Bolos

40 4 0
                                    

"Upacara sepuluh menit lagi akan dimulai, di mohon semua siswa-siswi Sma Bratasena segera turun ke lapangan."

Suara keras dari speaker sekolah agaknya sudah lebih dari tiga kali terputar. Membuat keadaan kelas XI Ipa 2 lebih ricuh dari sebelumnya. Ada yang tengah mengikat dasinya, memakai ikat pinggang, bahkan blusukan mencari pinjaman topi. Entahlah, mungkin kelas Ips jagonya bikin ribut.

Hari ini hari dimulainya tahun ajaran baru, setelah seminggu kemarin disibukkan dengan agenda mos. Namun Azri masih juga mengurut keningnya untuk mengingat dimana terakhir kali ia meletakkan kartu pelajarnya hingga berakhir di tangan orang asing yang namanya pun ia tak tau.

Azri memang tipikal siswa yang mungkin sering membolos atau tidak mendengarkan materi pelajaran. Tapi baginya absen itu penting. Paling nggak, abis absen kabur bolos kan bisa.

Jangan ditiru, Azri mengsesat.

Gadis itu membanting tas nya kesal ke atas meja, lalu membawa smartphone miliknya untuk ia buka. Chat yang minggu lalu membuatnya resah kini memenuhi notifikasi chatnya kembali dari semalam dan belum sempat ia buka. Chat dari orang yang ia duga om-om yang menemukan kartu pelajarnya.

"Bijinye pengen gue sentil," gumam Azri ketika mulai membaca satu persatu chat dari kontak yang ia namai kang galon.

"Bijinye pengen gue sentil," gumam Azri ketika mulai membaca satu persatu chat dari kontak yang ia namai kang galon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Azri mendengus kasar persis setelah ia mengirim pesan terkahirnya. Gadis itu pun langsung bangkit dari duduknya, dihadiahi tatapan aneh dari kedua sahabatnya karena ekspresi kesalnya yang tiba-tiba.

"Muka lo kaya mau ngelabrak orang Zri," celetuk Namira yang tengah memoles bibirnya dengan lipbalm.

"Anak yang terakhir Azri labrak aja langsung pindah sekolah."

Namira mengetuk dahi Chelsea menggunakan kaca kecil yang tengah dipegangnya. "Yang kemaren-kemaren mah bukan labrak, udah masuknya bully dodol. Mana ada ngelabrak sambil diseret ke kamar mandi terus disiram pake air pel."

"Terus kitanya mauan aja lagi ngebantu, sampe ikut diskors."

Namira menghela napas dan melanjutkan agenda poles memolesnya. Yah memang bodoh, pertemanan ini seperti dianggap hubungan perbudakan oleh Azri.

"Siapa suruh dia ngespill gue di akun lambe kalo gue jadi simpenan om-om?" Azri memutar bola matanya malas, ia membawa smarthponenya ke dalam saku rok pendeknya lalu mulai berjalan melalui beberapa siswa yang tak sengaja ia tabrak bahunya.

"Mau kemana lo blay?" Namira bertanya, ia sedikit mengeraskan suaranya karena suasana kelas sedang tidak kondusif oleh beberapa murid yang meributkan atribut.

"Ngelonte." Singkat, tapi jawaban itu membuat beberapa murid melotot sampai menumpahkan rahang. Azri masih melanjutkan langkah yang ia harap tidak tidak bertemu dengan langkah guru konseling yang kerap kali memergoki dirinya membolos.

Sampai di pintu uks, Azri sedikit menengok ke kanan kirinya. Mulai sepi, mungkin sudah pada turun ke lapangan untuk upacara. Tapi menurutnya uks spot terbaik buat membolos, kenapa dia nggak kepikiran bolos ke sini.

Cause i want uTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang