Gue mau pulang." Jeve mengangkat gulungan charger yang nampak semrawut sebab ia gulung acak tadi saat di jalan mengikuti Evan.

"Lo bawa dulu kan bisa."

"Disuruh Bang Sat. Udah, ayo balik. Kasian gue sama lo. Pake acara ngedeprok segala ngapain sih? Nyembah motor, lo?"

"Mulut lo belum pernah dicabein, ya, Jev?"

"Mau dong dicabein sama Kak Evan."

"Amit-amit!"

"Ayo batagor depan sama gue."

"Dua ya, Jev?"

"Ngelunjak ya lo, Bang."
-

-21.4.2021-

Kritik dan saran boleh di sini juga. Jangan sungkan-sungkan^^

Lanjut?

BerempatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang